"Ayo turun!" ajak Putri sambil membuka sabuk pengamannya.
Mahira masih diam tanpa gerakan apa-apa membuat Putri menatap sahabatnya itu.
"Ra, jangan bilang kalau kamu berubah pikiran. Ingat nasib Oma Yohana di rumah."
Jantung Mahira rasanya mau lepas. Ia memandang rumah megah yang ada di hadapannya. Inilah salah satu alasan mengapa dulu ia tak mau bersama Edmond. Lelaki itu berasal dari keluarga kaya. Sedangkan orang tua Teddy tak sekaya orang tua Edmond.
"Aku malu, Put."
"Kenapa malu?"
"Dulu aku menolaknya. Bahkan sedikit kasar aku pernah berbicara padanya. Bagaimana sekarang aku harus memohon padanya untuk menyelamatkan nama baikku? Mungkin sebaiknya kita nggak ke sini. Ayo kita pergi!"
"Bagaimana jika kau beneran hamil?"
Wajah Mahira mendadak pucat. Ia kembali menatap rumah megah itu. "Kenapa juga kita harus bertemu di sini?"
"Kamu sendiri yang nggak mau saat Edmond mengajak kita bertemu di restoran. Katamu takut dilihat orang. Mau ajak ketemu di hotel juga nggak mau. Ya paling aman di rumah Edmond ini."
Mahira menatap jam tangannya. Sudah jam 5 sore. Tadi sepulang kerja, Putri sudah mengajaknya ke sini karena Edmond ternyata menepati janjinya. Ia langsung datang keesokan harinya. Pria itu baru tiba tadi jam 3 sore di bandara dan langsung menghubungi Putri.
"Ayo, Ra. Jangan buat Edmond menunggu lagi." Putri menepuk tangan Mahira sebelum keluar dari mobil.
Masih dengan keraguan yang ada, Mahira pun membuka sabuk pengamannya dan ikut turun bersama Putri.
Sebelum keduanya mengetuk pintu rumah, sang pemilik rumah sudah lebih dahulu membukanya.
"Hai.....!" Sapa Edmond dengan senyum manisnya. Cowok itu masih seperti dulu. Tampan, penuh pesona dan terlihat lebih macho dengan rahang yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus.
"Hallo, Kak Ed." Putri yang berinisiatif membalas sapaan itu.
Edmond menatap Mahira yang nampak tertunduk. "Mahira, apa kabarnya?"
Mahira mengangkat wajahnya perlahan. Berusaha tersenyum walaupun sebenarnya ia sangat malu dan gugup.
"Baik, kak."
"Ayo masuk!" Edmond melebarkan daun pintu dan membiarkan kedua gadis itu melangkah lebih dulu. Ia menutup pintu kembali lalu menyusul kedua gadis itu.
"Ayo duduk dulu!" ajak Edmond.
"Di rumah nggak ada orang, kak?" tanya Putri saat melihat suasana rumah yang sepi.
"Sudah 5 bulan ini daddy sama mommy di Spanyol. Mommy sedang berobat dan Daddy ada bisnis di sana. Yang tinggal di rumah ini hanyalah sepupuku dan 2 orang pelayan. Sepupuku kerja dan pulangnya mungkin malam. Sedangkan dua orang pelayan sengaja aku suruh pergi jalan-jalan supaya kita bebas bercerita di sini." Jawab Edmond.
"Oh, gitu ya? Kalau begitu, aku tinggalkan kalian berdua ya?" Putri berdiri.
"Kamu mau kemana, Put?" tanya Mahira panik dan langsung ikut berdiri.
"Aku hanya akan ke dapur dan mencari makanan. Kalian ngobrol saja. Kak Ed, bolehkan aku makan? Soalnya tadi pas istirahat makan siang, aku hanya makan sepotong kue."
Edmond mengangguk. "Tahu dapurnya kan?"
"Tahu dong. Aku akan sudah beberapa kali pernah ke sini." Ujar Putri lalu segera pergi.
Dulu, Edmond pernah mengundang Putri dan Mahira ke sini beberapa kali. Saat adik Edmond berusia ke-17, saat Edmond ulang tahun dan saat orang tuanya merayakan 25 tahun pernikahan mereka.
Mahira sendiri hanya sekali datangnya. Itupun setelah Edmond memohon padanya karena pas di momen ulang tahun Edmond. Tentu saja Teddy juga diundang. Dan Edmond terlihat kecewa saat Mahira justru datang bersama Teddy.
Setelah ditinggal oleh Putri, Edmond yang awalnya duduk berhadapan dengan Mahira, kini berpindah tempat di samping Mahira.
"Kau sudah melakukan test?" tanya Edmond lembut. Masih seperti dulu.
"Belum, kak. Tanggal haid ku nanti minggu depan." Jawab Mahira berusaha menghilangkan rasa gugup di hatinya.
"Jangan dulu lakukan tes apapun sampai kita sudah menikah. Agar aku akan merasa bahwa anak itu adalah milikku. Kita lakukan tes bersama setelah pernikahan kita."
"Kak, aku sebenarnya malu padamu. Aku...."
"Jangan malu!" Edmond secara tak terduga memegang tangan kanan Mahira. Spontan Mahira akan menariknya namun Edmond menahannya. "Aku ingin tahu dulu, apakah benar kamu bersedia menikah denganku?"
"Kak, kamu tahu kalau pernikahan ini terjadi karena aku mungkin hamil."
"Ok. Tapi bagaimana dengan kamu? Apakah kamu mau menjalani kehidupan pernikahan denganku secara benar? Karena aku tak mau pernikahan dijadikan sebuah permainan. Aku ingin kamu menjadi istriku secara utuh. Aku akan membantumu dengan caraku sebagai suamimu untuk membuat dirimu melupakan pria brengsek yang sudah meninggalkanmu."
"Jika kita sudah menikah, kau boleh membawa Oma Yohana untuk tinggal bersama kita di rumah ini."
Mahira masih diam. Jujur, ia bingung.
"Mahira, aku akan menerima kamu apa adanya tanpa mengungkit masa lalu mu. Hanya satu permintaan ku, jika kau sudah menjadi istriku, jangan pernah terlibat dengan masa lalu mu."
Mahira memberanikan diri menatap Edmond. Apakah benar pria ini masih mencintainya seperti dulu? Ataukah ini hanya sekedar obsesi yang tak kesampaian dan sekarang ingin digapainya? Ataukah ada sesuatu yang dia inginkan di pernikahan ini?
"Kau diam, berarti kau siap menjalani pernikahan denganku kan?"
Mahira akhirnya mengangguk. Ia tak tahu apakah keputusannya ini sudah tepat atau tidak. Namun ia mencoba menjalankannya. Demi bayi yang mungkin di kandungnya dan demi Oma Yohana yang sakit.
"Beri aku waktu dua minggu untuk mempersiapkan segalanya. Besok malam aku akan datang ke rumah om mu untuk melamarmu. Lusa, aku harus kembali ke Kalimantan. Aku akan menyerahkan semua urusan pernikahan kita dari WO yang adalah milik saudaraku. Mereka sudah terkenal di kota ini."
"Dua minggu dari sekarang? Bukankah itu terlalu cepat?" tanya Mahira.
"Apakah kau akan menunggu sampai mereka tahu kalau kau sudah hamil baru mau menikah? Aku setuju dengan kak Edmond." Putri tiba-tiba menyela.
"Tapi, Put." Mahira masih ragu.
Edmond yang masih memegang tangan kanan Mahira mengeratkan pegangan tangannya membuat Mahira terpaksa menatap Edmond. "Dua minggu dari sekarang atau tidak sama sekali. Aku nggak punya banyak waktu karena pekerjaanku sangat banyak, Mahira."
Mahira terkejut mendengar nada bicara Edmond yang penuh ancaman. "Aku....!"
"Kak Ed, kami menunggu kedatangan mu di rumah Mahira esok malam." Putri menatap sahabatnya itu sambil melotot.
Edmond mengangguk. Ia mencium tangan Mahira yang ada digenggamnya. "Sampai jumpa besok, sayang."
Mahira merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia segera menarik tangannya dari genggaman Edmond dan segera berdiri.
"Ayo kita pulang, Put. Oma harus meminum obatnya."
Putri menatap Edmond. "Kami pergi dulu, ya kak."
Mahira langsung melangkah tanpa berani lagi menatap Edmond. Perasaan menjadi kacau balau. Bayangan wajah Teddy kini seperti menempel di pelupuk matanya.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, Mahira nampak diam.
"Ra, aku nggak turun ya? Kamu segera saja menyampaikan kedatangan Edmond besok malam."
Mahira hanya mengangguk. Ia pun turun dan melambaikan tangannya pada sahabatnya itu sebelum Putri menghilang dengan mobilnya.
Kebetulan om Frans dan tante Wulan sedang duduk di teras depan sambil menikmati kopi.
"Selamat malam, om, tante!" Sapa Mahira.
"Selamat malam, nak. Baru pulang kerja ya?" tanya Frans penuh kasih kepada keponakannya itu.
"Iya om. Oh ya, Mahira ingin bicara sesuatu." ujar Mahira lalu mengambil tempat duduk di depan mereka.
"Ada apa?" tanya Wulan terlihat sedikit tak suka. Ia memang tak mau jika suaminya terlalu dekat dengan Mahira. Ibu Mahira adalah adik dari Frans.
"Besok malam, pacar ku ingin datang ke sini dan melamar ku."
"Si Teddy?" tanya Wulan. Ia tahu pacar Mahira itu. Teddy adalah pria tampan. Anak orang kaya. Wulan pernah berharap agar Teddy menyukai salah satu dari anak gadisnya.
"Bukan. Namanya Edmond. Edmond Moreno." ujar Mahira sedikit takut. Masalahnya mereka hanya mengenal Teddy sebagai satu-satunya lelaki yang pernah dekat dengan Mahira.
"Edmond Moreno? Apakah dia anak pemilik Moreno hotel hotel dan Supermarket yang ada di seluruh Indonesia ini? Kalau tidak salah ayahnya Adriges Moreno dan ibunya Rahel Tambayong kan?" tebak Frans.
"Iya. Om."
"Kenal di mana kalian?" tanya Wulan dengan penuh curiga.
"Edmond dan aku sudah lama saling kenal. Kami berasal dari universitas yang sama. Saat aku dan Teddy putus beberapa bulan yang lalu, Edmond kembali dekat denganku. Dan karena ia sedang sibuk dengan pekerjaannya di Kalimantan, dia belum pernah ke sini." Mahira berusaha berbicara dengan santai. Ia memang bersyukur karena semenjak Teddy pindah ke Singapura dengan orang tuanya, Teddy tak pernah lagi datang ke rumah ini. Jika Teddy pulang ke Manado, ia lebih suka mengajak Mahira ke apartemennya atau jalan keluar. Teddy memang tak pernah suka dengan keluarga Mahira kecuali Oma Yohana.
"Persiapan dirimu dengan baik, nak. Kami akan menunggu kedatangan calon suami mu besok."
Mahira tersenyum mendengar perkataan om Frans. Ia kemudian permisi untuk ke kamarnya.
"Apakah keluarga Moreno adalah keluarga kaya? Lebih kaya dari keluarganya si Teddy?" tanya Wulan penasaran.
"Keluarga Moreno termasuk salah satu keluarga terkaya di Asia. Memang bisnis mereka di Indonesia hanyalah hotel dan Supermarket itu. Namun keluarga Moreno di Spanyol adalah keluarga bangsawan yang kaya dan terpandang dengan bisnis yang sangat banyak."
Sial! Beruntung sekali Guman Wulan dalam hati.
**********
Edmond Moreno
Mahira Amalia Hamurang
Teddy Kandow
Monalisa Anggraini
Nah, segitu dulu perkenalkan tokohnya semoga suka ya ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Pratiwi Ratih
waah...apa ada gini hari cwo kek bang Ed ini ya 😊😊
2022-12-19
1
Ananda Yuyun
Edmond lope lope sekebon cabe gantengnya tajir melintir pula 😍😍😍
2022-09-29
2
Rini Shop
Edmon ganteng chucho
2022-07-13
0