Mahira mengingat saat pertama ia berjumpa dengan Edmond......
Mahira melompat turun dari angkot yang mengantarnya sampai di depan gerbang universitasnya. Ia tahu kalau hari ini ia sudah sangat terlambat di hari kedua pelaksanaan Bimbingan Mahasiswa Baru di fakultas ekonomi.
Pagi ini Mahira dibuat sibuk oleh kedua sepupunya, Maya dan Merry. Mereka minta dibuatkan nasi goreng karena pembantu di rumah sedang pulang kampung karena orang tuanya meninggal. Pada hal Mahira harus berangkat dari rumah jam 6 pagi karena seluruh mahasiswa baru di suruh berkumpul jam setengah tujuh pagi. Dan kini jam sudah menunjukan pukul 7 pagi.
Habislah aku! Batin Mahira.
"Terlambat?"
Langkah Mahira terhenti. Ia celingukan mencari sumber suara itu. Dia akhirnya melihat seorang cowok tampan yang sedang melangkah ke arahnya. Dari kaos yang dikenakannya, Mahira tahu kalau cowok ini adalah panitia.
"Selamat pagi, kak!" Mahira membungkuk memberi hormat. Ia kenal kakak yang satu ini. Paling diminati oleh para gadis. Edmond Moreno. Pria keturunan Spanyol-Manado. Tapi dia kan mahasiswa fakultas Tehnik? Ngapain juga nyasar di fakultas ekonomi?
"Kenapa terlambat? Ingin lari keliling lapangan ya?" tanya Edmond dengan tatapan yang dingin dan tajam.
"Siap salah. Saya ada pekerjaan tambahan di rumah."
"Memangnya kamu asisten rumah tangga?"
"Oma ku sedang sakit. Nggak ada yang mengurus Oma di rumah."
Edmond menatap gadis di depannya dengan intens.
"Kamu nggak bohong kan?"
"Nggak, kak."
"Mana buktinya kalau kamu memiliki Oma?"
"Ada foto di ponsel ku. Namun kami nggak diijinkan untuk membawa ponsel."
"Berikan nomor ponselmu. Jika kamu sudah di rumah, kirim videomu bersama dengan Oma mu."
Mahira pun menyebutkan nomornya. Edmond mencatat dengan cepat.
"Sekarang, kamu harus berpura-pura sakit. Ayo!" Edmond langsung menggandeng tangan Mahira.
"Kak, kok main pegang-pegang sih?"
"Ceritanya kan kamu sakit. Jadi harus pura-pura pusing. Kalau nggak, kamu lari keliling lapangan. Mau?"
Mahira pun membiarkan Edmond menggandengnya dan melangkah menuju ke fakultas ekonomi.
Teddy Kandow, yang merupakan salah satu panitia di fakultas ekonomi menatap kedatangan Mahira dan Edmond.
"Terlambat?" tanya Teddy sambil menatap Mahira dengan tajam.
"Dia pusing. Tadi aku menemukannya pingsan di gerbang. Jadi aku membawanya dulu ke ruang kesehatan. Tekanan darahnya agak rendah." Ujar Edmond.
Teddy kembali menatap Mahira.
"Siapa namamu?" tanya Teddy.
"Mahira, kak." Jawab Mahira dengan jantung yang berdetak cepat. Ia sempat melihat beberapa mahasiswa yang lari keliling lapangan karena terlambat.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Teddy lagi.
"Sudah agak baikan, kak." Mahira menunduk. Tak berani menatap Teddy.
"Silahkan bergabung dengan teman-temanmu."
Mahira menarik tangannya perlahan yang masih dipegang oleh Edmond. "Terima kasih sudah menolong saya, kak."
Edmond tersenyum. Beberapa senior cewek jelas sangat iri melihat Mahira yang dipegang oleh Edmond.
"Masalah lagi di rumah?" tanya Putri saat Mahira ikut duduk di atas rumput.
"Biasalah. Maya dan Merry."
"Dua sepupumu itu memang iblis."
Mahira hanya bisa menarik napas panjang. Ia melihat kalau Edmond masih bercerita dengan beberapa senior dan sesekali cowok itu menatapnya.
"Beruntungnya kamu diselamatkan oleh Edmond." bisik Putri.
"Beruntung apanya? Dia itu kan playboy di universitas ini."
Teddy mendekat. "Kenapa kalian berdua saling berbisik?"
"Nggak ada apa-apa, kak. Aku hanya bertanya kalau Mahira sakit apa." ujar Putri.
"Ya, sudah. Perhatian ke depan karena kegiatan hari ini akan dimulai."
Mahira dan Putri menarik napas lega.
********
Hari sudah malam saat Mahira pulang ke rumah. Ia ingin mandi secara cepat dan bermaksud akan melihat omanya. Namun saat ia akan melangkah ke luar kamar, ia mendengar ponselnya berbunyi. Ada pesan yang masuk dari nomor yang tidak dikenal.
Mana buktinya kalau kamu punya Oma
Mahira mendengus kesal. "Edmond!" Ia lalu ke kamar omanya.
"Oma....!"
"Sayang, kau sudah pulang?"
Mahira mengangguk. Ia mendekati omanya. "Oma, kita buat video, yuk!"
"Video untuk apa?"
"Bahwa aku punya Oma. Ini ada tugas dari kampus." Mahira langsung mengarahkan ponselnya ke arah omanya.
"Hai kak, ini Oma aku. Namanya Oma Yohana." ujar Mahira sambil menunjukan keberadaan dirinya dan sang Oma yang sedang duduk di atas tempat tidur.
Setelah itu, ia pun mengirim video itu ke nomor Edmond.
"Oma, aku mandi dulu ya? Oma sudah makan?"
"Sudah. Frans yang memberi Oma makan. Oma senang karena dia sudah kembali dari luar kota."
Mahira mengangguk. Ia juga senang jika om nya ada di sini. Setidaknya, ia akan bebas dari perintah untuk mengerjakan ini dan itu.
Saat ia kembali ke kamarnya, masuk pesan lagi dari Edmond.
Kamu cantik, seperti oma mu.
Mahira hanya tersenyum. Dasar play boy!
***********
Selama satu minggu pelaksanaan kegiatan bimbingan mahasiswa baru, Mahira selalu melihat Edmond hadir di fakultasnya. Cowok itu sering menatap Mahira diam-diam namun Mahira tak mau menjadi besar kepala karena ia tahu kalau Edmond diminati oleh banyak orang bukan hanya karena ia berwajah tampan namun juga karena ia anak orang kaya. Walaupun yang Mahira perhatikan kalau penampilan Edmond sangatlah sederhana. Ia lebih banyak membawa motor sport nya dari pada koleksi mobil mewah milik keluarganya.
"Ra, kemarin kak Teddy menanyakan tentang dirimu." ujar Putri saat mereka sedang istirahat sejenak sebelum melanjutkan acara penutupan malam ini.
"Teddy Kandow maksudmu?"
"Ya, Teddy mana lagi?"
Mahira mengerutkan dahinya. "Ada apa sampai kak Teddy menanyakan aku?"
"Dia tanya siapa kamu, keluarga mu, apakah kamu sedang dekat dengan seseorang atau tidak. Aku pikir kalau dia menyukaimu."
Mahira tertawa. "Kak Teddy menyukai ku? Bisa saja kau ini. Aku akui, kak Teddy juga tampan dan berkharisma. Pembawaannya yang tenang membuat banyak orang menyukainya. Mana mungkin dia suka dengan aku?"
"Mahira. Kamu ini cantik. Darah Dayak dan Manado yang mengalir di tubuhmu menciptakan sosok gadis yang manis, lucu, walaupun kadang juteknya suka keluar."
Mahira semakin kuat tertawanya. Sampai akhirnya tawanya terhenti saat melihat Teddy menatapnya dengan tatapan yang dingin dan penuh misteri. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia justru kini berhadapan dengan Edmond yang sedang menatapnya sambil tersenyum. Mahira memilih pura-pura membuka tas yang dibawahnya dan mengambil ponselnya. Hari terakhir memang mereka sudah diijinkan untuk membawa ponsel dan tas mereka sendiri.
Sebuah pesan masuk.
Hai Mahira, bolehkah selesai acara aku mengantar kamu pulang?
Itu pesan dari Edmond.
Wajah Mentari menjadi tegang. Ia tak berani menoleh ke arah Edmond berdiri.
"Siapa? " tanya Putri.
"Oma." jawab Mahira lalu kembali menyimpan ponselnya itu.
Acara penutupan kegiatan bimbingan mahasiswa pun selesai tepat jam 10 malam.
"Pulang bersama saja." Ajak Putri.
"Jangan, Put. Rumah kita kan nggak searah. Nanti papamu memutar jauh. Masih ada angkot. Lagi pula ini kan malam minggu. Jadi pasti masih ramai."
"Baiklah. Aku pulang dulu ya?" pamit Putri lalu sedikit berlari ia menuju ke mobil papanya yang sudah menunggunya di sana.
Mahira mengambil mantelnya dari dalam tasnya saat ia merasakan kalau udara semakin dingin. Ia berdiri di halte bis untuk menunggu angkot yang lewat. Namun entah mengapa angkot yang dinanti tak kunjung datang dan kampus semakin sepi.
Mahira hampir putus asa ketika sebuah motor berhenti di depannya.
"Ayo pulang!" Kata Edmond sambil membuka penutup helmnya.
"Aku tunggu angkot saja, kak." tolak Mahira.
"Angkotnya lama. Lagi pula ini sudah hampir jam 11 malam. Ayo aku antar!" Edmond turun dari motor dan mengambil sebuah helm lain dari bagasi motornya.
Mahira agak ragu sebenarnya untuk menerima ajakan Edmond.
"Jangan takut! Aku bukan cowok mesum yang akan mengambil keuntungan darimu. Rumah kita searah." ujar Edmond sambil tersenyum.
Mahira pun menerima helm itu. Ia memakainya dan dengan sedikit rasa gugup, ia duduk di belakang Edmond. Cowok itu pun perlahan menjalankan motornya.
Entah hanya perasaan Mahira saja namun ia merasa kalau Edmond menjalankan motornya dengan sangat pelan seolah tak ingin mereka lekas sampai.
"Terima kasih, kak." ujar Mahira lalu segera turun dari motor dan memberikan kembali helm Edmond. Tanpa menunggu Edmond pergi, Mahira langsung mendorong pintu pagar dan masuk ke dalam rumah.
Saat Mahira sudah mandi dan bersiap untuk tidur, ia menerima pesan dari Edmond.
Aku suka padamu. Aku bahkan berharap
jika kau sudah siap, kau akan menjadi
pacarku. Have a nice dream Mahira.
***********
Hari-hari kuliah pun dimulai. Mahira berusaha untuk tak terganggu dengan semua pesan yang dikirimkan Edmond padanya.
Edmond dengan segala pesonanya, semua kata manisnya dan perhatiannya yang sungguh sangat berlebihan menurut Mahira, sebenarnya mampu membuat gadis manapun termasuk Mahira akan jatuh hati padanya. Namun Mahira menutup pintu hatinya sangat rapat. Ia tak mau jatuh hati pada pria tampan itu. Ia tak mau menjadi korban Edmond selanjutnya. Mahira merasa bahwa ia hanyalah gadis biasa. Gadis yatim piatu yang hanya menumpang di rumah om dan tantenya. Mahira tak mau kalau kedua sepupunya akan merasa tersaingi dan berusaha memutuskan hubungannya dengan Edmond. Mahira tak ingin patah hati disaat usianya masih 17 tahun. 4 kali, Edmond menyatakan cintanya pada Mahira dan 4 kali juga Mahira menolaknya. Bahkan di hari wisudanya, Edmond masih meminta Mahira untuk menemaninya. Dan Mahira membuat Edmond sangat kecewa saat gadis itu mengatakan tidak.
Di satu sisi, Teddy pun semakin mendekati Mahira. Teddy memang tampan. Namun tak setampan Edmond. Itu menurut Putri. Teddy sedikit pendiam. Sangat berbeda dengan Edmond yang sedikit cerewet, menurut Mahira. Teddy hanya menunjukan perhatiannya dengan tindakan kadang tanpa bicara. Seperti saat mereka tak sengaja ketemu di rumah sakit ketika oma Mahira harus dirawat. Waktu itu Mahira merasa sangat sedih karena om, Tante dan kedua sepupunya sedang berlibur di luar kota. Teddy tanpa diminta membantu Mahira merawat sang oma selama 2 hari. Ia bahkan rela tak pulang ke rumahnya. Hal itulah yang membuat Mahira mulai jatuh hati pada Teddy, sampai akhirnya, sebulan setelah omanya keluar dari rumah sakit, Teddy menyatakan cintanya pada Mahira. Dan Mahira menerimanya karena oma juga mendukungnya. Putri yang terlihat kecewa karena sesungguhnya Putri menginginkan Mahira bersama Edmond.
***********
Hallo semua.....
sampai di sini, bagaimana kisah ini?
berikan komentarmu ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
bunda syifa
modus nya mantap 👍👍
2022-08-07
1
Mamah DevaniRaihan
blum ngerti thor jlan ceritanya
2022-05-11
0
mama reihan
udah mulai menarik thor...
2022-04-20
1