RAHASIA CINTA EDMOND
Tangan Mahira bergetar saat memegang ponselnya. Ia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya. Teddy meninggalkan dia? Secepat itukah?
Jantung Mahira berdetak mulai tak beraturan. Keringat dingin mulai memenuhi wajah, kaki dan tangannya. Ini tak mungkin! Teddy pasti hanya main-main dengan pesannya ini, batin Mahira lalu mencoba menghubungi nomor Teddy.
Nomor Teddy tak aktif. Ketakutan mulai melanda Mahira. Ia tahu kalau Teddy sedang marah padanya. Teddy kecewa karena Mahira tak mau ikut bersamanya ke Singapura.
Mahira kembali membaca pesan yang baru setengah jam yang lalu dikirimkan Teddy padanya.
Ini pilihanmu. Maaf, aku tak bisa menunggu lagi
pekerjaanku sangat banyak di Singapura.
Sebaiknya hubungan kita berakhir sampai di sini karena aku tak mau lagi menjalin hubungan jarak jauh. Aku pergi dan tak akan
kembali lagi.
Air mata Mahira menetes di pipinya. Ia tak menyangka kalau Teddy akan benar-benar meninggalkan dia.
"Kamu kenapa?" tanya Putri membuat Mahira terkejut dan buru-buru menghapus air matanya.
"Hai, Put!" Mahira berusaha tersenyum namun Putri menatapnya penuh curiga. Bagaimana pun Putri adalah sahabatnya sejak masih TK. Putri sangat tahu bagaimana menderitanya Mahira saat papa dan mamanya meninggal secara bersamaan karena kecelakaan pesawat yang mereka alami saat Mahira berusia 8 tahun. Dan bagaimana menderitanya Mahira saat harus hidup bersama dengan om dan tantenya. Om Mahira adalah adik dari papanya. Om Frans namanya. Ia sebenarnya baik
Namun tidak dengan istrinya. Mahira selalu diperlakukan bagaikan pembantu di rumah itu yang harus melayani tantenya dan kedua sepupu perempuan Mahira.
Omanya lah yang menjadi sumber kekuatan bagi Mahira untuk bertahan dan tetap tinggal di rumah itu.
Mahira yang pintar masuk universitas disaat usianya masih 3 bulan lagi genap 17 tahun. Mahira giat untuk belajar dan akhirnya ia lulus dengan hasil yang sangat membanggakan diusianya yang ke-20. 3 bulan setelah kelulusannya, Mahira mendapatkan pekerjaan di salah satu bank swasta dan kini ia sudah satu tahun lebih menjadi pegawai di bank ini, sampai akhirnya Putri pun mendapatkan pekerjaan yang sama dengannya.
"Masalah di rumah lagi? Tante Wulan membuat masalah lagi kah?" tebak Putri. Keduanya baru saja memesan makan siang mereka. Putri kemudian pamit ke toilet dan saat ia kembali, wajah Mahira terlihat sangat sedih.
"Bukan, Put."
"Lalu?".
"Teddy akhirnya pergi ke Singapura dan dia memutuskan hubungan kami."
Putri menepuk bahu sahabat karibnya itu. "Ya sudahlah. Kamu kan tahu dari dulu aku nggak terlalu suka kalau kamu berhubungan dengan Teddy. Mungkin ini sudah jalan Tuhan untuk mengatakan kalau kalian nggak jodoh."
"Masalahnya nggak sesederhana itu." Mahira menarik napas panjang.
"Aku tahu hubungan kalian sudah cukup lama. 4 tahun. Namun kamu harus move on, Ra."
"Aku...., aku mungkin ha...mil." kata Mahira pelan seolah takut ada yang mendengar karena mereka sementara ada di cafe dekat bank tempat mereka bekerja.
"Apa? Kok bisa? Kamu dan Teddy sudah......" Putri tak dapat meneruskan kalimatnya karena ia tak bisa membayangkan bagaimana Mahira bisa melakukan itu dengan Teddy.
Mahira menunduk agak sedikit malu. "Kami baru satu kali melakukannya. Kejadiannya sudah dua minggu yang lalu. Saat Teddy ulang tahun."
"Mahira....! Mengapa kamu mau melakukan itu? Tante mu dan kedua sepupumu itu pasti akan menghina kamu habis-habisan. Mereka mungkin akan mengusir kamu dari rumah itu. Lalu bagaimana dengan Oma mu?" Putri ingin sekali memukul kepala temannya itu.
"Aku nggak tahu juga kenapa malam itu aku sampai tergoda dengan rayuan Teddy. Tubuhku seakan begitu bergairah dan begitu mendambakan sentuhannya."
Putri tak ingin memojokkan lagi sahabatnya itu. Ia memberikan tissue pada Mahira.
"Tenanglah. Kalian kan hanya melakukannya satu kali. Kemungkinan untuk hamil mungkin kecil."
"Masalahnya, itu adalah tanggal suburku, aku takut kalau aku akan hamil, Put."
Mahira memberikan ponselnya agar Putri dapat membaca pesan yang dikirimkan Teddy padanya.
"Ya sudah. Pulang kantor nanti, kita akan mencari Teddy. Siapa tahu ia hanya menggertak kamu saja." Putri menghibur sahabatnya.
Jam 5 sore, keduanya sudah menyusuri jalan raya Manado untuk menuju ke apartemen Teddy yang ada di pusat Kota itu. Teddy memang tinggal sendiri karena kedua orang tuanya sudah lama pindah ke Singapura. Teddy hanya memiliki satu adik perempuan yang juga sudah menikah dan tinggal di Korea Bersama suaminya.
Sesampai di depan apartemen Teddy yang memiliki nomor 457, Putri langsung membunyikan bel yang ada.
Tak lama kemudian, pintu dibuka. Namun bukan Teddy, melainkan seorang bapak-bapak berusia sekitar 40an.
"Maaf, mencari siapa ya?" tanya bapak itu.
"Ini kan apartemennya Teddy Kandow?"
Bapak itu tersenyum. "Benar. Kami sudah membelinya 3 hari yang lalu. Nak Teddy sepertinya sudah berangkat ke Singapura tadi pagi."
Mahira merasakan kalau tubuhnya tiba-tiba saja menjadi lemah. Ia bahkan harus memegang lengan Putri untuk menahan tubuhnya yang hampir jatuh.
"Terima kasih kalau begitu, pak. Maaf menganggu."
Bapak itu mengangguk. Namun saat memperhatikan Mahira, tiba-tiba ia ingat sesuatu.
"Nona, tunggu sebentar." Bapak itu masuk ke dalam apartemen lalu keluar dengan sebuah kardus ditangannya. "Ada barang-barang nak Teddy yang tertinggal. Sepertinya juga ada foto nona ini." kata bapak itu sambil menunjuk ke arah Mahira.
"Terima kasih." Putri yang menerima kardus itu.
Mereka pun segera meninggalkan gedung apartemen. Saat sudah berada dalam mobil, Mahira tak tahan untuk membuka kardus itu. Alangkah terkejutnya ia saat melihat isi kardus itu adalah semua barang pemberiannya untuk Teddy. Ada jam tangan, beberapa bingkai foto dirinya. Dan juga dasi dan kemeja yang pernah Mahira hadiahkan saat Teddy ulang tahun.
"Dia memang ingin melupakan aku selamanya. Semua barang-barang pemberianku tak ada yang dibawa nya. Aku harus bagaimana, Put?" tangis Mahira kembali pecah.
"Dasar laki-laki tak bertanggungjawab. Setelah dia mendapatkan sesuatu yang berharga darimu, dia seenaknya saja pergi. Jangan bersedih, Ra. Kamu harus kuat. Masih banyak kok laki-laki yang akan menerima kamu apa adanya."
"Bagaimana kalau aku hamil, Put? Aku pasti akan diusir dari sana. Dan Oma akan menderita. Aku harus gimana? Aku memang sedih karena Teddy meninggalkanku namun yang aku takutkan jika aku hamil." Mahira nampak sangat putus asa.
Putri diam sejenak. Tiba-tiba ia ingat dengan satu nama. "Edmond!"
"Edmond?" Mahira nampak bingung.
"Edmond Moreno."
"Kenapa dia?"
"Dia pasti mau menolong mu."
"Mana mungkin? Aku sudah menolaknya berkali-kali. Lagi pula dia mungkin sekarang sudah ada di luar negeri. Atau mungkin dia sudah menikah."
"Nggak. Dia ada di Kalimantan. Kamu ingatkan setahun yang lalu aku bertemu dengannya di Jakarta? Ia masih saja menanyakan mu. Sebentar ya, aku telepon dia." Putri mengambil ponselnya dari dalam tasnya.
"Jangan, Put!"
"Kamu diam saja."
Putri mencari nama Edmond di daftar kontaknya. Setelah menemukan nama itu, ia segera menghubunginya. Putri sengaja menekan loud speaker agar Mahira dapat mendengarkan percakapan mereka.
Di dering keempat, panggilan itu di jawab.
"Hallo kak Edmond!" sapa Putri.
"Siapa ya?"
"Kakak nggak menyimpan nomor aku? Aku Putri."
"Putri yang mana ya?"
"Putri sahabatnya Mahira Amalia Hamarung."
"Oh....aku ingat. Apa kabar nya Mahira?"
Putri menatap Mahira sambil mengangkat satu alisnya.
"Mahira lagi nggak baik. Sedang patah semangat. Kayaknya ia mau bunuh diri."
"Kenapa?" Suara Edmond terdengar cemas.
"Dia putus dengan Teddy."
"Kenapa bisa putus?"
"Teddy mengajak Mahira tinggal di Singapura. Namun Mahira tak bisa meninggalkan omanya. Kakak tahu kan latar belakang Mahira seperti apa. Teddy kayaknya nggak mau punya hubungan jarak jauh. Akhirnya Teddy pergi meninggalkan Mahira sendiri."
"Apakah dia terlihat sangat sedih? Andai aku bisa ada di sana untuk menolongnya."
"Kakak dapat menolongnya."
"Caranya?"
"Menikahinya untuk menyelamatkan dia."
"Maksudnya?"
"Mahira mungkin hamil."
"Kenapa mungkin?"
"Ia belum melakukan test. Namun ia merasa bahwa ia pasti hamil karena saat Teddy menyentuhnya, ia dalam masa subur. Dan jika dia memang hamil, maka habislah ia."
Edmond diam sejenak.
"Kak Ed, kamu masih di sana kan?" tanya Putri khawatir karena suara Edmond nggak terdengar lagi.
"Putri, memangnya Mahira mau menikah sama aku?" tanya Edmond.
"Sekarang aku yang tanya sama kakak, apakah kakak mau menikah dengan Mahira seandainya dia hamil?"
"Asalkan dia mau menjadi istriku yang sesungguhnya dan belajar melupakan Teddy, aku mau. Kamu kan tahu, dari dulu aku memang mencintainya."
"Dan anaknya."
"Akan ku sayangi seperti anakku sendiri."
"Kakak sungguh-sungguh, kan?"
"Kalau memang Mahira siap untuk menikah denganku, besok aku datang ke Manado."
"Ok. Aku akan bicara dengan Mahira. Malam ini, aku kasih kabar ke kakak."
"Aku akan menunggu dengan senang hati. Katakan pada Mahira, rasa yang dulu masih tetap sama."
Putri mengahiri percakapan diantara mereka. Ia kini menatap sahabatnya. "Edmond bersedia, Ra. Bagaimana denganmu?"
"Aku bingung, Put. Kita pulang aja, yuk!"
**********
Oma Yohana tersenyum melihat cucunya yang memasuki kamarnya.
"Oma senang kamu sudah ada di sini. Eh, kenapa matamu bengkak?"
Tadi ada sedikit salah paham dengan teman di kantor. Oma kan tahu kalau aku kadang suka jadi cengeng." Mahira menarik kursi agar mendekat dengan kursi roda omanya. Sudah setahun ini omanya tak bisa lagi berjalan.
"Mahira, kapan kau akan menikah? Rasanya oma sudah tak sabar ingin melihat kau menggunakan gaun pengantin."
"Oma, usiaku baru saja genap 22 tahun 2 bulan yang lalu. Aku masih ingin kerja."
Yohana membelai rambut cucunya. "Oma takut nggak akan sempat melihatmu menikah, nak. Carilah pria baik yang mau bertanggungjawab akan hidupmu sehingga kau bisa keluar dari neraka rumah ini. Oma nggak mau kamu kayak Maya dan Merry Yang menghabiskan waktu mereka di diskotik. Yang Oma dengar, Merry bahkan sudah pernah mengugurkan kandungannya. Kamu jangan kayak mereka ya? Perempuan yang baik adalah yang tahu menjaga kehormatan dirinya. Yang akan menyerahkan dirinya hanya kepada laki-laki yang sudah menjadi suaminya."
Susah payah Mahira menahan air matanya agar tidak jatuh. Bagaimana kalau aku hamil? Oma pasti akan kecewa. Apalagi sekarang aku dan Teddy sudah putus.
*********
Jam 10 malam
Mahira menulis pesan pada Putri.
Aku bersedia menikah dengan Edmond
********
Hallo semuanya, selamat datang di novel emak yang ke-12
Semoga makin suka ,ya???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ibelmizzel
aku mampir Thor 💪
2023-01-19
1
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
jadi pelajaran klo perempuan itu jangan mudah menyerahkan kehormatannya, hrs bisa menjaga
2022-08-29
2
gia gigin
lagi nunggu up nya jack dan Riana aku lanjut ke Mahira dan Edmond 😍😍
2022-07-28
1