Turun Berat Badan pembawa Masalah

Devi mencoba melipat mukena setelah selesai shalat subuh.

"Mami, Devi mau olahraga, jadi-"

"Ya pergilah, Mami juga tidak ada barang yang harus dibantu."

Mendengar itu Devi langsung bergegas menuju kamar untuk menganti piyama dengan baju olahraga.

Beberapa menit Devi melangkah keluar dari kamar berjalan menuju luar rumah.

"Eh, Neng Devi mau olahraga?" tanya tetangga yang membeli nasi kuning Mami.

Devi mengangguk pelan. "Iya."

"Bagus deh, demi penampilan."

Devi melihat Mami, sebenarnya beliau bisa saja menepis semua omongan pembelinya. Namun Bapak pernah berbicara untuk tidak menepis setiap perkataan orang, biar Allah yang membalas.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Kompak.

Devi pun mulai berlari meninggalkan tempatnya berdiri.

Dari kejauhan Jaka memperhatikan Devi yang berolahraga, ia pun mendekat.

"Selamat pagi Nona gemes." Sapa-nya.

"Bisakah kau tidak memanggil ku dengan sebutan itu!?"

"Memang kenapa? Itu cocok untuk mu."

"Tapi aku tidak suka."

"Baiklah, jadi aku harus memanggil mu apa?"

"Devi, panggil aku Devi."

"tapi aku lebih suka Nona gemes."

"Jaka!!" teriak Devi mencoba memukul Jaka.

Jaka pun berlari menghindar dari pukulan Devi.

"Aakk!" Tiba-tiba keseimbangan Devi kacau. Membuat dirinya tersandung kaki sendiri, melihat itu dengan cepat Jaka menangkap tubuh Devi yang gemuk, menahan beban 70kg. Karena tidak kuat lagi, Jaka terjatuh dan tertindih tubuh Devi yang gemuk, itu membuat Devi merasa bersalah. Ia pun berlari menjauh dari Jaka membuat pria itu melihatnya dengan bingung.

"Kenapa dia?"

~*~

Devi terus menangis di dalam kamar, itu membuat Mami khawatir.

"Bapak sih nggak boleh ijinkan aku membalas semua ocehan tetangga, jadinya Devi sedih, dia pasti merasa terpukul." Protes Mami pada pemikiran Bapak.

"Biar Bapak yang bicara." Bapak pun melangkah menuju kamar Devi.

Tok! Tok! Tok!

"Devi, buka pintunya nak." Panggil Bapak dari luar.

Devi yang ada di kamar menangis kembali menyembunyikan wajahnya yang bulat ke dalam permukaan bantal.

Tetap saja itu tidak bisa ia lakukan karena napasnya tidak bisa menahan lama.

Tiba-tiba ponselnya berdering tanda pesan masuk dengan cepat Devi membukanya, ternyata dari Ajeng.

"Devi ada Ajeng nih."

Devi pun membuka pintu kamar sedikit.

"Hai." Sapa Ajeng di balik pintu.

~*~

Akhirnya Ajeng berhasil membuat Devi keluar dari kamar untuk melanjutkan lari pagi yang sempat tertunda.

"Wah...angin pagi hari Minggu memang luar biasa." ucap Ajeng mencairkan suasana.

Devi tetap waspada melihat sekitar mencari sosok Jaka, tentu saja ia masih merasa malu pada pria itu dengan apa yang terjadi.

"Kenapa sih, lu udah kaya diincar aja."

"Gua takut dia ada."

"Hah? Dia siapa?"

"Hih!" Devi terkejut saat melihat sosok Jaka yang sedang bermain dengan para bocah kompleks. Namun entah kenapa setiap Devi ada pasti Jaka menyadari kehadirannya, pria itu menoleh melihat Devi memberikan lambaian dan senyuman.

"Hai Devi." Panggilnya.

"Ayo Ajeng kita pergi dari sini." Ajak Devi.

"Hah? Emang kenapa?" tanya Ajeng kebingungan.

"Hai Nona gemes." Sapa Jaka yang sudah sampai di tempat mereka berdiri.

Dengan cepat Devi membuang pandangan untuk tidak melihat Jaka, membuat pria itu semakin penasaran apa yang terjadi pada temannya itu.

"Hai aku Ajeng." Memberikan jabat tangan pada Jaka.

"Jaka." Tanpa membalas jabat tangan Ajeng membuat wanita itu kecewa.

Devi masih menunduk, ia pun mencoba berlari kembali meninggalkan Ajeng bersama Jaka.

"Eh Devi!! Tunggu!!"

Jaka hanya bisa melihat kepergian Devi.

"Abang! Giliran mu!" teriak para bocah.

~*~

"Devi!!" Teriak Ajeng.

Teriaknya membuat menarik perhatian para warga yang sedang sibuk di pagi hari Minggu.

"Devi ada apa nak?" tanya Mami yang kebingungan melihat putrinya berlari masuk ke rumah sambil menangis.

Mami pun melihat Ajeng yang sudah sampai di sana. "Ada apa ini?" tanya Mami."

"Itu gara-gara cowok."

"Cowok? Cowok siapa?"

"Anu, saya juga kagak tau Tante."

Mami masuk ke dalam, begitu pula Ajeng. Namun ia kembali lagi untuk mengambil barang yang seharusnya Mami rapikan dan meletakkannya di atas meja ruang tengah.

"Devi ada apa?" tanya Mami.

"Iya ada apa sih? Ko malah kabur?" tanya Ajeng.

"Eh Ajeng kamu masukkan semua barang dagangan Tante?"

"Iya, hehehehe..."

"Ya ampun terima kasih loh jadi ngerepotin."

"Kagak apa-apa ko Tante."

Devi kembali menangis menutup wajahnya.

"Ayo cerita! Jangan bikin Mami binggung."

Tiba-tiba Bapak yang baru pulang belanja muncul membuat kami terkejut dengan suara bantingan dari barang yang ia bawa.

"Ada apa ini kumpul-kumpul?" tanya Bapak kebingungan.

Dengan cepat Ajeng berdiri memberi salam dengan mencium tangan Bapak.

"Teman kerjanya Devi ya?" tanya Bapak.

"Iya pak benar."

"Ada apa ini?" tanya Bapak lagi.

"Kagak tau Devi tadi lari pagi bareng, tiba-tiba ngambek." jelas Ajeng dengan nada khas-nya.

"Mang nggak ada yang aneh?" tanya Mami.

"Eh, jangan-jangan Devi ada masalah sama Jaka."

"Jaka!" ucap Mami dan Bapak bersamaan.

Mendengar itu Devi kembali menangis menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Tuh kan." Tunjuk Ajeng.

Devi mengambil napas panjang.

Mencoba menceritakan semua saat Bapak mengetahui alasan putrinya seperti itu, Bapak keluar rumah berniat mencari pria bernama Jaka itu. Itu membuat Devi panik, ia pun mengejar Bapak diikuti Mami dan Ajeng.

~*~

Jaka mencoba membantu salah satu ibu-ibu yang keberatan mendorong gerobak dagangannya.

"Abang!!" teriak seorang remaja laki-laki.

"Eh Joko ada apa?" tanya Jaka.

"Ada yang cari Abang, bapak-bapak sama tiga cewek, satu kayanya istri bapak itu dan yang dua cewek yang Abang sapa." jelasnya.

Jaka tau siapa orang yang dijelaskan remaja itu, ia pun memakirkan gerobak milik ibu tersebut.

"Tanjakannya sudah habis Bu, saya tidak bisa lanjut karena ada masalah pribadi."

"Terima kasih Nak."

"Sama-sama."

Merasa ibu tersebut sudah menjauh, Jaka pun berjalan meninggalkan tempatnya berdiri.

"Di mana mereka?" tanya Jaka.

"Di warung mbak Tuti."

~*~

Devi mencoba menunggu Jaka di jalan berbeda agar Jaka tidak bertemu dengan Bapak, jika mereka bertemu maka kesalahpahaman akan terjadi.

"Jaka!" Panggil Devi saat melihat Jaka dari jauh, ia pun berlari mendekatinya.

"Eh Nona gemes."

"Pliss ... jangan lewat sini ya, aku mohon."

"Kenapa?" tanya Jaka penasaran.

"Jadi Bapak berjenggot itu ayah kakak ya?" tanya remaja laki-laki yang bersama Jaka.

"I-Iya, aku menceritakan masalah kita kemarin yang aku jatuh itu."

"Lalu, Bapak mu tidak terima kakak disentuh bang Jaka?" tanya remaja laki-laki itu lagi.

"Iya, ihhh ... nih adek mu ya!?" ucap Devi kesal karena sedari tadi remaja laki-laki itu terus bertanya.

Jaka hanya bisa tersenyum geli melihat raut kesal Devi, baginya itu terlihat lucu dan menggemaskan itu sebabnya ia memanggil Devi dengan sebutan Nona gemes.

"Jadi kau yang namanya Jaka!!" teriak seorang pria.

Devi menunduk takut karena ia tau itu adalah suara bapaknya yang sedang marah.

Terpopuler

Comments

Evina Selene

Evina Selene

Padahal udh baca, tapi ttp aja di ulang-ulang

2022-04-20

1

IG: Riskaprakoso_

IG: Riskaprakoso_

MAAF YA GA PERNAH UPDATE 😌

2022-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!