Gara-gara Makeup

Devi mencoba kosmetik pemberian Bapak untuk bersiap berangkat kerja. Belajar melalui video YouTube yang ia tonton.

"Mami berangkat kerja! Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, hati-hati ya!!" balas Mami dari dapur.

Devi mencoba memakai kacamatanya menyusuri jalan komplek, tanpa di sadari semua mata pejalan kaki melihat ke arahnya dan mulai tertawa kecil.

Dari kejauhan Jaka berandalan kompleks melihat sosok Devi, senyumannya merekah mencoba mendekati.

"Devi!!" teriaknya dari jauh.

Devi pun menoleh, Jaka begitu terkejut saat melihat sosok wanita di depannya dengan berpura-pura ia melihat jam tangannya.

"Maaf aku ada keperluan mendadak." ucapnya melarikan diri dari Devi.

Wanita itu melihat kepergian Jaka dengan raut muka binggung. "Ada apa dengannya?" Devi melanjutkan perjalanan menuju halte Busway.

Ia belum menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung halte, walaupun mereka membicarakan tentangnya itu tidak membuat Devi merasa jika mereka membicarakan dirinya, ia masih menikmati dunianya sendiri.

~*~

Sesampai di kantor perhatian itu terus berlanjut sampai akhirnya Ajeng teman kerjanya mendekati dirinya dengan tatapan terkejut dengan perubahan Devi.

"Devi?"

"Iya, Ajeng bagaimana penampilan gua?" tanya Devi meminta pendapat.

Ajeng menahan tawanya dengan menutup mulut. Mendapat reaksi Ajeng membuat senyuman Devi berangsur menghilang, tatapan menjadi nanar menatap ke setiap karyawan yang ada di sana, benar-benar menahan tawa seperti apa yang di lakukan Ajeng.

Devi melangkah mundur dan memilih meninggalkan tempatnya berdiri.

"Devi!!" teriak Ajeng merasa bersalah, ia pun mengejar teman kerjanya itu.

Devi terus berlari menghindari semua orang yang melihat dirinya.

BUK!

Hantaman keras tepat mengenai wajah Devi, sakit sekali rasanya saat ia berusaha melihat siapa orang yang ada di depan. Tepat berdiri seorang pria itu terlihat style kemeja dengan jas hitam yang lebih mengejutkan Devi adalah di mana semua hiasan makeup menempel pada jas dan kemeja pria tersebut.

"Hah ... maafkan saya." Berusaha menghapus noda makeup tersebut.

"Apa yang kau lakukan!?" Pria itu marah pada Devi mencoba menepis tangan gempal-nya.

Devi melihat siapa pria yang begitu jahat padanya itu, saat mengetahui siapa pria itu hati Devi kembali lebih sakit dari sebelumnya, ya dia adalah Riki cinta pandangan pertamanya.

Devi menahan sedih melangkah mundur untuk meninggalkan tempat tersebut, pria bernama Riki terdiam melihat kepergian Devi dengan tatapan binggung.

"Devi!!" teriak Ajeng yang masih mengejar dan mencari Devi.

"Selamat pagi pak." Sapa Ajeng saat melihat Riki berdiri melihat kedatangannya lalu berlari kembali mengejar Devi.

"Devi!!" teriaknya membuat seluruh karyawan melihat padanya.

~*~

Devi mencoba menghapus air matanya.

Melihat diri di depan cermin, memang makeup-nya terlihat medok dan abu-abu di wajah. Usianya yang 25 tahun terlihat sudah 30an.

Ia ingat saat SMA menjadi bulan-bulanan warga sekolah karena penampilannya. Sawo matang gelap begitu dipandang rendah oleh mereka, Devi kembali menangis walaupun ia mendengar pintu terbuka tetap ia akan memperlihatkan kesedihannya itu pada mereka yang berkunjung ke toilet.

"Devi, aku minta maaf." ucap seseorang.

Devi menoleh. "Tidak apa-apa, aku memang jelek." ucap Devi merendahkan diri.

"Kata siapa kau jelek! Kau cantik kok, hanya saja makeup mu itu seperti ondel-ondel." celetuk Ajeng jujur.

Devi kembali menangis.

"Hah! Maaf aduh aku jujur banget, iihh ... bodoh - bodoh." Melihat Ajeng memukul-mukul kepalanya itu membuat Devi luluh dan tertawa kecil.

"Sudah Ajeng, aku memaafkan mu."

Ajeng tersenyum. " Benarkah? Kau memaafkan aku?" tanya Ajeng senang.

Devi mengangguk.

"Huh, terima kasih Devi, kau memang teman kerja yang luar biasa." Memeluk Devi dengan erat dan kuat pula.

Devi menahan sesak, berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Ajeng yang gemas padanya.

"Kau ingin berdandan? Aku akan membantu mu." tawar Ajeng.

"Kau bisa?"

"Tentu saja. Ayo sekarang hapus makeup mu, nanti pulang kerja kita ke toko kosmetik langganan ku."

Devi tersenyum senang, ia merasa bersyukur masih ada orang yang peduli dengannya selain keluarganya sendiri.

~*~

Devi melihat Riki Pratama berjalan mendekati dirinya, meletakkan sebuah paper bag di atas meja tepat di mana ia berdiri.

"Ini kemeja dan jas saya, kau cuci sampai bersih besok kau kembalikan lagi, kau mengerti!"

Devi melihat paper bag tersebut.

"Kau mengerti tidak!?" tegas Riki.

Devi terkejut. "Hah! Iya pak, saya mengerti, maafkan saya." Menunduk.

"Bagus, jangan sampai lupa, jika itu terjadi, saya tidak akan segan-segan akan memberimu points jelek." Selesai berbicara Riki Pratama pun melangkah meninggalkan Devi dengan tatapan sayu seperti menahan sedih.

Semua karyawan termaksud Ajeng pun melihat kejadian itu, membuat ia merasa kasihan pada Devi.

~*~

"Ihh ... menyebalkan, aku pikir sifatnya sesuai dengan muka baby face nya itu, ternyata ngeselin!" Oceh Ajeng.

Devi masih menunduk memikirkan kesalahan hari ini. Ajeng menyadari itu.

"Devi! Udahlah jangan dipikirkan."

"Huh, tapi gua kaga enak sama pak Riki."

"Udah nggak usah mikirin itu lagi, nih kita udah sampe, yuk." Ajak Ajeng menggandeng tangan Devi masuk ke dalam toko kosmetik.

"Selamat datang." Sambut karyawan toko.

Devi melihat penampakan isi toko yang luar biasa membuatnya kagum.

"Kemarilah," Ajak Ajeng menuntun Devi.

"Kalau aku pribadi pakai cousion aja, selain simpel dia cepet juga."

Devi mendengarkan setiap ocehan Ajeng yang menurutnya penting tidak segan-segan ia pun mencatat semua yang dijelaskan.

"Mbak, maaf apa kau punya warna kulitnya?" tanya Ajeng pada karyawan toko.

Karyawan toko pun mencoba mencari warna yang cocok dengan melihat nadi tangan Devi. Devi terlihat kebingungan.

Selesai melihat nadi tangan, ia pun mencoba mencari cousion yang cocok.

"Coba pakai ini, dioleskan sedikit jika warna menyatu itu artinya cocok." Jelasnya.

Ajeng menerima. "Apa ada tester dengan warna yang sama?" tanya Ajeng.

"Kalau kalian mau coba makeup yang cocok kami bisa mendandani, jika hasilnya memuaskan kalian bisa membelinya." jelas karyawan toko.

Devi dan Ajeng pun mengangguk setuju, mereka mengikuti karyawan tersebut ke depan. Di sana ada beberapa wanita yang sedang di dandani dengan hasil yang membuat kedua wanita itu berdecak kagum.

"Warna kulitku sawo matang apa bisa mengikuti? Walaupun tidak bisa makeup?" tanya Devi.

"Bisa ko kak, kita punya channel untuk belajar, di sana kakak bisa cari dengan warna kulit yang sama seperti kakak." jelas tukang makeup.

Penjelasan itu membuat Devi tertarik, ia pun mencoba untuk didandani oleh si tukang makeup. Setelah lima menit selesai. Dengan cepat Devi melihat hasilnya itu membuat Ajeng dan dirinya ikut kagum. Tentu saja, walaupun warna kulit sawo matang wajah Devi terlihat mulus tanpa cacat bekas jerawat, bahkan matanya yang sipit karena kacamata pun menjadi lebih belo namun itu terlihat cantik.

"Wah Devi kau cantik sekali." Puji Ajeng.

"Benarkah?"

Ajeng mengangguk semangat.

"Jadi berapa barang yang anda mau?" tanya karyawan toko.

~*~

Devi melambaikan tangan pada Ajeng yang ada di dalam Bus Transjakarta, saat Bus tersebut melaju pergi barulah Devi melangkah keluar dari halte, ia bisa merasakan seluruh mata memandangi dirinya. Namun pandangan ini lain dengan tadi pagi ini adalah pandangan kagum.

"Badannya gemuk, tapi cantik banget."

"Iya, cantik banget."

Devi bisa mendengar ucapan mereka tentang dirinya, itu membuat Devi tersenyum di dalam hati. Matanya tiba-tiba menangkap sosok Jaka menunggu di tempat biasa. Devi berpura-pura tidak mengenal benar saja Jaka tidak memanggil dirinya, niat ingin meninggalkan Jaka itu tidak terjadi karena Devi masih ada perasaan kasihan.

"Jaka." Panggil Devi menepuk pundak Jaka yang gagah.

Pria itu melihat Devi. "Maaf apa aku mengenal anda?" tanya Jaka kembali melihat pintu keluar halte.

Devi tertawa tertahan.

"Jaka, ini aku Devi."

Jaka melihat Devi, memandangi dirinya dari atas sampai bawah.

"Ini beneran Nona gemes?" tanya Jaka.

Devi cemberut. "Bisa tidak kau tidak memanggilku seperti itu."

Jaka tertawa terbahak-bahak.

Terpopuler

Comments

Lisa Z

Lisa Z

jujur itu emang kadang menyakitkan, tapi jujur itu perlu

2022-04-24

0

pecinta COGAN 💋

pecinta COGAN 💋

bang jaka jail😂😂

2022-04-17

1

Sedang Sibuk

Sedang Sibuk

Thor ngetiknya berapa kata sih? Panjang banget 😁

2022-03-27

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!