Sejak Daisy lahir, Miss Aneth sudah membantu Ibu merawat Daisy. Tidak hanya itu, Miss Aneth juga mengajarkan tekhnik beladiri sejak Daisy balita. Tentu saja atas permintaan ayah dan ibu. Miss aneth adalah seorang pelatih tekhnik beladiri yang hebat. Selain mengasuh, Miss Aneth juga menjaga dan melindungi Daisy dengan sangat baik layaknya body guard.
Miss Aneth juga yang mencarikan guru musik dan vocal untuk Daisy. Karena Daisy senang bernyanyi dan bermain musik. Bakat itu menurun dari ayah dan ibu.
Les balet pun Daisy ikuti. Dia melakukan semua kegiatan itu dengan senang hati. Karena dia memang menyukainya. Dia ingin menjadi seperti ibu. Wanita cantik yang serba bisa. Pandai menari, menyanyi, bermain musik dan juga sangat pintar. Supaya kelak ia bisa punya suami seperti ayah. Seorang pria yang pintar, baik hati dan tampan.
"Latihannya sudah cukup, Nona. Silahkan nona mandi. Nanti saya minta Miss Anie buatkan susu hangat untuk Nona. Besok acara pesta kebun, bertepatan dengan ulang tahun nona ke tujuh belas" Miss Aneth merapikan matras di ruang latihan beladiri.
"Acara pesta kebun besok, Tuan besar mengundang beberapa tamu dari luar, Nona. Saya diberitahu pak Alberto tadi sore" Ucap Miss Aneth.
"Oh iya. Aku sudah tahu dari email yang dikirim sekretaris pribadi Kakek yang dikirim ke semua anggota keluarga" ucap Daisy.
"Baiklah kalau begitu. Sekarang. Ayo, mandilah Nona. Supaya bisa istirahat lebih cepat" Miss Aneth menggiring Daisy keluar dari ruangan latihan. "Hush hush hush...." Seperti menggiring anak ayam, diselingi tawa ceria keduanya.
Miss Aneth masih saja memperlakukannya seperti anak kecil.
Selepas mandi, Daisy merapikan rambutnya yang seharian dikepang. Dia membiarkan rambut keemasannya yang bergelombang terurai bebas. Poni yang menutupi dahinya dia sisir ke samping.
Ditatapnya wajah di dalam cermin di hadapannya. Dia sangat mirip dengan Ibu dan matanya seperti ayah berwarna coklat.
"Kamu sangat cantik. Kamu harus berhati-hati. Semakin banyak laki-laki yang menyukaimu. Semakin berbahaya untukmu" ucapan Ibu masih terngiang.
"Belajarlah menjaga diri dengan baik"pesan ibu kala itu.
"Kalau begitu aku tidak mau terlihat cantik. Supaya tidak diganggu oleh para lelaki" sahut Daisy waktu itu.
***
Daisy duduk kursi balkon kamarnya menikmati semilir angin malam. Kebetulan malam ini bulan purnama, jadi langit nampak terang dan cerah.
Ia menikmati segelas susu hangat yang sudah disiapkan Miss Anie. Diseruputnya perlahan. Mencoba meredam rasa rindu kepada ayah, ibu dan Marino. Rasa rindu yang selalu semakin terasa di saat ia sendiri.
Besok hari ulang tahunnya. Besok juga genap sembilan tahun kepergian ayah , ibu dan Marino. Setiap hari ulang tahunnya, dia merasakan sedih yang mendalam.
Di kejauhan, di rumah Foglia, nampak seseorang berdiri dalam remang cahaya bulan. Daisy menggeser duduknya ke balik rerimbunan tanaman hias disudut balkon. di sana ada teropong yang tersembunyi. Daisy mengarahkan teropong ke balkon lantai dua rumah Foglia. Nampak Maxi tengah bersandar memegang teropong dan tangan satunya memegang dada sebelah kirinya. Lalu Maxi memakai kembali teropongnya. Daisy bersembunyi di balik tanaman hias . Rupanya Maxi menerepong ke tempat tadi dia duduk di kursi. Rupanya laki-laki itu sedari tadi mengintipnya.
Daisy meletakan teropongnya kembali. Lalu berdiri bersandar di dinding balkon. Sengaja supaya terlihat Maxi. Dia melambaikan tangannya ke arah Maxi. Lalu berbalik menuju kamar. Kemudian dia berbalik lagi sambil menjulurkan lidah dan memutar bola matanya. Huh Dasar pengintip, gumam Daisy seraya menutup pintu kamar dan gordennya.
***
Daisy sudah bangun sejak jam lima pagi. Dia sempat berolahraga selama tiga puluh menit.
Dia sedang di depan cermin. Merias tipis wajahnya untuk ke acara pesta kebun. Mulai hari ini di usia ke tujuh belas tahunnya, dia akan melepaskan kacamata dan rambut kepangnya. Sekarang dia sudah dewasa, dia juga sudah bisa menjaga diri. Dia memakai softlense transparant. Rambut bergelombang keemasannya, dia ambil sedikit dibagian sisi kanan dan kirinya lalu disatukan ke bagian tengah dengan jepitan bunga berwarna ungu muda. Sisa rambut lainnya dibiarkan tergerai bebas.
Daisy mengenakan atasan putih berbahan katun lembut dan bawahan rok panjang dengan motif bunga-bunga kecil berwarna ungu muda. Itu adalah pakaian ibu. Daisy memang membawa pakaian-pakaian ibu saat pindah ke kediaman Edoardo.
Kakinya memakai sepatu bersol datar.
"Nona..ini teh hangatnya" Miss Anie meletakkan secangkir teh hangat di meja dekat jendela.
"Terimakasih, Miss Anie" Daisy menoleh.
Miss Anie terperangah melihat Daisy.
"Nona cantik sekali.." Dia bergumam kagum.
"Nona...sebaiknya pakai sepatu...." suara miss Aneth terhenti. Dia menatap Daisy dengan pandangan haru. Seketika dia memeluk gadis itu.
"Nona sudah besar sekarang. Nona cantik sekali" Miss Aneth menyeka bulir air mata di ujung pelupuk matanya.
"Nona sangat mirip dengan Nyonya Bella" Miss aneth melepaskan pelukannya. Wanita berusia 37 tahun itu memegang kedua lengan Daisy.
"Jangan bersembunyi lagi Nona. Saat ini Nona sudah bisa menjaga diri dengan baik" ucap Miss Aneth lagi.
"Jangan biarkan orang-orang selalu menjuluki Nona dengan panggilan bebek buruk rupa"
Daisy mengangguk. Lalu memeluk Miss Aneth.
"Terimakasih sudah menjagaku dengan sangat baik selama ini"
"Saya senang menjaga Nona. Karena saya sayang Nona" ucap Miss Aneth.
Anie yang melihat mereka, menyeka air mata yang bergulir di pipinya. Sembilan tahun dia menemani Daisy di rumah Fiore. Rumah ternyaman di kediaman Edoardo. Hanya Daisy yang memanggil para pelayan dengan panggilan miss. Para anggota keluarga yang lain bahkan hanya menyebutnya 'pelayan' tanpa merasa perlu tahu nama mereka. Hanya Daisy, Nona muda yang tidak pernah berulah dan tidak sombong. Selama ini Anie selalu melihat Daisy dengan penampilan kutu bukunya. Dia tidak pernah mengira jika Nona mudanya ternyata sangat cantik.
Anie bergegas pergi ke dapur. Karena tugas dia mengantar teh hangat sudah selesai.
"O iya. Tadi miss Aneth mau bicara apa?" tanya Daisy menetralkan rasa haru.
"Mungkin sebaiknya Nona memakai sepatu ini" ucap Miss Aneth sambil membawa sepasang sepatu berwarna silver.
"Sepatu yang Nona pakai, ada rusak sedikit dibagian solnya"ucap miss Aneth membuat Daisy melepaskan sepatunya dan mengganti dengan sepatu yang dibawa miss Aneth.
"Selamat ulang tahun, Nona. Semoga selalu bahagia" Miss Aneth kembali memeluk Daisy.
"Terimakasih, Miss" Daisy membalas pelukannya. Sejak kecil, miss Aneth adalah satu-satunya orang terdekat yang tahu semua tentang dirinya.
Daisy melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Jam 07.30. Dia harus segera berangkat ke rumah utama. Karena dia sudah berjanji kepada kakek akan memberikan jawaban jam delapan pagi hari ini.
"Bersenang-senanglah, Nona" ucap miss Aneth saat Daisy melangkah ke luar rumah.
***
Di teras rumah, Daisy mendongak ke arah rumah Foglia. Ada Maxi di sana. Menatapnya tak berkedip. Kemudian tersenyum. Daisy menatapnya sebentar dan membalas senyumnya. Lalu berjalan dengan anggun menuju rumah utama.
Pak Alberto menyambutnya di pintu masuk. Dia nampak terkejut melihat penampilan baru Daisy.
"Mari, Nona. Tuan besar sudah menunggu kedatangan anda."
"Anda sangat cantik, Nona" ucap pak Alberto.
"Terimakasih, Pak Alberto" sahut Daisy seraya tersenyum.
Lift sudah sampai di depan ruangan kerja kakek. Daisy mengikuti pak Alberto masuk.
Ada nenek Luisa juga di ruangan kerja kakek.
"Selamat pagi, Kakek. Selamat pagi Nenek" Sapa Daisy.
Kakek dan Nenek terkejut melihat melihat penampilan baru Daisy.
"Daisy cucuku. Selamat ulang tahun" ucap Nenek.
Nenek merengkuh wajah Daisy , lalu memperhatikan penampilan Daisy.
"Kamu cantik sekali, sayang" ucap Nenek dengan senyum bahagia.
"Nenek seperti melihat ibumu dan mata ayahmu pada dirimu" ucap Nenek. Daisy memeluk nenek dengan hangat. Nenek memang pernah bertemu ibu beberapa kali.
"Duduklah" suara kakek membuat Daisy dan Nenek melepaskan pelukan.
"Selamat ulang tahun Daisy. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu" ucap Kakek dengan tulus.
"Terimakasih, Kakek" ucap Daisy.
"Bagaimana keputusanmu?" tanya kakek.
"Aku akan membantu perusahaan kakek. Tapi aku minta untuk diijinkan pulang ke kota Amber, Empat belas hari dalam satu bulan untuk mencoba kembali meneruskan bisnis ayah dan ibu di sana" ucap Daisy.
Kakek tersenyum puas.
"Keputusan yang sangat bagus" puji kakek.
"Kapan acara wisudamu?" tanya kakek
"Dua hari lagi. Hari Selasa, kakek" jawab Daisy.
"Baiklah. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" tanya kakek lagi.
"Hari Rabu aku sudah bisa" jawab Daisy.
Kakek tersenyum lagi.
"Kamu memang sama persis seperti ayahmu. Selalu bergerak cepat dalam hal apapun. Tidak suka membuang waktu percuma" ucap Kakek. Matanya menerawang. Ada kerinduan yang hadir di sana.
"Baiklah. Pembicaraan kali ini sudah selesai. Acara pesta kebun akan dimulai. Kita lebih baik segera turun" ucap Kakek berusaha menyembunyikan rasa rindu pada ayah.
"Kita turun bersama-sama" ucap Nenek. Nenek merangkul Daisy. Lalu berjalan di belakang kakek.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Arinda 🌹🌹
Akhirnya menampakan wujud aslinya yg cantik...yesss
2022-10-20
0