Di pagi hari yang cerah di hari minggu. Saat pesta kebun akan dimulai. Kakek dan nenek memperkenalkan Daisy kepada semua anggota keluarga.
"Perkenalkan ini adalah Daisy, putri dari Alessio. Anak bungsuku yang selama ini tinggal di kota Amber. Alessio dan istrinya beserta anak laki-lakinya meninggal dalam kecelakaan, maka mulai sekarang Daisy tinggal bersama kita. Dia menempati rumah Fiore, yang memang sudah disediakan untuk Alessio dan keluarganya."
"Kuharap, kalian bisa menerima Daisy dengan baik. Buatlah dia nyaman tinggal di sini"
Ucap kakek Edoardo memperkenalkan Daisy. Lalu dilanjut dengan memperkenalkan para paman, bibi dan sepupu kepada Daisy. Walaupun Daisy belum langsung bisa mengingat mereka satu persatu
Beberapa orang dari mereka memasang wajah tidak bersahabat. Daisy tidak menemukan kehangatan seperti yang dia rasakan jika bersama ayah, ibu dan adiknya.
Cara mereka memperkenalkan diri juga terkesan kaku. Hanya ada satu orang paman dan bibi beserta anak-anaknya yang memberinya senyuman hangat saat perkenalan itu.
"Namamu Daisy ya? jadi...kamu seorang anak yatim piatu?" tanya Marie, kakak sepupunya. Dia jauh lebih besar dari Daisy.
Daisy mengangguk. Marie masih menatapnya dengan senyum licik terukir di bibirnya.
Mereka sedang berkumpul di dekat ayunan di area bermain.
"Namamu seperti nama kekasihnya Donald bebek, Daisy" celetuk Cleo. Yang Lain tertawa.
"Daisy duck itu bebek yang cantik. Kalau dia bebek buruk rupa. Karena dia tidak cantik sama sekali" ucap Marie sambil mencopot kacamata milik Daisy. Lalu memakaikannya lagi di wajah Daisy dengan posisi terbalik.
Semua sepupunya tertawa. Marie tersenyum usil.
Daisy segera memperbaiki posisi kacamatanya.
"Bagaimana kalau kita panggil dia bebek saja. Sangat cocok sepertinya. Berjalan pun tadi kulihat dia lambat seperti bebek," ucap Marie lagi.
"Namaku Daisy. Aku tidak mau dipanggil bebek" Sahut Daisy lantang.
"Tapi nama itu terlalu bagus untuk kamu, bebek" Kali ini Marie memainkan poni Daisy. Daisy menepis tangan Marie. Marie terkekeh.
"Namaku Daisy Alessio. Dan jangan pernah menyentuhku seperti itu" ujar Daisy menatap Marie.
"Waaaw. Kamu berani juga ya. Nona bebek" Marie kembali mendekati Daisy, lalu berjalan memutar mengelilingi Daisy. Menatap Daisy dari ujung kaki ke ujung rambut.
"Jadi selama ini kamu tinggal di desa? Pantas saja pakaian dan rambutmu seperti itu" Joane memegang rambut kepang duanya Daisy.
Daisy menepis tangan Joane dari rambutnya. Menggeser kakinya menjauh dari mereka. Tiga kakak sepupu perempuannya itu membuatnya terganggu.
"Sepertinya dia cukup berani melawan. Kita lihat saja nanti, apakah dia bisa terus melawan kita?" Marie bergumam.
"Apakah kamu bisa bermain musik atau bernyanyi? Hari ini siapapun boleh menunjukan bakat dan keahliannya" tanya Zayn. Seorang sepupu laki-laki bertanya. Dia nampak bersahabat.
"Tidak mungkin dia bisa. Di desa tidak ada guru musik seperti di kota" ucap Joane.
"Aku rasa suaranya juga sangat jelek jika bernyanyi" Cleo terkekeh mengejek.
"Jangan ganggu dia" Clarissa datang lalu meraih tangan Daisy. Mengajaknya pergi meninggalkan kerumanan para cucu keluarga Edoardo.
"Huuu si tomboy merusak acara saja" Cleo berteriak. diikuti Marie dan Joane dengan menyeru "huuuuuu" bersama-sama.
"Aku Clarissa. Namamu Daisy kan? jangan dekat-dekat Marie. Dia memang seorang pembully ulung" Clarissa mengajak Daisy duduk di bangku dekat tempat memanggang jagung. Lalu mengambil dua batang jagung, satu dia berikan kepada Daisy, satunya dia makan.
"Makanlah. ini enak sekali, rasanya manis. Jagungnya baru dipanen tadi pagi dari kebun menurut para pelayan" Clarissa menggigit jagung bakar itu dengan nikmat. Daisy lalu menggigit jagung bakar itu perlahan.
Hmmhh. benar. Rasanya sangat enak. Manis dan gurih.
"Tiga anak perempuan itu adalah Marie, Joane dan Cleo. Tapi pemimpin para gadis adalah Marie. Karena dia lebih tua dari kita. Tapi aku tidak pernah mau ikuti kata-kata dia." ucap Clarissa
"Yang duduk di bangku taman, itu Maxi. Cucu tertua Kakek Edoardo. Kakak dari Marie dan Joane. Dia sangat sombong dan lebih banyak diam. Sekalinya bicara sangat menyeramkan, galak sekali. Jangan dekat-dekat dengan dia juga" ucap Clarissa lagi bersamaan dengan Maxi menatap dingin mereka dari duduknya. Memperhatikan Daisy lalu membuang tatapannya ke lain arah. "Seperti itu, sombong sekali cara menatapnya" lanjut Clarissa berbisik seraya tertawa pelan. Daisy masih melihat sekilas ketika Maxi meliriknya.
Mungkin Maxi sudah sekolah di sekolah menengah pertama. karena badannya lebih tinggi dibanding yang lain. Pikir Daisy.
"Yang sedang di depan kandang kelinci, itu Yazid dan Zayn. Mereka kakak lelakinya Cleo. Maxi tidak suka dengan Yazid, begitupun sebaliknya. Mereka selalu bersaing dalam segala hal. Tidak pernah akur. Padahal mereka seumuran", lanjut Clarissa.
"Yang sedang duduk di atas pohon itu adalah Cedro kakakku. Dia sering menyembunyikan boneka kesayanganku. Sangat usil. Naah yang sedang asik makan es krim itu Caesar, adikku. Masih sangat manja. Lihatlah gayanya masih seperti bayi" Clarissa terkekeh.
"Cedro sebenarnya baik. Hanya saja dia sangat senang mengganggu anak perempuan. Jika bisa membuat anak perempuan menangis, dia seperti mendapat hiburan"
"Jangan pernah menangis di depan dia. Karena itu akan membuatnya ketagihan untuk membuatmu menangis lagi" ucap Clarissa lagi.
Daisy sedari tadi hanya menganggukan kepala sambil mendengarkan Clarissa.
"Kita nanti bersekolah di sekolah yang sama. Aku satu tahun di atasmu. Tadi aku dengar kakek berbicara dengan Paman Richard, pengacara keluarga" ucap Clarissa lagi disela sela kesibukannya mengunyah jagung bakar.
"Bagaimana kamu tahu soal itu?" gumam Daisy bertanya. Sedari tadi dia tidak melihat orang lain selain para paman.
"Aku memang agak nakal. Suka menguping, tadi pagi aku menyelinap ke ruang kerja Kakek dan mendengar percakapan kakek dan paman Richard. Sssstttt......jangan bilang siapa-siapa ya!" Clarissa mengerti kebingungan Daisy. Dia tertawa pelan mengingat kenakalannya sendiri.
"Aaahh, iya" Daisy menatap Clarissa seraya mengangguk.
Mereka berbincang tentang sekolah, pelajaran yang disukai dan tidak, makanan kesukaan, jenis permainan, hobi dan banyak lagi. Daisy merasa senang bisa mendapatkan teman di tempat barunya.
Itu hari pertama dia bertemu keluarga besar Edoardo.
***
Setelah dua bulan tinggal di kediaman Edoardo, Daisy mulai hafal bahwa ada kegiatan-kegiatan keluarga yang harus diikuti. Kecuali sedang sakit, ada pengecualian untuk boleh tidak hadir.
Setiap senin pagi jam enam, semua anggota keluarga harus sudah hadir di ruang makan rumah utama untuk sarapan bersama Kakek Edoardo dan Nenek Luisa.
Setiap jumat malam jam tujuh semua anggota keluarga harus hadir untuk makan malam bersama Kakek Edoardo dan Nenek Luisa.
Hari Minggu pagi jam sembilan di minggu kedua setiap bulannya ada acara pesta kebun di halaman belakang rumah utama yang sangat luas. Acaranya biasanya makan-makan bebas dengan segala jenis makanan yang tersedia. Daisy paling senang dengan barbeque. Daisy lebih memilih ikut sibuk memanggang bersama Clarissa membantu para pelayan dibanding bermain dengan para sepupu yang kerap mengganggunya.
Selain acara makan-makan, ada acara hiburan seperti menyanyi atau menari atau bermain musik. Biasanya beberapa orang akan unjuk kebolehan. Karena jika berhasil membuat Kakek Edoardo terkesan, akan mendapatkan hadiah istimewa. Kecuali Daisy, yang tidak pernah sekalipun naik ke panggung.
Setelah acara makan di pesta kebun biasanya kakek dan nenek mengajak semua berkeliling ke setiap rumah. Tapi hanya sebatas di bagian halaman saja. Menikmati ciri khas masing-masing rumah. Mulai dari rumah foglia, rumah acqua, rumah legno hingga rumah fiore. Yang menyenangkan bagi Daisy adalah saat berkunjung ke rumah foglia, karena banyak sekali tanaman di sana. Macam macam pohon buah dan tanaman hias membuatnya betah berlama-lama. Selain rumahnya sendiri, rumah fiore, rumah foglia adalah tempat yang sangat disukainya. Dia seperti kembali ke masa kecil. Masa dimana dia sering menghabiskan waktu di akhir pekan bersama ayah, ibu dan adiknya di perkebunan buah, teh dan bunga.
Untuk kegiatan sehari-hari tidak ada aturan-aturan khusus yang mengekang. Setiap keluarga menjalankan kebiasaan masing-masing. Namun tetap harus menjaga nama baik keluarga Edoardo.
***
Kediaman keluarga besar Edoardo berada dalam satu kawasan yang luas dengan satu gerbang utama. Dalam kawasan itu terdapat lima bangunan di dalamnya.
Satu rumah induk dan empat rumah anak. Memiliki dua puluh petugas kemanan yang menjaga semua bangunan.
Yang berada di tengah adalah Rumah utama, tempat tinggalnya Kakek Edoardo dan Nenek Luisa. Rumah itu sangat besar. Di dalamnya ada 20 kamar tidur, aula pertemuan untuk acara acara penting, ruang cinema, perpustakaan besar dan lengkap, ruang olahraga layaknya fitness centre dan ruang makan yang luas. Di sana ada sekitar dua puluh pelayan dan sepuluh petugas keamanan khusus rumah utama.
Bangunan yang berada di paling ujung sebelah timur rumah utama adalah rumah Foglia atau rumah daun. Rumah itu ditempati oleh paman Luca, anak Keluarga Edoardo yang tertua. Di bangunan itu terdapat halaman belakang yang berupa taman luas dengan berbagai macam tanaman pohon buah dan tanaman hias. Sangat teduh dan segar suasananya. Paman Luca beristrikan seorang berkebangsaan Inggris bernama Bibi Victoria. Mereka memiliki tiga orang anak. Anak pertama adalah seorang laki-laki bernama Maxi, berusia enam tahun di atas Daisy. Yang kedua seorang anak perempuan bernama Marie, berusia empat tahun di atas Daisy. Dan yang ketiga seorang perempuan bernama Joane, berusia dua tahun di atas Daisy.
Bangunan di sebelahnya adalah rumah Acqua atau rumah air. Rumah yang di halaman depannya terdapat air mancur dan kolam ikan koi yang luas itu ditempati oleh bibi Naomi. Anak kedua keluarga Eduardo. Suami Bibi Naomi adalah seorang pengusaha dari timur tengah bernama paman Husain. Mereka pun memiliki tiga orang anak. Yang Pertama adalah Yazid, anak laki-laki berusia lima tahun di atas Daisy. Yang kedua Zayn anak laki- laki berusia tiga tahun di atas Daisy. Yang ketiga adalah Cleo, anak perempuan berusia satu tahun di atas Daisy.
Bangunan di sebelah barat rumah utama adalah kediaman Paman Roger dan istrinya seorang berkebangsaan Amerika bernama bibi Kelly. Rumah mereka mirip dengan galery. Karena banyak sekali barang-barang dan pernik kerajinan kayu. Makanya rumah itu disebut sebagai rumah Legno atau rumah kayu. Mereka memiliki tiga orang anak. Yang pertama Cedro anak laki-laki berusia tiga tahun di atas Daisy. Yang kedua Clarissa anak perempuan berusia satu tahun di atas Daisy. Yang ketiga Caesar, anak laki-laki berusia satu tahun di bawah Daisy.
Bangunan paling ujung sebelah barat rumah utama adalah Rumah Fiore atau rumah bunga. Adalah rumah yang Daisy tempati. Di sekeliling rumah terdapat berbagai macam jenis bunga. Di belakang rumah ada bangunan khusus untuk bunga anggrek dan bunga daisy. Ternyata Nenek Luisa sangat menyukai bunga Daisy.
Mungkin itu alasan ayah memberinya nama Daisy. Nama bunga yang sangat disukai Nenek Luisa.
Keempat bangunan rumah selain rumah utama, merupakan simbol dari bisnis perusahaan-perusahaan milik keluarga Edoardo. Yaitu perkebunan buah-buahan dan pabrik pengolahannya, budidaya ikan, galery dan perusahaan pengelolaan kayu serta perkebunan bunga dan toko florist besar di beberapa kota besar di Negara Lotus.
Banyaknya bisnis keluarga Edoardo membuat mereka menjadi salah satu keluarga terkaya di negara Lotus. Keluarga mereka pun cukup di segani di kalangan sosial menengah ke atas.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Anita Junaedi
Beneran suka aku tuh, thor. Kayak beda aja ceritanya
2022-10-20
0
Rania
Aaah suka deh ceritanya
2022-04-09
0