BAB 4 | Pertengkaran Kecil (1)

Sam adalah seorang pengusaha yang bergerak dibidang mable. Usaha yang dijalaninya saat ini adalah usahanya sendiri, sejak memulai perkuliahan Sam sudah mulai merintis usahanya sendiri sampai saat ini, usaha yang dijalani Sam sudah hampir lima belas tahun, meskipun begitu Sam adalah orang yang cukup sederhana dan sangat rendah hati. Aku baru menyadari bahwa alasanku jatuh cinta padanya bukan karena ketampanannya, namun dia yang selalu ada untukku, dia yang memelukku saat aku goyah dengan diriku sendiri, dia yang selalu sabar menungguku datang padanya, dia yang tidak pernah berhenti mencintaiku meskipun kenyataan yang didapatinya sangat pahit, dia satu satunya laki laki yang memegang tanganku dan membuatku melupakan masa laluku dan berjalan menuju masa depan bersamanya.

...****************...

Pagi yang cerah datang, seperti biasa aku bangun pukul empat pagi untuk menyiapkan segala sesuatu untuk Sam dan juga untuk anakku Mira. Aku bangun dengan senyuman dan kebahagiaan diwajahku, melihat suamiku yang masih tertidur pulas, aku ingin menyiapkan segalanya sangat spesial untukknya, ku kecup keningnya seperti yang biasa dia lakukan padaku dan aku bersiap menyiapkan semua keperluan Sam untuk hari ini, mulai dari menyiapkan set kemeja yang akan dia pakai, menyiapkan sepatunya juga sarapan dan bekalnya di kantor. Sam selalu makan apapun yang ku masak untuknya, dia jarang sekali makan diluar kantor karena aku selalu membawakannya bekal agar dia tidak kelaparan.

Waktu menunjukkan pukul lima pagi, waktunya aku mandi dan menyiapkan diriku sendiri sebelum membangunkan Sam dan Mira anakku. Setelah aku menyiapkan diriku aku menuju ke kamar untuk membangunkan Sam karena waktu telah menunjukkan pukul enam pagi. Aku menuju ke arahnya dan membangunkannya dengan membisikkan kata demi kata di telinganya.

“Sam.. ayo bangun, sarapan sudah siap, ini sudah jam enam nanti kamu terlaambat”

aku menyentuh kepala dan rambutnya untuk membangunkannya. Aku baru menyadari satu hal tentang Sam ketika hubungan pernikahan kami membaik, Sam adalah laki laki yang suka menggoda dan sedikit manja. saat aku membangunkannya dia masih pura pura tertidur dan tidak menghiraukanku, dia hanya menunjuk pipinya dengan jarinya dan aku langsung mengetahui apa yang dia inginkan, baiklah daripada Sam harus terlambat kekantor aku menuruti keinginannya. Ku kecup pipi kanannya dan dia memberikanku pipikirinya dan menunjuk pipi kirinya dengan senyuman nakal dan mata yang tertutup, dan aku menuruti keinginannya.

Setelah semuanya itu, dia bangaun dari tidurnya dan duduk disebelahku, Sam mendekatkan wajahnya dan menunjuk keningnya. Aku mencoba menolak Sam,

“sudah.. ayo maakan dulu nanti kamu terlambat”

Aku berdiri namun langkahku terhenti, Sam memegang tanganku agar aku tidak pergi, aku menoleh ke arah Sam, dan dia hanya menunjuk keningnya dengan ekspresi wajah yang manja dan tanpa mengeluarkan satu katapun. Aku hanya menghela napas panjang melihat kelakuan suamiku ini.

“okee.. habis ini kamu sarapan dan mandi yaa.. janji?”

Sam tetap memejamkan matanya dan mengangguk tanda dia mengerti. Aku mencium Sam di keningnya seperti keinginannya. Tidak butuh waktu lama untuk Sam membuka matanya, dia memelukku dan mencium keningku, kami saling menatap dan tersenyum, Sam menempelkan keningnya ke keningku sambil tersenyum dan mengatakan kata yang selalu dia ucapkan saat pagi hari

“love you Rein”

Kata yang selalu aku tunggu tunggu di pagi hari akhirnya keluar dari mulut Sam, namun kemesraan kami dipagi hari dibubarkan oleh tangisan Mira yang memanggilku.

Aku melepaskan pelukan Sam dan langsung ke kamar Mira untuk mengurusnya.

“Sam kamu makan dulu yaa, aku mau urus Mira dulu, udah aku siapin semuanya..”

Aku mengatakannya sambil berjalan ke kamar Mira dengan cepat.

“Iyaa sayang.. mama datang..”

Mira anakku sudah berumur lima tahun, Mira sangat mirip sekali dengan ayahnya, kata orang kalau anak perempuan wajahnya akan mirip seperti ayahnya dan sifatnya seperti ibunya. Mungkin itu benar Wajah Mira mirip sekali dengan Sam, apalagi saat tertawa, seperti pinang dibelah dua. Banyak orang mengatakan Mira adalah Sam namun dalam kemasan wanita.

Aku membawa Mira ke meja makan agar bisa makan bersama sama dengan Sam, kalau tidak Mira akan merajuk karena belum bertemu dengan papanya. Sam dan Mira sangat dekat, mungkin karena Mira adalah anak perempuan pertama, jadi sangat dekat dengan Sam . Sangking dekat dan sayangnya pada Mira, kadang Sam lupa kalau dia punya istri yang butuh perhatiannya juga.

“Miraa... anak papa yang cantik sudah bangun”

Mata Sam seakan berbinar tiap bertemu atau bermain dengan Mira. Sam langsung mengambil Mira dari pelukanku dan mendudukannya di sebelahnya, karena Mira sudah berumur lima tahun, jadi Mira sudah bisa duduk dan makan sendiri. Tubuh Mira yang mungil menambah kesan yang imut dalam dirinya sehingga orang yang melihat Mira seperti boneka yang sangat lucu dan menggemaskan.

Sarapan pagi ini berjalan dengan sangat menyenangkan melihat keseruan Mira dan papanya yang sangat menggemaskan. Ditengah sarapan kami bertiga, ponsel Sam berdering dan menghentikan canda tawa antar Sam dan Mira.

“Halo, ada apa? oke sebentar lagi saya ke kantor, kamu tolong urus berkas yang harus dibawa ya.”

Sam mematikan ponselnya dan langsung bersiap siap mandi dan berangkat ke kantor.

“Sam.. ini makanannya belum habis. Habiskan dulu ayoo..”

Panggilku yang melihat Sam tiba tiba meninggalkan makanannya yang baru dimakan beberapa suap saja.

“Maaf Rein, ini jadwal rapatnya tiba tiba berubah, aku harus berangkat lebih pagi karena rapatnya di luar kota, takut terlambat sayang. Oh iya, aku makan diluar sama client siang ini yaa dan mungkin pulang larut. jadi tidur duluan aja yaa nanti”

Setelah menyelesaikan percakapan kami Sam langsung bergegas mandi dan bersiap kekantor lebih pagi. aku dan Mira melanjutkan sarapan kami berdua. hari ini pasti sepi, karena Sam akan pulang larut malam hari ini. Sam keluar dari kamar dan dengan cepat bergegas ke kantor dengan mobilnya.

“Aku berangkat yaa Rein. Papa berangkat yaa Meira.”

Sam menciumku dan Mira dan Mira. Aku melanjutkan sarapanku dengan Mira, juga mengurus Mira. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi, dan ini saatnya mengantar Mira berangkat ke sekolah. Anakku Mira sekolah di sekolah yag dekat dengan rumah agar aku lebih mudah mengantar jemput dan memantaunya.

“Mira... ayo sudah waktunya sekolah sayang.” Panggilku

Aku menangantarkan Mira dengan berjalan kaki karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dan agar aku bisa sedikit berolahraga pagi. Ketika aku sampai di sekolah Mira, kepala sekolah Mira memanggilku dan ingin berbicara denganku.

“Maaf mama Mira, apa bisa berbicara sebentar? ada hal yang harus saya sampaikan”

Saat itu aku cukup bingung, ada apa ini, tidak biasanya kepala sekolah turun tangan untuk berbicara dengan wali murid secara langsung. Sepertinya keuangan dan seluruh biaya sekolah Mira baik baik saja dan tidak ada masalah, namun aku tetap mengiyakan dan masuk untuk berbicara dengan kepala sekolah.

“Maaf mama, Mira dua hari kemarin bertengkar dengan temannya dan Mira memukul temannya sampai menangis, saya sudah tanya Mira, namun Mira tidak mau menjawab”

Aku benar benar terkejut dengan apa yang dikatakan kepala sekolah. Anakku Mira tidak mungkin bertengkar dengan temannya apalagi sampai memukul temannya, ditambah lagi Mira adalah anak kecil dengan badan mungil, sangat tidak mungkin Mira melakukan hal itu, aku tidak percaya dengan kata kata kepala sekolah yang mengatakan yang tidak tidak.

“Maaf bu, saya tahu anak saya, Mira dengan badan sekecil itu tidak mungkin bertengkar dengan temannya apa lagi sampai memukul dan membuat temannya menangis”

Aku mengatakannya dengan nada sedikit emosi dan tidak percaya, mau dipikirkan berkali kalipun hal itu tidak mungkin dilakukan Mira. Aku melipat kedua tanganku dan melihat ke arah kepala sekolah itu dengan sedikit kesal.

“Sebentar lagi Mama Rio akan datang mama, jadi mohon tunggu sebentar dan kita bisa menyelesaikan masalah ini”

Kepala sekolah itu berusaha berbicara dengan tenang agar aku tidak makin emosi dengan keadaan ini. Tak lama kemudian mama Rio datang dengan membawa anaknya, aku melihat wajah Rio dengan sedikit terkejut karena dipipinya ada bekas cakar, tetapi aku mencoba meyakinkan diriku sendiri kalau bukan Mira yang melakukannya. Tidak.. tidak mungkin anakku Mira melakukan ini semua. Tetapi kalau memang sampai Mira melakukannya, aku kuhukum dia karena memukul anak orang tanpa alasan yang jelas, rasa kesal sudah tepasanga di wajahku. Aku bukanlah tipe orang yang pintar menyembunyikan perasaanku, kalau aku kesal pasti terlihat diwajahku.

“Maaf mama Mira, lihat anak saya Rio kan? wajahnya di cakar Mira, anak saya pulang pulang menangis mama... dia blang kalau Mira mengajak Rio berkelahi dan mencakar wajahnya. bisa lihat kan mama?

Mama Rio menunjukkan wajah anaknya padaku, yaa Tuhan.. apa apaan ini, tidak bisa ku bayangkan kalau Mira seperti ini, Mira tidak bercerita apa apa tentang kejadian ini, Mira bukan anak yang suka bohong dan menyembunyikan sesuatu dari orang tuanya, tapi apa apaan ini semua.

“Maaf mama Rio, saya tahu benar anak saya seperti apa, anak saya tidak mungkin mengajak Rio berkelahi. Anak saya itu badannya kecil, dibandingkan dengan Rio. dan Mira bukan anak yang suka berkelahi.”

Aku jelas membela anakku, apapun hasilnya nanti Mira bersalah atau tidak aku tetap membela anakku dulu, aku tidak suka orang lain menjelek jelekkan anakku tanpa bukti apalagi itu bukan didepan mataku sendiri. Ku pikir semua orang tua akan melakukan hal yang sama dengan yang lakukan saat ini.

.

.

.

.

Hai semua.. Terimakasih yaa sudah baca novel ini. kalau kalian suka bisa di like dan kasi saran yaa. Saran apapun asal membangun dari kalian sangat penting loh.. 😘😘

Episodes
1 BAB 1 | Menangis di Bawah Hujan
2 BAB 2 | Melangkah Lebih Jauh
3 BAB 3 | Senyuman Manis
4 BAB 4 | Pertengkaran Kecil (1)
5 BAB 5 | Pertengkaran Kecil (2)
6 BAB 6 | Lip Matte
7 BAB 7 | Dia Milikku
8 BAB 8 | Yang Terindah
9 BAB 9 | Bohong
10 BAB 10 | Pilihan yang Sulit
11 BAB 11 | Kebohongan yang Menyakitkan
12 BAB 12 | Mencoba Kembali
13 BAB 13 | Permasalahan Kantor
14 BAB 14 | Bukan Kebahagiaanku
15 BAB 15 | Meli
16 BAB 16 | Firasat
17 BAB 17 | Dia Datang
18 BAB 18 | Meli Reno
19 BAB 19 | Haruskah Bercerai?
20 BAB 20 | Pak Kim
21 BAB 21 | Misi Reno
22 BAB 22 | Apakah Aku Mencintainya?
23 BAB 23 | Firma Hukum
24 BAB 24 | Permulaan Perceraian Meli
25 BAB 25 | Kebohongan yang Terungkap
26 BAB 26 | Buruh Pabrik
27 BAB 27 | Kini Aku Tahu Bahwa Aku Mencintainya
28 BAB 28 | Kemarahan Sam
29 BAB 29 | Ken Laura
30 BAB 30 | Apa yang Harus dilakukan Sam?
31 BAB 31 | Apapun itu Aku akan Mendengarkan
32 BAB 32 | Kau Berbohong, Aku pun Berbohong
33 BAB 33 | Perasaan Dilema
34 BAB 34 | Ikuti Saja Kata Hatimu
35 BAB 35 | Penyesalan
36 BAB 36 | Kesempatan ke dua
37 BAB 37 | Rencana Kehancuran Reno
38 BAB 38 | Kau Lebih Baik dari Ku
39 BAB 39 | Lakukan yang Terbaik
40 BAB 40 | Mungkinkah Aku Mengenalnya?
41 BAB 41 | Melepas Rindu
42 BAB 42 | Dukunganku Bersamamu
43 BAB 43 | Ketika Aku tak Mampu Mengendalikan Diriku
44 BAB 44 | Lakukan yang Terbaik Bersamanya
45 BAB 45 | Ku Mohon Jangan
46 BAB 46 | Kali Ini Saja. Bisakah?
47 BAB 47 | Ketika Mulut tak Bisa Berucap. Air Mata yang Akan Mengatakannya
48 BAB 48 | Jangan Tinggalkan Aku Sendiri
49 BAB 49 | Hidup Akan Terus Berjalan Seperti Ini
50 BAB 50 | Hal Kecil Yang Disebut Cinta
51 BAB 51 | Antara Impian dan Cinta
52 BAB 52 | Satu Malam dan Satu Masalah
53 BAB 53 | Topeng yang Kupasang Kini Terlepas Dariku
54 BAB 54 | Aku Selalu Bersamamu
55 BAB 55 | Segalanya Hanya Permulaan Untuk Kami
56 BAB 56 | Masalah Membawa Keuntungan
57 BAB 57 | Mencoba Percaya dan Melangkah
58 BAB 58 | PAMIT
59 BAB 59 | Tunggulah Sebentar
60 BAB 60 | Kejujuran Meli
61 BAB 61 | Perlahan namun Pasti
62 BAB 62 | Anak ke Dua?
63 BAB 63 | Siapa Dia?
64 BAB 64 | Kesalah Pahaman
65 BAB 65 | Sidang Perceraian
66 BAB 66 | Posesif
67 BAB 67 | Dia
68 BAB 68 | Bolehkah Aku?
69 BAB 69 | Pada Akhirnya Kamu Adalah Rumah
70 BAB 70 | Kekhawatiran Sam
71 BAB 71 | Hari Pernikahan
72 BAB 72 | Boleh atau Tidak?
73 BAB 73 | Proses Persalinan
74 BAB 74 | Tangis dan Kebahagiaan
75 BAB 75 | Kekhawatiran Meli
76 BAB 76 | Untukku dan Bukan Untukmu
77 BAB 77 | Kesempatan yang Tak Datang Dua Kali
78 BAB 78 | Dukungan yang Terbaik
79 BAB 79 | Akar Kesalahpahaman
80 BAB 80 | Tembok yang Terlalu Kuat
81 Bab 81 | Runtuhnya Tembok Penghalang
82 BAB 82 | Berkah atau Masalah?
83 BAB 83 | Harta dan Kekuasaan
84 BAB 84 | Rencana Bunuh Diri
85 BAB 85 | Dia Baik Baik Saja
86 BAB 86 | Pemimpin yang Tak Bisa Memimpin
87 BAB 87 | Tak Ada Lagi Jalan
88 BAB 88 | Meli Kembali
89 BAB 89 | Tetaplah Bersamaku
90 BAB 90 | Hentikanlah Waktu
91 BAB 91 | Anak ke Tiga?
92 BAB 92 | Dia seorang Pria atau Seorang Kakak?
93 BAB 93 | Cinta yang Tak Rela Terbagi
94 BAB 94 | Mira Jatuh Cinta
95 BAB 95 | Dia Cantik
96 BAB 96 | Hati yang Berbunga
97 BAB 97 | Sedikit Perubahan Terjadi
98 BAB 98 | Percakapan Menuju Pertengkaran
99 BAB 99 | Merebut Kembali Hati Mira
100 BAB 100 | Kencan
101 BAB 101 | Sahabat Jadi Cinta
102 BAB 102 | Dating Me, Mira
103 BAB 103 | Arka atau Raka ?
104 BAB 104 | Lakukan, Jalani dan Rasakan
105 BAB 105 | Jangan Dekati Dia
106 BAB 106 | Antara Dia dan Dirinya
107 BAB 107 | Dua Hati Satu Cinta
108 BAB 108 | Ketika Hati Harus Memilih
109 BAB 109 | Cukupkah Sampai Disini?
110 BAB 110 | Siapa yang Pantas?
111 BAB 111 | Bertemu Kembali
112 BAB 112 | Di kala Senja
113 BAB 113 | Hadiah Perpisahan
114 BAB 114 | Siapa Dia?
115 BAB 115 | Kenanganku Terungkap Kembali
116 BAB 116 | Kesempatan
117 BAB 117 | Ijinkan Aku Bersamanya
118 BAB 118 | Tamat
Episodes

Updated 118 Episodes

1
BAB 1 | Menangis di Bawah Hujan
2
BAB 2 | Melangkah Lebih Jauh
3
BAB 3 | Senyuman Manis
4
BAB 4 | Pertengkaran Kecil (1)
5
BAB 5 | Pertengkaran Kecil (2)
6
BAB 6 | Lip Matte
7
BAB 7 | Dia Milikku
8
BAB 8 | Yang Terindah
9
BAB 9 | Bohong
10
BAB 10 | Pilihan yang Sulit
11
BAB 11 | Kebohongan yang Menyakitkan
12
BAB 12 | Mencoba Kembali
13
BAB 13 | Permasalahan Kantor
14
BAB 14 | Bukan Kebahagiaanku
15
BAB 15 | Meli
16
BAB 16 | Firasat
17
BAB 17 | Dia Datang
18
BAB 18 | Meli Reno
19
BAB 19 | Haruskah Bercerai?
20
BAB 20 | Pak Kim
21
BAB 21 | Misi Reno
22
BAB 22 | Apakah Aku Mencintainya?
23
BAB 23 | Firma Hukum
24
BAB 24 | Permulaan Perceraian Meli
25
BAB 25 | Kebohongan yang Terungkap
26
BAB 26 | Buruh Pabrik
27
BAB 27 | Kini Aku Tahu Bahwa Aku Mencintainya
28
BAB 28 | Kemarahan Sam
29
BAB 29 | Ken Laura
30
BAB 30 | Apa yang Harus dilakukan Sam?
31
BAB 31 | Apapun itu Aku akan Mendengarkan
32
BAB 32 | Kau Berbohong, Aku pun Berbohong
33
BAB 33 | Perasaan Dilema
34
BAB 34 | Ikuti Saja Kata Hatimu
35
BAB 35 | Penyesalan
36
BAB 36 | Kesempatan ke dua
37
BAB 37 | Rencana Kehancuran Reno
38
BAB 38 | Kau Lebih Baik dari Ku
39
BAB 39 | Lakukan yang Terbaik
40
BAB 40 | Mungkinkah Aku Mengenalnya?
41
BAB 41 | Melepas Rindu
42
BAB 42 | Dukunganku Bersamamu
43
BAB 43 | Ketika Aku tak Mampu Mengendalikan Diriku
44
BAB 44 | Lakukan yang Terbaik Bersamanya
45
BAB 45 | Ku Mohon Jangan
46
BAB 46 | Kali Ini Saja. Bisakah?
47
BAB 47 | Ketika Mulut tak Bisa Berucap. Air Mata yang Akan Mengatakannya
48
BAB 48 | Jangan Tinggalkan Aku Sendiri
49
BAB 49 | Hidup Akan Terus Berjalan Seperti Ini
50
BAB 50 | Hal Kecil Yang Disebut Cinta
51
BAB 51 | Antara Impian dan Cinta
52
BAB 52 | Satu Malam dan Satu Masalah
53
BAB 53 | Topeng yang Kupasang Kini Terlepas Dariku
54
BAB 54 | Aku Selalu Bersamamu
55
BAB 55 | Segalanya Hanya Permulaan Untuk Kami
56
BAB 56 | Masalah Membawa Keuntungan
57
BAB 57 | Mencoba Percaya dan Melangkah
58
BAB 58 | PAMIT
59
BAB 59 | Tunggulah Sebentar
60
BAB 60 | Kejujuran Meli
61
BAB 61 | Perlahan namun Pasti
62
BAB 62 | Anak ke Dua?
63
BAB 63 | Siapa Dia?
64
BAB 64 | Kesalah Pahaman
65
BAB 65 | Sidang Perceraian
66
BAB 66 | Posesif
67
BAB 67 | Dia
68
BAB 68 | Bolehkah Aku?
69
BAB 69 | Pada Akhirnya Kamu Adalah Rumah
70
BAB 70 | Kekhawatiran Sam
71
BAB 71 | Hari Pernikahan
72
BAB 72 | Boleh atau Tidak?
73
BAB 73 | Proses Persalinan
74
BAB 74 | Tangis dan Kebahagiaan
75
BAB 75 | Kekhawatiran Meli
76
BAB 76 | Untukku dan Bukan Untukmu
77
BAB 77 | Kesempatan yang Tak Datang Dua Kali
78
BAB 78 | Dukungan yang Terbaik
79
BAB 79 | Akar Kesalahpahaman
80
BAB 80 | Tembok yang Terlalu Kuat
81
Bab 81 | Runtuhnya Tembok Penghalang
82
BAB 82 | Berkah atau Masalah?
83
BAB 83 | Harta dan Kekuasaan
84
BAB 84 | Rencana Bunuh Diri
85
BAB 85 | Dia Baik Baik Saja
86
BAB 86 | Pemimpin yang Tak Bisa Memimpin
87
BAB 87 | Tak Ada Lagi Jalan
88
BAB 88 | Meli Kembali
89
BAB 89 | Tetaplah Bersamaku
90
BAB 90 | Hentikanlah Waktu
91
BAB 91 | Anak ke Tiga?
92
BAB 92 | Dia seorang Pria atau Seorang Kakak?
93
BAB 93 | Cinta yang Tak Rela Terbagi
94
BAB 94 | Mira Jatuh Cinta
95
BAB 95 | Dia Cantik
96
BAB 96 | Hati yang Berbunga
97
BAB 97 | Sedikit Perubahan Terjadi
98
BAB 98 | Percakapan Menuju Pertengkaran
99
BAB 99 | Merebut Kembali Hati Mira
100
BAB 100 | Kencan
101
BAB 101 | Sahabat Jadi Cinta
102
BAB 102 | Dating Me, Mira
103
BAB 103 | Arka atau Raka ?
104
BAB 104 | Lakukan, Jalani dan Rasakan
105
BAB 105 | Jangan Dekati Dia
106
BAB 106 | Antara Dia dan Dirinya
107
BAB 107 | Dua Hati Satu Cinta
108
BAB 108 | Ketika Hati Harus Memilih
109
BAB 109 | Cukupkah Sampai Disini?
110
BAB 110 | Siapa yang Pantas?
111
BAB 111 | Bertemu Kembali
112
BAB 112 | Di kala Senja
113
BAB 113 | Hadiah Perpisahan
114
BAB 114 | Siapa Dia?
115
BAB 115 | Kenanganku Terungkap Kembali
116
BAB 116 | Kesempatan
117
BAB 117 | Ijinkan Aku Bersamanya
118
BAB 118 | Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!