Menjadi Wanita Penggoda
Suasana khidmat ijab kabul di sebuah pernikahan tiba-tiba berubah jadi sedih. Tatkala seorang anak perempuan secara tiba-tiba mendekat ke arah pengantin pria sambil menangis. Anak perempuan itu memaksa ingin duduk dipangkuan pengantin pria dan berniat untuk membatalkan pernikahan tersebut.
Sepasang pengantin yang sedang menikah itu adalah Papa dari gadis kecil yang menangis itu dan wanita lain yang bukan ibu kandungnya. Jeritan anak perempuan yang menangisi Papa nya yang dengan wanita lain ini pun sontak membuat suasana berubah sedih.
"Papaaa, Papaaaa," jerit anak perempuan itu merengek dan memeluk pengantin pria.
Dia adalah Dara Alexandra. Anak perempuan berusia 4 tahun dengan tubuhnya yang gemuk. Ia mendekap tubuh sang Papa, seolah tak ingin melepaskannya agar tak menikahi wanita yang duduk bersanding disamping sang Papa.
Dara baru saja kehilangan Ibu kandungnya karena kanker rahim satu tahun yang lalu disaat ia masih berusia 3 tahun. Kematian merupakan hal tersulit untuk dibicarakan dengan anak kecil. Tapi kematian merupakan hal yang tak terelakkan dan diusianya yang masih 3 tahun, Dara bisa memahaminya.
Satu tahun lalu, Dara kecil benar-benar kehujanan. Deras sekali. Ia basah oleh air mata.
Menangis memang tidak membuat takdir berubah, tapi paling tidak bisa membantu menerima takdir, setidaknya Dara kecil meyakini hal tersebut. Tidak ada yang benar-benar siap akan kehilangan.
Dalam gendongan sang Papa, Dara kecil berjalan melewati koridor rumah sakit menuju ruangan dimana Mama nya dirawat. Namun, kenyataannya Mama nya memang sudah tiada saat ia tiba di rumah sakit. Dara kecil menangis tersedu, melihat sosok Mama yang disayanginya sudah terbujur kaku dengan tertutup kain putih.
"Papa, Mama mati ya?" Tanya Dara kecil pada sang Papa yang juga menitikkan air mata karena kehilangan cintanya.
Kehilangan memang tidak pernah menyenangkan. Puncak patah hati seorang anak adalah saat ibunya pergi, dan tidak pernah kembali lagi.
Papa Dara tak dapat menjawab apapun. Ia memilih diam.
Anak prasekolah usia 3-4 tahun sudah sedikit paham tentang kematian, begitu halnya dengan Dara. Ia mungkin pernah mendengarnya dari cerita atau menontonnya dari tayangan televisi. Beberapa anak lain bahkan telah melalui kondisi kematian anggota keluarga atau binatang peliharaannya.
“Dulu ketika malam, Mama sering bertanya besok masak apa ya?”
“Biasanya kalau jam segini, Mama sudah bangun dan mulai masak." Ucap Papa Dara.
Ingatan-ingatan akan kenangan mulai dilampiaskan oleh Papa Dara.
Sementara bagi Dara yang masih berusia 3 tahun, meski ia sudah sedikit mengerti tentang kematian sang Mama, tapi dia tidak memahami bahwa kematian itu bersifat permanen dan terjadi pada setiap orang. Dara juga tidak mengerti bahwa kematian membuat tubuh tidak lagi berfungsi.
Dara kecil masih meyakini bahwa Mama nya yang telah meninggal, masih bisa makan, tidur, dan melakukan hal yang normal. Meski sudah berkali-kali dijelaskan oleh sang Papa, Dara tetap tak bisa mencerna apa yang menyebabkan kematian. Dara menganggap kematian bersifat sementara.
"Pah. Mama kapan balik dari surga?"
"Pah. Mama udah makan belum ya?"
"Pah. Mama tidurnya nyenyak gak ya?
Hal itu terus terjadi selama berbulan-bulan. Dara bahkan mulai berperilaku janggal, misalnya ia berpura-pura mati.
Pada akhirnya, setelah satu tahun berlalu semenjak kepergian sang Mama, Dara harus menerima bahwa ada sosok wanita lain yang menggantikan peran Mama nya, yaitu wanita yang sudah resmi dinikahi sang Papa, Susan Amelia. Janda beranak satu, Gea yang berusia 7 tahun.
Bu Susan kembali melahirkan seorang puteri setelah satu tahun pernikahannya dengan Papa Dara dan diberi nama Jennifer. Dara harus merasakan yang namanya hidup dengan Ibu tiri dan saudara tiri yang tidak pernah akur dengannya.
Ibu tiri banyak dikenal dengan sebutan ibu yang jahat. Dan, itu memang benar terjadi. Selama tinggal bersama ibu tiri dan saudara tirinya, Dara selalu dijahati. Meski begitu, Dara selalu menyabar-nyabarkan perasaan, tak ingin melukai hatinya. Menjadi jahat mungkin bukan keinginan banyak orang, tetapi watak. Itulah watak yang tergambar dari wajah ibu tiri Dara.
Bertahun-tahun berlalu, Dara tetap saja diperlakukan buruk oleh ibu tiri serta saudara tirinya itu. Terlebih Jennifer yang merasa paling berhak atas diri Papa Dara karena dirinya yang merupakan anak bungsu dan ingin selalu dimanja.
Dara yang memiliki tubuh gemuk sejak kecil, selalu menjadi bahan bullyan oleh Gea dan Jennifer, baik di rumah maupun di sekolah.
"Heh gendut, kerjain PR ku." Titah Jennifer pada Dara yang saat itu sudah kelas 6 SD, sementara ia baru saja masuk SD.
Dara mengikuti saja ucapan Jennie karena tak ingin ribut. Apalagi jika sampai diketahui oleh Ibu tirinya. Dara akan diperlakukan semakin buruk. Belum lagi di sekolah, Dara juga selalu menjadi bulan-bulanan teman-teman sekelasnya yang selalu mengejeknya, dan selalu membanding-bandingkan nya dengan Jennie yang memang cantik.
"Eeh gendut. Kamu itu paling cuma anak pungut. Masa iya kamu kakaknya Jennie. Lihat aja Jennie itu cantik, beda sama kamu yang udah gendut, jelek lagi." Ucap seorang siswa pada Dara saat ia sudah menginjak sekolah menengah.
Dara yang menjadi korban bullying dari saudara dan teman-temannya sejak kecil mengembangkan perasaan tidak berdaya dan terasing. Ia juga akan merasa sendirian untuk menghadapi perasaan bingung, frustasi, dan tidak berdaya. Karena ia merasakan, rasa sakitnya diabaikan oleh sang Papa, membuatnya menarik diri dari keluarga.
Sejak menikah lagi, Papa Dara memang lebih sering pergi ke luar kota untuk menjalankan bisnis dan meninggalkan Dara dengan Ibu dan saudara tirinya yang kejam.
Dan hari ini, tepat di ulang tahun Dara yang ke 17 tahun, sang Papa pulang dari luar kota dan meninggalkan proyek yang sedang ia kerjakan demi hadir di hari ulang tahunnya.
Dara dibuat terkejut oleh kehadiran sang Papa yang tiba-tiba bisa ada di dalam kamarnya dengan memegang sebuah kotak kado. Dara pun berhamburan di pelukan sang Papa.
"Papa kapan pulang?" Tanya Dara. "Bukannya Papa lagi sibuk di Bali?"
"Kamu kan ulang tahun sayang. Gak mungkin dong Papa gak hadir di hari istimewa kamu."
"Makasih Pa." Dara memeluk erat sang Papa yang selalu ia rindukan itu.
Dara mendapatkan hadiah berupa ponsel keluaran terbaru. Mengingat ponselnya yang sudah usang dan rusak karena layarnya yang retak. Hal itu karena ulah adiknya, Jennie yang dengan sengaja melempar ponselnya karena kesal.
"Gimana? Kamu suka gak?" Tanya sang Papa.
"Suka banget Pa." Jawab Dara.
Jennie dan Gea yang mengetahui bawa Dara diberikan hadiah ponsel baru semakin merasa kesal. Padahal sang Papa tidak pernah membedakan kasih sayang yang diberikan kepada mereka bertiga. Bahkan, Jennie dan Gea pun sudah lebih dulu memiliki ponsel yang paling canggih. Walaupun itu sebenarnya dibelikan oleh Mama mereka. Tapi, setidaknya uang yang didapatkan Bu Susan juga merupakan uang yang diberikan Papa mereka.
Saat Papa mereka keluar rumah, dengan cepat Bu Susan beserta Jennie dan Gea memulai aksi mereka untuk menyakiti Dara. Dimulai dengan meminta Dara membersihkan seluruh rumah menggantikan pekerjaan pembantu, sampai mencuci pakaian ketiganya.
Dara ingin sekali melawan, tapi ia kalah jumlah. 1 banding 3, tentu saja tidak akan mungkin menang. Meski Jennie masih berusia 11 tahun, tapi ia sudah memiliki sifat yang begitu jahat. Ia tak segan untuk menjambak rambut Dara atau bahkan mendorongnya hingga tersungkur.
Jika Dara melawan, Jennie bisa langsung berteriak dan membuat Bu Susan dan Gea yang datang menghajar Dara.
Semua perlakuan kejam itu sudah ia dapatkan sejak kecil. Tak ada yang bisa menolongnya, bahkan pembantu yang ada di rumah sekalipun mengikuti perintah Bu Susan selaku Nyonya rumah. Dan mereka semua akan memperlakukan Dara dengan baik, hanya jika saat sang Papa berada di rumah.
Memasuki usia 20 tahun, Dara belum juga terlepas dari jeratan kekejaman Ibu tiri dan saudara tirinya. Memiliki tubuh gendut bahkan semakin membuatnya menjadi bulan-bulanan mereka. Dara pikir, keluar dari rumah untuk sekedar berkuliah bisa membuat pikirannya tenang, tapi yang ada di kampus juga tak ubahnya di rumah. Ia juga menjadi bahan bullyan orang lain karena bentuk tubuhnya yang gemuk.
"Awas, ada tong sampah lewat...."
"Minggir-minggir, ada truk gandeng lewat. Ntar ketabrak."
"Itu perut atau tong drum."
Dara sering menerima pandangan menjijikkan dari banyak orang di sebuah restoran ketika melihat dirinya makan semua makanan yang ada. Hal itu membuatnya sangat terluka.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Aisyah Muhammad
biasanya anak yg terasing itu badan nya kurus kering karena kekurangan jatah makan dr ibu tirinya, cerita ini kebalikan nya malah gendut, awal yg cukup menarik...
2023-02-12
0
Dedeh Herawati
mampir ach
2023-01-06
0
Indah Yani
mampir
2022-03-06
0