Hari libur yang seharusnya bisa digunakan untuk istirahat bagi banyak orang, nyatanya menjadi hari yang super sibuk bagi Dara. Pekerjaannya berlipat ganda. Ia hanya akan bisa menikmati waktu untuk bersantai jika Papa nya ada di rumah. Tapi hari ini, Papa Dara masih berada di Bali dan belum ada kabar kapan ia akan pulang.
Seharian Dara disibukkan dengan segala macam pekerjaan rumah yang menguras tenaga. Tubuhnya yang gemuk membuat pekerjaannya terhambat dan menjadi sangat lambat. Keringat mengucur deras dari keningnya. Saat ia begitu lelah mengepel ruang keluarga, Ibu tiri dan saudara tirinya justru tengah bersantai dengan duduk ongkang-ongkang kaki sambil menikmati cemilan dan menonton televisi.
Dara yang sudah sejak pagi tidak makan, hanya bisa menahan lapar dan menelan ludah saat melihat ketiganya makan. Dan yang lebih menyakitkan lagi, saat Bu Susan dengan sengaja meminta 3 orang pembantu ikut duduk dengan memijit kaki mereka masing-masing sambil sesekali semuanya mengejek Dara termasuk para pembantu.
Hal yang tak terduga terjadi. Kala Papa Dara tiba-tiba sudah berdiri di ruangan itu tanpa ada yang menyadari. Papa Dara melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Dara di perlakukan dan diejek. Ia pun menjadi murka dengan melempar vas bunga yang ada disampingnya hingga pecah, tepat ke arah depan Bu Susan.
Bu Susan yang kaget sontak saja berdiri diikuti Gea dan Jennie serta para pembantu saat melihat Papa Dara berdiri dengan wajah penuh emosi. Sementara Dara sendiri masih dalam posisi berjongkok karena sedang mengepel lantai dengan kain di tangannya.
Papa Dara berjalan mendekatinya dan membantu Dara untuk berdiri.
"Apa kalian sudah melakukan semua ini sejak lama?" Tanya Papa Dara.
"Mas, aku bisa jelasin." Balas Bu Susan.
"Apalagi yang ingin kau jelaskan?" Bentak Papa Dara. "Pantas saja selama ini aku selalu melihat Dara seperti menutupi sesuatu. Setiap kali aku melihat ada barang-barangnya yang rusak, dia selalu mengatakan bahwa semuanya kecelakaan. Pasti kalian semua kan yang melakukannya?"
"Pah, Dara bohong. Apapun yang dikatakannya pada Papa adalah kebohongan. Kami tidak pernah melakukan apapun padanya. Dia pembohong Pa." Ucap Jennie.
"Dara tidak pernah mengatakan apapun pada Papa." Ucap Papa Dara seraya menatap Dara yang menunduk. "Papa kecewa dengan apa yang kalian lakukan padanya. Dan untuk kalian bertiga, Tuti, Inem, Siti. Kalian dipecat. Mulai hari ini keluar dari rumah ini, sekarang juga." Lanjut Papa Dara tegas.
"Mass......"
"Diaaam." Teriak Papa Dara. "Dengarkan Papa baik-baik. Jangan berharap Papa akan melupakan masalah ini begitu saja. Mulai hari ini, jangan lagi mengharapkan semua yang Papa miliki, akan Papa wariskan pada kalian. Karena semuanya akan Papa berikan pada Dara seorang." Ucap Papa Dara seraya berjalan dengan menggandeng Dara keluar dari ruang keluarga.
Bu Susan, Gea dan Jennie tak dapat berkata apa-apa. Papa Dara terkenal tegas dalam hal apapun, apalagi menyangkut Dara. Bagi ketiganya, Dara memang selalu menjadi yang utama sang Papa.
"Mah, sekarang gimana dong? Aku gak mau semua fasilitas yang Papa kasih ke aku diambil lagi." Ucap Gea.
"Iya Mah. Papa kalau udah marah sama Kakak dan aku, pasti hukumannya begitu. Apalagi ini menyangkut si Dara itu. Aku gak mau Ma, kalau semuanya ditarik sama Papa. Apalagi aku udah mau lulus bentar lagi."
Bu Susan menghela nafas panjang. Terlihat berpikir, bagaimana caranya untuk menenangkan hati sang suami.
"Hanya 1 hal yang harus kita lakukan."
"Apa itu?" Tanya Gea dan Jennifer bersamaan.
"Minta maaf pada Dara."
"Apa!!!" Seru Jennie tak percaya. "Gak mau Ma. Aku ogah."
"Aku juga." Sambung Gea.
"Kalian gak mau semua fasilitas yang kalian punya ditarik kan?" Tanya Bu Susan yang dibalas anggukan kedua anaknya itu. "Ya kalau begitu, kalian harus minta maaf. Kita harus mulai bisa bersikap baik pada si gendut itu. Tapi tenang saja, semuanya hanya untuk sementara. Mama punya rencana bagus untuk mengamankan posisi kita di rumah ini." Bu Susan menyeringai.
Dan seperti yang direncanakan Bu Susan, ketiganya meminta maaf pada Dara dan sang Papa. Meski pada awalnya Papa Dara meragukan kesungguhan mereka, namun pada akhirnya dirinya dan Dara mulai merasakan bahwa mereka bertiga memang sudah berubah.
Kehidupan Dara menjadi berubah karena akhirnya ia bisa diperlakukan dengan baik oleh Ibu tiri dan saudari tirinya. Namun tidak dengan lingkungan luar, terutama kampusnya. Orang-orang masih saja terus mengolok-oloknya karena tubuhnya yang gendut.
Meski begitu, Dara mulai terbiasa dengan semua olokan yang diterimanya. Yang terpenting baginya adalah cinta dari keluarganya. Bu Susan dan kedua puterinya yang mulai bersikap baik padanya sudah cukup bagi Dara.
*************
2 tahun berlalu....
Belakangan ini seorang pria mulai gencar mendekati Dara, Robby Anggara namanya. Awalnya Dara tak terlalu menghiraukannya karena berpikir bahwa pria seperti Robby tidak mungkin tertarik pada wanita bertubuh gempal dan jelek seperti dirinya.
Namun, pada kenyataannya Robby terus saja mengejarnya dan mengungkapkan cinta padanya.
"Aku sungguh mencintaimu Dara. Izinkan aku untuk menikahi mu." Ucap Robby pada Dara saat keduanya bertemu di taman kota.
Dara yang sudah berusia 22 tahun, untuk pertama kalinya mendapat ungkapan cinta dari seorang pria. Dara menjadi gugup dan tidak tahu harus berkata apa.
"Aku serius Dara." Ucap Robby lagi saat melihat keraguan yang terpancar dari wajah Dara.
"Tapi kenapa? Aku ini gendut, jelek dan tidak menarik. Sementara Mas Robby itu pria yang tampan. Mas Robby bisa menikahi wanita yang cocok dan serasi dengan Mas. Bukan seperti aku yang selalu diolok gentong oleh orang banyak."
"Dara.... Cinta itu tidak memandang fisik seseorang. Kalau sudah cinta ya cinta."
Dara terdiam, hingga Robby berkali-kali berusaha untuk meyakinkannya.
Pada akhirnya pertahanan Dara pun runtuh setelah Robby berulang kali melamarnya bahkan pada sang Papa. Bu Susan dan yang lainnya pun mendukung untuk Dara menikah, meski harus melangkahi Gea yang lebih tua.
"Gimana menurut Papa?" Tanya Dara.
"Papa lihat, sepertinya Robby memang pria yang baik dan bertanggung jawab. Papa sih setuju-setuju saja, tapi semuanya kembali kepada kamu sendiri sayang. Karena bagaimanapun, kau sendiri yang akan menjalani biduk rumah tanggamu."
Setelah berulang kali menimbang semuanya, Dara pun setuju untuk menikah.
Pernikahannya digelar begitu meriah. Papa Dara begitu bahagia karena puteri kesayangannya akhirnya bisa menikah dengan seorang pria yang bisa menerima Dara apa adanya.
Air mata kebahagiaan terpancar dari wajah Dara dan Papa nya kala ijab qabul selesai. Sementara Bu Susan, Gea dan Jennie tersenyum penuh makna. Ketiganya seperti tengah menyembunyikan sesuatu.
Di malam pernikahan yang seharusnya menjadi malam yang indah dan penuh cinta, Dara malah dibuat terkejut karena melihat suaminya beradegan panas di ranjang pengantinnya bersama Gea, sang kakak tiri. Dara berteriak membuat seisi rumahnya berhamburan menuju kamarnya.
"Tidaaaaakkk......" Teriak Dara.
"Ada apa ini?" Teriak Papa Dara dan melihat ke arah dalam kamar pengantin Dara dimana dua pasang manusia dengan santainya bergumul tanpa memperdulikan orang-orang yang melihat mereka.
"Kurang ajar kau Robby." Teriak Papa Dara lagi hendak masuk ke dalam kamar, namun ia lebih dulu merasakan sakit di dadanya.
Dara yang terduduk menangis semakin membuat dada Papa nya merasa semakin sakit. Sementara Bu Susan dan Jennie hanya berdiri dengan melipat tangan mereka dengan tersenyum.
Tubuh Papa Dara mendadak tumbang, ia memegang dadanya. Dara sontak berteriak saat menyadari ternyata Papa nya terkena serangan jantung yang membuat nyawanya tak terselamatkan.
Semua yang terjadi ternyata memang sudah di rencanakan Ibu tiri Dara dan juga saudara tirinya termasuk sang suami.
Malam itu juga mereka semua berusaha membunuh Dara agar harta warisan yang ditinggalkan oleh Papa Dara bisa mereka kuasai. Tangan Dara diikat dan dipaksa masuk ke dalam mobil meninggalkan tubuh Papa nya yang terbujur kaku didepan kamarnya.
"Tega kamu Mas. Apa yang sebenarnya sudah aku lakukan hingga kamu mempermainkan aku seperti ini." Isak Dara saat mereka tiba di sebuah tebing.
"Kau pikir pria tampan seperti aku mau menikah dengan truk gandeng sepertimu? Hahahaha, Dara.... Dara. Coba lihat dirimu, jadi pembantuku saja kau sama sekali tidak layak. Aku hanya mencintai Gea. Dan sekarang harta yang ditinggalkan Papa mu mutlak menjadi milik kami." Ucap Robby.
"Kalian semua manusia laknat, terutama kau Jennie. Kita ini saudara kandung, kau bahkan tega untuk membunuhku dan merencanakan semua ini demi mendapat warisan Papa. Anak macam apa kau ini."
"Aku tidak perduli, yang penting aku jadi orang kaya dan tidak perlu lagi melihat wajah jelek mu." Ucap Jennie.
"Selamat tinggal gendut." Sambung Gea.
Dara di buang ke dalam jurang oleh Robby dibantu Gea dan Jennifer.
Tubuh Dara yang gendut, menggelinding jauh ke dalam jurang dan terhempas ke dalam sungai berbatu. Ajaibnya Dara masih hidup dan diselamatkan oleh seorang kakek tua yang membawanya ke gubuk reot dan dirawat oleh kakek itu bersama dengan isterinya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Smpe part ini aku seneng bngt thor karna pembullyan disklh,dikampus,dan dirmh Dara sendiri tidak kelewat diDramatisir dan dipersingkat smpe tau2 Dara 20thn,dan berakhir 22thn jadi tidak bertele2 jga, sehingga aku gak smpe gregetan kepengen nabok emak sm saudara tiri Dara 🤣🤣
2023-10-11
0
Aisyah Muhammad
kereeeeen...aku suka kepala keluarga yg tegas, TDK bs di perdaya sm istri nya...
2023-02-12
0
Yesi Triyanto
cerita ikan terbang bngt ini, jahat nya gak ketulungan
2022-04-09
0