Diary Ayyara

Ayyara sedang bergelayut manja dilengan sang Mama. Ia membaringkan tubuhnya di pangkuan Mala, membiarkan Mala mengusap pelan rambutnya.

"Ayya mau makan sesuatu, ngga?"

"Mau. Makan apa?"

"Mama mau masakin Ayya sup ayam."

"Ayya mau. Tapi, Ayya masih mau gini sama Mama." Ayya memeluk erat pinggang Mala. Sesuatu yang ia harapkan selama ini. Meskipun bukan orang tua kandungnya, Ilona senang dia bisa merasakan memiliki orang tua. Berada di tubuh Ayyara bukanlah hal yang buruk.

"Manja banget, lo!" Suara itu berasal dari Deon yang baru pulang sekolah bersama Gian.

Ayyara melepas pelan pelukannya dan menatap kedua cowok itu. "Abang mau dipeluk juga sama Ayya?"

"Najis!" Balas keduanya bersamaan.

"Eh, jangan gitu dong sama adek!"

"Biarin aja, Ma. Abang kan suka iri sama adek." Sahut Ayyara.

"Ga ada kerjaan kita iri sama lo!"

"Ayo, Ma! Kita masak supnya. Ayya mau makan sup buatan Mama."

"Ya udah, ayo! Deon sama Gian juga mau?"

"Ga usah, Ma." Balas Deon.

"Gian juga ga usah."

Keduanya segera berlalu menuju kamar masing-masing. Melihat Ayyara bertingkah seperti itu membuat rasa benci mereka semakin besar pada gadis tersebut. Walau penampilannya mulai berubah, tetap saja rasa benci itu tidak bisa hilang.

"Benci banget gue sama si Ayya." Deon berdiri di depan pintu kamarnya.

"Gue juga. Makin ngeselin tu anak." Gian ikut berdiri di depan pintu kamar Deon.

"Kita kerjain aja dia."

"Gimana caranya? Mama sama Papa selalu ngebelain dia."

Deon tersenyum misterius. Dia ingat, malam ini Papa dan Mamanya akan menghadiri undangan dari rekan bisnis sang Papa. Dan itu dalah kesempatan bagus untuk mereka.

"Sini, gue bisikin lo." Gian segera mendekat, mendengarkan dengan baik rencana apa yang akan mereka lakukan nanti.

***

Ayyara menatap kedua orang tuanya yang sudah siap menghadiri undangan. Kalimat pujian begitu tulus terlontar dari mulutnya.

"Papa sama Mama sangat serasi. Papa sangat tampan dan Mama sangat cantik. Aku mencintai kalian." Ayyara memeluk keduanya secara bersamaan.

"Kami juga mencintaimu, nak." Keduanya balas memeluknya. Deon dan Gian hanya menampakkan wajah datar tak suka. Mereka begitu kesal melihat Ayya yang sekarang ini.

"Mama sama Papa pergi dulu. Janji bakal cepat pulang." Mala mengecup kening Ayyara.

"Telpon Papa kalo terjadi sesuatu." Abima juga mengecup keningnya.

"Iya, Pa, Ma. Hati-hati."

"Iya sayang. Deon, Gian, Mama sama Papa pergi dulu."

"Iya, Ma." Jawab keduanya.

"Jagain adek kalian. Jangan dibikin nangis!" Peringat Abima, yang hanya dibalas anggukkan kecil keduanya.

Setelah kepergian Abima dan Mala, Deon dan Gian mendekati Ayyara yang terduduk di sofa sambil menonton televisi.

"Siniin remotenya!" Deon merebut remote dari genggaman Ayyara. Membuat gadis itu mendongak dan memicingkan matanya.

"Apaan si?" Kesalnya. "Sini balikin!" Ayyara langsung merebutnya kembali dari Deon.

"Lo jangan kira dibelain Mama Papa lo ngelunjak." Gian berseru sambil menunjuk Ayyara.

"Emang kenapa? Suka-suka gue, dong!"

"Lo dibilangin malah nyolot! Lo sadar gak? Lo itu aib keluarga!" Deon berteriak keras di depan Ayyara.

Bi Tini, ART di rumah itu dan beberapa pembantu lainnya hanya bisa mengintip dari balik dinding. Sudah menjadi hal lumrah melihat kelakuan Deon Gian pada Ayyara. Tapi mereka senang, Ayyara sudah berani melawan dan tidak mudah ditindas lagi.

"Gue ga masalah dibilang aib keluarga sama lo berdua. Yang penting Papa sama Mama ga anggap gue aib keluarga." Balas Ayyara tenang.

"Gue sumpahin lo gagap lagi kayak dulu." Kesal Gian tak tertahan.

"Somoga yang lo ucapin berbalik ke lo. Atau sekalian aja ke lo berdua."

"Lo!" Deon menggertakkan giginya sambil melotot pada Ayyara. "Gian, pegangin!" Gian langsung menarik tangan Ayyara dan menekuknya ke belakang.

Deon dengan sigap hendak menampar Ayyara. Namun dia kala cepat. Kaki gadis itu sudah melayang dan menendang tepat di lekukan lutut Deon. Lalu, dengan cepat ia melepaskan pegangan Gian dan menghajar lelaki itu tepat di perutnya. Membuat keduanya tersungkur ke lantai.

"Jangan ganggu gue! Gue ngantuk!" Ujarnya dingin, lalu bergegas menuju kamarnya.

"Sialan lo, Ayya!" Teriak Deon, memenuhi seisi ruangan.

Ayyara tak peduli. Dia masuk dan membanting pintu kamarnya sedikit keras. Menimbulkan dentuman yang terdengar hingga telingga para ART rumah tersebut.

"Capek banget gue." Monolognya sambil merebahkan tubuhnya di ranjang. Bagaimanapun tubuhnya belum cukup pulih.

"Heran banget gue, kenapa abang-abangnya Ayya jahat-jahat gitu? Ayya kan gadis manis, harusnya dijagain. Bukan di hina." Kesal Ilona pada kakak dari tubuh yang ia tempati.

Ayyara yang tak lain adalah Ilona, bangun dan berjalan ke meja belajarnya. Ia kembali membuka buku-buku pelajaran milik Ayyara. Ia mencoba membaca dan memahaminya. Seolah sudah pernah mempelajarinya sebelumnya, Ayyara mampu memahaminya dan mengerjakan beberapa soal. Senyum senang terbit di wajahnya.

"Kecerdasan Ayya nular ke gue." Gumamnya pelan.

Ia menggeser kursi dan tak sengaja melihat laci kecil meja tersebut. Ia membukanya, dan menemukan beberapa barang milik Ayyara. Matanya tertuju pada handphone dan buku diary Ayyara.

Ayyara meraih dua benda tersebut. Ia menghidupkan hp milik Ayyara. Terlihat walpaper anime gadis cantik. Senyum melengkung dibibirnya. Ia membuka buku diary milik Ayyara.

"Ayya sayang Mama Papa." Tulisan pada lembar pertama.

"Ayya sedih orang tua kak Gian meninggal. Tapi, Ayya merasa lega Papa sama Mama mengadopsi kak Gian dan tidak membiarkannya pergi bersama kakek ke negara B. Selamat datang, kak Gian." Gumam Ayyara membaca tulisan di lembar berikutnya.

Ia paham sekarang, Gian bukanlah kakak kandung Ayyara. Melainkan sepupu Ayyara yang di adopsi oleh Papanya.

Ayyara kembali berpindah ke lembar yang lain. "Ayya sayang sama kak Deon, kak Gian juga. Tapi, kenapa mereka membenci Ayya? Ayya bukan aib keluarga. Ayya berharap, kak Deon sama kak Gian bisa menjadi pelindung Ayya saat dibully Vanya, Elen dan teman-teman. Tapi, mereka malah membela Vanya sama Elen." Ayyara mengepalkan tangannya kuat. Rasanya ia begitu sakit membaca tulisan Ayyara ini. Seakan dia sedang mengulangnya kembali.

Tangan Ayyara membalik lebar yang lain. Tangannya terhenti tepat terdapat sebuah foto. Foto seorang cowok dengan tulisan sayang kak Kenzo.

"Ayya tahu, Ayya ga secantik Vanya atau Elen. Tapi, Ayya benar-benar tulus ingin berteman dengan kak Kenzo. Walaupun Ayya suka sama kak Kenzo, Ayya sadar Ayya ngga pantas. Tapi, apa Ayya pantas mendapat cacian hanya sekedar ingin berteman? Bukan mencari perhatian, tapi Ayya hanya ingin balas budi atas kebaikan kak Kenzo menyelamatkan Ayya."

Lagi-lagi Ayyara merasa sakit membaca tulisan itu. Ia menunduk dengan kepala yang terasa berat. Peristiwa yang menimpa Ayyara kembali berputar di otaknya.

Gue gak suka sama lo!

Jangan ganggu gue!

Sebelum deketin gue, perbaiki dulu penampilan lo!

Gue ga butuh perhatian lo!

Ga usah pake rawat segala tu muka. Jelek tetap jelek! Sana, buatin gue sama Gian makanan!

"Arrgghhh... Gue... Gue bakal balas lo semua! Ayya ga pantas buat kalian hina. Lo semua manusia paling hina yang pernah gue liat. Lo semua harus bayar apa yang lo semua perbuat ke Ayyara." Gumam Ayyara, masih terus menunduk.

Terpopuler

Comments

Disha♡💕

Disha♡💕

padahal yg aib si Gian🥴

2024-02-22

0

Naraa 🌻

Naraa 🌻

njiir lah si Gian ternyata anak pungut walaupun masih sepupu

2024-02-20

0

Oi Min

Oi Min

balas Ay......jgn kasih ampun

2023-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!