Siapa Ayyara? Aku Ilona!

Suasana rumah sakit terlihat cukup lenggang. Seorang wanita duduk di samping brankar sambil terus memegang tangan putrinya. Sementara seorang lelaki berdiri di luar ruangan sambil menatap kedalam. Memerhatikan putrinya yang terbaring koma dengan alat-alat medis yang menancap di tubuhnya.

"Sayang, cepat bangun ya? Maafin Mama sama Papa yang terlalu sibuk kerja." Ujar wanita tersebut, yang tak lain adalah Bu Mala, Mama Ayyara.

Pintu terbuka, menampilkan seorang lelaki berusia 40 tahun. Dia Pak Abima, Papa Ayyara. Dia mendekati Mala dan menepuk pelan pundaknya.

"Mama istirahat, ya? Biar Papa yang gantiin jagain Ayyara."

Wanita itu menggeleng. "Enggak Pa. Mama yang bakal jagain Ayyara."

Lelaki itu hanya bisa menarik nafas pasrah. Sejak kecelakaan yang menimpa Ayyara sebulan lalu, istrinya hanya sedikit beristirahat. Dia memilih menghabiskan waktunya menjaga Ayyara.

"Pa, Mama takut Pa. Mama takut Ayya gak bakal bangun. Mama gak mau kehilangan Ayya, Pa."

Abima yang melihat istrinya sedih, menarik istrinya ke pelukannya. "Tidak akan terjadi apa-apa sama Ayya, Ma. Putri kita gadis kuat. Ayyara pasti bisa melewati masa kritisnya dan sadar dari komanya."

Suasana menjadi hening sejenak. Tapi tak lama, suasana berubah menjadi sedikit gaduh, ketika tiba-tiba sepasang suami istri itu melihat jari tangan Ayyara bergerak.

"Pa, cepat Pa panggil dokter!" Ucap Mala sambil terus mengusap kepala Ayyara.

Abima segera berlari keluar. Kebetulan sekali, ia bertemu dokter dan seorang suster yang juga akan ke ruangan Ayyara, memeriksa kembali keadaan Ayyara.

Mereka bersama-sama memasuki ruangan. Dokter langsung saja memeriksa keadaan gadis itu.

"Bagaimana, dok?"

"Pasien sudah melewati masa kritisnya. Tinggal menunggu pasien sadar."

Baru saja dokter selesai mengatakannya, jari tangan Ayyara kembali bergerak. Kali ini bukan hanya jari tangannya. Tangan dan kakinya juga ikut bergerak. Keningnya mengerut, matanya sedikit demi sedikit mulai terbuka.

Kenapa semuanya putih? Apa ini di rumah sakit? Atau di surga? Batinnya.

Gadis itu mengerjabkan matanya. Ia berusaha menyesuaikan matanya dengan pencahayaan di ruangan itu. Samar-samar ia melihat seorang perempuan dan laki-laki yang terus menatapnya.

Apa gue udah mati? Itu Ayah sama Ibu gue?

"Shhh..." Ringis gadis itu, memegang kepalanya.

"Jangan bergerak terlalu banyak dulu, ya. Saya akan memeriksamu lagi."

Dokter mulai memeriksanya kembali. Setelah selesai, dia bersama suster meninggalkan ruangan tersebut.

"Ayyara sayang, syukurlah kamu sudah sadar, nak. Mama sangat khawatir padamu." Bu Mala memeluk gadis itu dengan erat.

Ayyara? Mama? Kenapa dia memanggilku Ayyara? Siapa Ayyara? Aku Ilona!

"Maafin Papa sama Mama, Ayya. Mama sama papa janji akan meluangkan waktu untuk Ayya."

Ada apa ini sebenarnya? Aku tidak mengerti. Kenapa mereka terus memanggilku dengan nama asing.

"Minum." Gumam gadis itu pelan.

Mala dengan cepat mengambil minum, sementara Abima, dia membantu gadis itu bangun lalu membantunya meminum.

Tidak ada pembicaraan setelah gadis itu menghabiskan setengah gelas air. Ia masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah dua orang lelaki.

Saat melihat dua orang tersebut yang tak lain adalah Deon dan Gian, gadis itu merasakan sakit yang amat di kepalanya.

"Shhh... Akkhhh." Dia memegang kepalanya. Berbagai bayangan peristiwa yang terjadi terputar di otaknya.

Dasar culun, jelek, gagap!

Lo gak pantas manggil gue sama Gian kakak!

Gue muak tau gak, liat lo yang selalu buat keributan. Lo sadar gak, lo itu jelek?! Nggak usah cari muka sama orang-orang.

Dengar! Cewek kayak lo seharusnya gak disini. Lo juga gak pantas untuk hidup!"

Lo gak dengar Deon bilang apa kemarin? Gak usah manggil kita kakak! Lo gak pantas!

Lo dengar! Gak usah ngejar-ngejar gue! Gak usah cari perhatian gue! Karena lo, cewek culun, gagap juga jelek gak pantas buat gue!

Kata-kata hinaan dan bayang-bayang perbutan jahat pada Ayyara terus berputar dikepalanya. Bahkan tubuhnya mulai berkeringat karena menahan sakit.

"Ayya sayang, kamu kenapa nak? Pa, panggilin dokter Pa!"

"Jangan!" Potong gadis tersebut. Rasa sakitnya perlahan menghilang. Ia mendongak menatap Bu Mala." Boleh aku pinjam hpnya, Ma." Ujarnya.

Bu Mala memberikan hpnya, tanpa menyadari ada yang bebeda dari anaknya itu. Gadis itu meraih handphone tersebut lalu menatap wajahnya melalui layar handphone.

Wajah gue berubah. Ini bukan wajah gue, Ilona. Ini wajah orang lain. Apa yang sebenarnya terjadi sama gue? Bayang-bayang tadi, apa semua itu bayangan kehidupan pemilik tubuh ini sebelumnya? Tapi, kenapa gue bisa ada di tubuh ini? Gimana caranya?

"Wajah lo udah jelek dari dulu! Gak usah pake kaget segala." Ujar Deon, membuat gadis yang mereka anggap Ayyara itu menurunkan hp dan menatapnya.

"Deon, jangan gitu ah sama adek!" Ujar Mala.

"Emang benar kan, jelek Ma." Sambung Gian.

"Giaan,"

Jadi, dua cowok ini abangnya Ayyara? Sepertinya mereka gak suka sama Ayyara ini. Gue ngerti sekarang, kenapa bayang-bayang itu muncul. Mungkin cewek itu nggak mau kehidupannya terulang.

Tenang aja! Gue sekarang pemilik tubuh lo. Gue gak akan biarin tubuh lo ngerasain hal yang sama. Gue akan mastiin, semua penderitaan lo akan terbayar. Sekarang, Ilona adalah Ayyara. Dan Ayyara adalah Ilona. Mereka akan tau, bagaimana Ayyara yang sebanarnya.

"Kenapa lo liat gue, jelek!" Ujar Gian.

Ayyara menyunggingkan senyum misteriusnya. Kemudian ia menatap Mama dan Papanya. "Ma, Pa, Ayya mau makan." Ujarnya.

Bukannya merespon perkataan Ayyara, mereka malah menatap gadis itu dengan tatapan tak percaya. Ayyara adalah cewek gagap. Kenapa dia bisa berbicara lancar. Dan kenapa mereka baru menyadarinya sekarang.

"Ma, Pa, Ayya laper."

"Oh iya, nak. Maaf, Mama melamun. Soalnya kamu ngomongnya lancar, gak gagap lagi."

"Iya, nak. Kami sangat bersyukur." Timpal pak Abima. Sementara Deon dan Gian, tidak ada komentar dari keduanya.

"Ya udah, kamu mau makan apa, sayang?"

"Bubur Ma. Tapi bang Deon sama bang Gian yang beliin."

Lagi-lagi mereka terdiam. Deon dan Gian melotot ke arah gadis itu. Ayyara seakan memberi kejutan besar untuk mereka. Tidak biasanya dia memanggil Deon atau Gian dengen sebutan abang. Yang sering mereka dengar adalah kakak.

"Gue gak mau!" Bantah Deon.

"Gue juga enggak!" Timpal Gian.

"Ma, abangnya gak mau," Rengeknya.

"Deon! Gian!" Seru Abima.

"Iya, Pa." Jawab keduanya serentak. Dengan wajah di tekuk, Deon dan Gian segera menuju tempat dimana bubur yang diminta Ayyara di jual.

Hahaha rasain lo berdua!

Setelah 15 menit kedua cowok itu kembali dengan menenteng bubur untuk Ayyara. Mereka menyerahkannya pada Mala.

"Ayo, Mama suapin."

"Ayya maunya di suapin bang Deon."

"Ogah! Gue gak mau."

"Tapi, Ayya mau. Gimana dong?"

"Deon, apa salahnya kamu suapin adek kamu. Kamu selalu saja kasarin dia. Sesekali nurutin adek kamu lah."

"Pa..."

"Deon. Gak baik bantah orang tua."

"Iya-iya." Wajah Deon begitu masam sambil mendekati brankar Ayyara. Dalam hatinya, ia tak henti-hentinya menyumpah serapahi Ayyara.

Awas aja lo! Gue bakal kasi perhitungan buat lo. Batin Deon.

Lelaki itu segera menyuapi Ayyara. Wajah masamnya semakin terlihat masam saat Ayyara tersenyum padanya sambil menaikkan alisnya. Seolah sedang meledek Deon.

Ni Ayyara kok beda gini? Ngeselin lagi. Batin Gian.

Terpopuler

Comments

Helen Nirawan

Helen Nirawan

isshh , sodara sinting

2024-04-19

0

Faulinsa

Faulinsa

Ayyara di awal disebutkan sepupunya.. trus sekarang adek kandung??

2024-01-30

2

Oi Min

Oi Min

trs....Ayya yg asli apa bner2 dah mati???trs tubuhnya Illona jga dah dikubur kah??

2023-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!