Gendis menatap perempuan cantik di depannya. Kepalanya terasa berdenyut, seluruh tubuhnya terasa sakit. Perempuan itu meringis memegangi kepalanya yang tertutup perban.
"Kepalamu dibalut perban, karena lukanya sangat parah."
Melihat raut wajah kebingungan Gendis, perempuan itu kemudian menjelaskan semuanya pada Gendis. Dari awal dia dan sahabatnya menemukan perempuan itu tergeletak di semak-semak di pinggir jalan, sampai akhirnya membawa perempuan gendut itu ke rumah temannya.
"Aku Meira Zein." Gadis cantik itu mengulurkan tangannya. Dia sepertinya lupa, kalau kedua tangan Gendis pun dibalut perban. Tangan kiri gadis itu patah, sementara tangan kanannya penuh luka memar dan juga luka robek.
Meira meringis membayangkan betapa sakit rasanya jika dia berada dalam posisi gadis malang itu. Ia ingat, bagaimana kondisinya saat pertama kali dia dan Gama, menemukan perempuan itu.
Meira adalah orang yang pertama kali menemukan Gendis. Saat itu dia dan Gama dalam perjalanan menuju villa milik Gama. Namun, dalam perjalanan mobil mereka bermasalah.
Saat Gama turun untuk memeriksa keadaan mobilnya, Meira pun ikut turun. Gadis cantik itu kemudian berkeliling menatap keadaan sekitar mereka yang terlihat sepi.
Hari menjelang siang, tetapi keadaan jalanan di sekitarnya masih sepi.
"Gam, apa villanya masih jauh?"
"Bentar lagi. Kenapa?"
"Sepi banget. Aku takut."
"Tenang, di sini aman."
"Aman gimana? Serem begini." Meira bergidik ngeri. Ini adalah pertama kalinya Meira ikut Gama liburan ke villanya. Kalau dia tahu mobil Gama akan bermasalah, dia pasti tidak akan ikut.
Pandangan Meira tanpa sengaja menangkap sesuatu di semak-semak di pinggiran jalan. Merasa penasaran, gadis itu mendekat. Namun, detik berikutnya gadis itu menjerit membuat Gama yang sedang menelepon terkejut mendengar teriakannya.
"Meira!" Gama dengan cepat berlari ke arah gadis itu.
"Gama, it-itu ...." tunjuk Meira ke arah sosok perempuan yang tergeletak dengan penuh luka.
"A-apa i-tu, mayat?" Meira kembali menjerit ketakutan. Gadis itu memeluk Gama dengan erat.
"Tenang, Mei, tenang!"
"Aku takut, Gam ...."
"Tenanglah!" Gama memeluk gadis itu dan menenangkannya.
"Aku akan memeriksanya." Gama melepaskan pelukannya.
"Jangan, Gam! Kita laporkan saja ke polisi. Kalau ada apa-apa nanti kita-"
"Mei, dia bergerak!"
"Apa?"
"Orang ini masih hidup!" teriak Gama.
Meira bermaksud mendekati Gama, tetapi pria itu kembali berteriak.
"Cepat ambil minum di mobil!"
Meira segera berlari mengambil minum kemudian segera memberikannya pada Gama.
"Kamu yang kasih, biar aku yang pegang kepalanya." Gama dengan hati-hati mengangkat kepala perempuan itu. Sementara Meira menempelkan botol air minum mineral itu ke mulut perempuan malang itu.
Gama meraih ponselnya. Laki-laki itu menelepon dokter pribadinya agar segera datang menyusul sopir pribadi yang dia telepon tadi.
Seluruh keluarga Gama sedang berlibur di villa mereka yang terletak di daerah puncak. Keluarga Gama sengaja membawa dokter pribadinya karena nenek Gama yang sering sakit-sakitan ikut liburan bersama mereka.
Beberapa saat kemudian mobil sang sopir datang. Begitupun mobil sang dokter. Tanpa menunggu lama, mereka mengangkat tubuh besar gadis malang itu dan membawanya ke villa keluarga Gama.
Sampai di villa, sang dokter segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan perempuan malang itu. Beruntung, dokter pribadi itu ditemani oleh perawat profesional yang selama ini menjaga nenek Gama.
Sang dokter juga lengkap membawa perlengkapan beberapa alat kesehatan yang biasa dia pakai untuk melakukan pertolongan pertama pada pasien.
Dokter pribadi Gama memang sudah mempersiapkan segalanya untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba nenek Gama kambuh dan memerlukan perawatan. Letak villa mereka lumayan jauh dari jalan besar. Jarak dari villa itu menuju rumah sakit juga sangat jauh.
"Be-rarti ka-mu yang sudah menyelamatkan aku?" Suara Gendis terdengar lirih. Perempuan itu meringis menahan sakit. Sementara Meira tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Gama masuk ke dalam kamar menemui Meira. Langkahnya terhenti saat melihat perempuan yang ditolongnya itu sedang berbicara dengan Meira.
"Kau sudah sadar rupanya." Gama mendekati Meira dan memperhatikan Gendis yang mencoba tersenyum sambil meringis.
Seluruh wajahnya yang penuh memar dan bibirnya yang pecah membuat perempuan itu kesulitan membuka bibirnya.
"Terima kasih." Suara Gendis kembali terdengar lirih.
"Sebaiknya kau jangan banyak bicara dulu. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu." Tanpa menunggu jawaban dari Gendis, Gama kembali berlalu meninggalkan kamar itu.
"Jaga dia Mei," ucap Gama sebelum benar-benar meninggalkan kamar.
Seluruh keluarga Gama berkumpul di ruang keluarga. Mereka tidak menyangka, rencana liburan mereka malah terganggu dengan ditemukannya seorang gadis yang diduga sebagai korban kekerasan.
"Apa sebaiknya kita lapor saja pada pihak yang berwajib?" usul Rena, mamanya Gama.
"Sebaiknya jangan, Ma. Bisa ribet urusannya," sela Danis sambil menatap ke arah istrinya.
"Papa benar, Ma. Biarkan saja seperti ini. Kita rawat saja perempuan itu dulu." Gama menatap sang mama yang terlihat khawatir.
"Tapi kalau dia orang jahat gimana?"
"Mama tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa sama keluarga kita. Papa sudah suruh orang-orang Papa ke sini untuk berjaga-jaga."
"Apa itu tidak terlalu berlebihan, Pa?"
"Demi Mama kamu, Gama. Biar dia tidak cemas."
Gama mengangguk sambil menatap sang mama yang langsung tersenyum sambil menatap suami tercintanya.
***
Keluarga Gama dan Meira merawat Gendis sampai sembuh. Mereka sangat terkejut saat mendengar cerita Gendis tentang orang-orang yang telah melukainya dan membuat gadis itu hampir kehilangan nyawa.
Setelah pulih, Gendis tinggal bersama Meira. Perempuan cantik yang kini memutuskan menjadi sahabatnya. Bukan hanya Meira, Gama pun sangat peduli pada Gendis.
Kedua orang itu terus menyemangati Gendis, agar gadis gendut itu tidak berputus asa. Bukan hanya mereka berdua, keluarga Gama dan keluarga besar Meira juga sangat peduli pada Gendis.
Setelah benar-benar pulih dan kondisinya membaik, kedua sahabatnya itu membantu Gendis untuk kembali bangkit.
Merasa tidak enak hati pada kedua sahabat dan orang-orang yang selama ini membantunya, Gendis kemudian memaksa Gama agar pria itu mau memberinya pekerjaan di kafe miliknya.
Gama dan Meira setuju Gendis bekerja di sana. Atas saran dari Meira, Gama sengaja memperkerjakan Gendis di bagian belakang. Gama sengaja, agar gadis gendut itu banyak bergerak, biar berat badannya bisa turun sedikit demi sedikit.
Kedua sahabat itu juga mengajak Gendis berolahraga di pusat kebugaran. Mereka juga menyuruh Gendis untuk diet dan juga pergi ke salon.
Selama berbulan-bulan tinggal bersama kedua sahabatnya dan mengerjakan semua perintah juga saran mereka, berat badan Gendis mulai turun.
Wajahnya yang penuh jerawat juga sudah mulai berubah mulus dan putih bersih. Melihat keadaan dirinya yang sudah mulai berubah, api dendam di hati Gendis semakin membara.
Demi membalas dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya, Gendis rela bekerja keras agar berat badannya bisa turun dan wajahnya juga berubah cantik.
Gendis berdiri di depan cermin.
Bayangan wajah orang-orang yang menyiksanya, hingga menyebabkan dirinya hampir kehilangan nyawa, kembali terlintas.
Gendis mengepalkan tangannya.
Aku bersumpah! Akan membalas semua perbuatan yang pernah kalian lakukan padaku!
Bersambung ....
Jangan lupa dukung author dengan cara like, komen, hadiah dan votenya ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Lina aja
semangat gendis bangkit dan balas semua perlakuan buruk yg kamu trima
2022-12-31
0
Sukliang
untung temu irang baik
ayuk cia you balas sana sepasang manusia berhati binatang
2022-12-21
0
PeQueena
nahhh semangay dong .jangan cuma bisa nangis...
mulai sekarang harus bisa nyiksa orang² yg menyakitimu
2022-07-08
0