''Gendis dengan pelan mengobati satu persatu luka robek akibat serpihan kaca tadi siang. Gadis itu kini meringkuk di atas tempat tidur. Perutnya terasa lapar, seluruh tubuhnya terasa sakit, apalagi hatinya. Lengkap sudah semua penderitaan Gendis.
Ia sungguh tidak menyangka kalau nasibnya akan berubah seperti ini. Gendis ingin menghubungi orang-orang di rumahnya, tetapi Arga merampas ponselnya.
Gendis adalah yatim piatu. Selama ini dia tinggal di rumah besar warisan dari nenek angkatnya. Gadis itu tinggal bersama dua orang pembantu, tukang kebun dan seorang sopir pribadi. Mereka berempat adalah sepasang suami istri yang selama ini menemani Gendis setelah majikan mereka meninggal.
Semenjak majikan mereka meninggal, semua harta warisan sang nenek jatuh ke tangan Gendis. Majikan mereka yang hidup seorang diri itu merasa berhutang budi pada kedua orang tua Gendis yang pernah menyelamatkannya. Oleh karena itu, dia memberikan seluruh hartanya pada Gendis.
Usia Gendis memang sudah dua puluh tahun. Akan tetapi, dia belum bisa bersikap dewasa. Perempuan itu juga mudah percaya sama orang, apalagi dengan seseorang yang menurutnya baik.
Arga adalah salah satu contohnya. Gendis sangat percaya pada pria itu karena dia sangat mencintai Arga, tetapi kenyataannya pria itu adalah orang yang sangat jahat. Arga telah memanfaatkan Gendis demi mendapatkan semua yang diinginkannya.
Kini, pria itu menyembunyikan Gendis di apartemen. Gadis itu sangat yakin, kalau orang-orang di rumah itu saat ini pasti mengira kalau dirinya sedang bersenang-senang. Apalagi, mereka tahu kalau Gendis pergi bersama kekasih dan juga sahabat baiknya, Arabella Alexa.
Gendis langsung terbangun saat terdengar suara pintu terbuka. Wajah tampan Arga muncul di sana sambil membawa nampan berisi makanan dalam porsi besar.
Wajah Arga terlihat garang. Sungguh sangat berbeda dengan Arga yang selama ini dia kenal.
"Cepat makan! Setelah ini, aku akan melakukan sesuatu yang seharusnya dari dulu aku lakukan!"
"A-apa maksudmu, Arga?"
"Makanlah! Kalau tidak, aku akan kembali membawa makanan ini dan membuangnya!"
"Jangan! Aku mohon, jangan dibuang. Perutku sangat lapar ...." Gendis menatap Arga dengan sorot mata memohon.
Arga menatap Gendis dengan sinis kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar gadis itu. Pria itu tersenyum smirk setelah keluar dari kamar itu.
"Siapkan semuanya. Jangan sampai gagal! Dia sudah datang, bukan?" Arga menatap orang suruhannya yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Gendis.
"Sudah, Bos."
"Bagus!"
Arga menatap pintu kamar Gendis, kemudian berlalu meninggalkan tempat itu.
Sementara di dalam kamar, Gendis makan dengan lahap. Perempuan gendut itu menghabiskan semua makanan yang ada di hadapannya. Perutnya sangat lapar karena dari pagi Arga tidak memberinya makan.
Beberapa saat kemudian, Arga datang sambil membawa beberapa berkas di tangannya. Lelaki itu menatap Gendis yang baru saja selesai makan. Terdengar suara sendawa dari mulut Gendis.
Perempuan gendut itu kekenyangan setelah menghabiskan semua makanan yang diberikan Arga dalam porsi besar. Gendis tersenyum sambil mengusap perutnya. Sementara itu, Arga menatap perempuan itu dengan pandangan jijik.
Sudah cukup selama ini dia berpura-pura baik di depan Gendis. Ia memang selalu berpura-pura saat di depan perempuan itu.
Meskipun terkadang Arga merasa malu saat berjalan di sebelah Gendis, tetapi demi semua rencananya, lelaki tampan itu menahan semua kemarahan dan kekesalannya selama ini.
Kini, semuanya akan segera berakhir. Dia tidak perlu lagi berpura-pura atau bersandiwara di depan perempuan jelek itu. Sebentar lagi, Arga akan mengakhiri semua permainan ini.
Arga mendekati Gendis, kemudian tanpa basa-basi memberikan beberapa dokumen penting di depan gadis gendut itu.
"Apa ini?" Gendis menatap Arga dengan bingung.
"Kau bisa lihat sendiri apa itu!" Arga menatap tajam pada perempuan itu.
Tanpa menunggu, Gendis membaca satu demi satu beberapa dokumen yang diberikan oleh Arga.
"I-ini ...." Kedua bola mata Gendis membola, saat mengenali beberapa dokumen yang sedang dipegangnya.
"Bukankah ini dokumen milikku? Kenapa semua dokumen ini ada padamu?" Gendis sungguh terkejut.
Kenapa sertifikat rumah dan surat-surat penting juga berkas kepemilikan semua asetnya ada pada Arga? Dari mana dia mendapatkan itu semua?
"Katakan, Arga! Dari mana kau mendapatkan semua dokumen milikku?"
"Tidak penting dari mana aku mendapatkan semua itu, Gendis. Cepat tanda tangani semua dokumen itu!" Suara Arga meninggi.
"Tidak! Aku tidak akan menandatangani semua berkas-berkas ini. Aku tidak rela jika semua milik nenek jatuh ke tanganmu!" Gendis menatap Arga dengan penuh amarah.
"Kau tidak mau menandatanganinya?" Arga menatap wajah Gendis yang penuh dengan jerawat dan terlihat sangat jelek. Sorot matanya bagaikan serigala kelaparan yang ingin memakan mangsanya.
Tangan besarnya kemudian mencengkeram leher Gendis.
"Kau benar-benar tidak mau menandatanganinya?" Arga menatap penuh amarah. Sementara Gendis mendongak, napasnya tersengal akibat cengkeraman tangan Arga di lehernya.
"Ar-ga, le-le-pas-kan ak-u." Gendis memegangi tangan besar Arga, mencoba melepaskan tangan pria yang dicintainya itu dari lehernya.
"Aku akan melepaskanmu kalau kau mau menandatangani surat-surat itu!"
Gendis menggeleng, kedua matanya yang berlinang air mata menatap Arga dengan tatapan memohon.
"Ti-tid-ak." Gendis hampir kehilangan napas, seiring tangan Arga yang semakin mencekiknya dengan kuat.
"Tidak?" Arga menggeram marah.
Sementara wajah Gendis terlihat pucat, napasnya terputus-putus. Dalam hati, Gendis sudah pasrah seandainya ia harus mati detik itu juga.
Namun, saat napas Gendis hampir saja berhenti, pintu kamar terbuka dengan kasar. Wajah Arabella, sang sahabat yang sedari kemarin tidak terlihat, muncul dengan raut wajah terkejut.
"Apa yang kau lakukan, Arga? Kau bisa membunuhnya!" Suara Arabella melengking memekakkan telinga, membuat Arga melepaskan cengkeraman tangannya pada leher Gendis.
Gendis terjatuh, gadis itu terbatuk, kemudian dengan rakus menghirup oksigen. Gendis menetralkan napasnya yang tersengal sambil memegangi lehernya yang terasa sakit. Netranya menatap Arga yang wajahnya hampir tidak dia kenali.
Wajah tampannya terlihat menyeramkan. Sorot matanya seolah akan menerkamnya hidup-hidup.
Benarkah dia Arga? Pria lemah lembut yang selama ini selalu bersamanya? Benarkah itu dia?
Arabella dengan cepat mendekati Gendis.
"Gendis, kamu nggak apa-apa kan? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kalian bertengkar? Kena-" Ucapan Arabella terhenti saat tiba-tiba Arga menarik tangannya kemudian menodongkan senjata tajam ke arah leher gadis itu.
Arabella berteriak kaget. Perempuan itu terlihat ketakutan, sementara Gendis menatap tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Arga.
"Arga! Apa yang kau lakukan? Kenapa-"
"Diam!" bentak Arga membuat perempuan itu langsung menutup mulutnya. Apalagi, saat benda tajam yang berkilau itu menempel di leher mulusnya.
Gendis terlihat panik melihat sahabat baiknya berada dalam bahaya. Apalagi bahaya itu di sebabkan olehnya.
Kenapa sahabatnya itu datang di saat yang tidak tepat?
Bagaimana pun, Gendis tidak ingin membuat sahabat baiknya itu terluka.
"Lepaskan, Arabella, Arga! Jangan libatkan dia dalam masalah kita! Aku mohon ...."
"Aku akan melepaskan dia, tapi dengan satu syarat!" Arga masih menatap perempuan gendut itu dengan tajam dan penuh amarah.
.
Bersambung ....
Jangan lupa like, komen, hadiah dan votenya ya teman-teman.
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
SeoulganicId
sumpah yah arga jgn ampe akhirannya sama lu
2023-07-14
0
Lina aja
idih ko gtu y thor.....serem
2022-12-31
0
PeQueena
paling juga sandiwara..wedhus dan rubah betina ..
menekanmu dengan mengancam arabella agar kau luluh dan menandatanganinya
2022-07-08
0