"Aku akan melepaskan dia tapi dengan satu syarat!" Arga menatap perempuan gendut di depannya dengan penuh amarah.
Gendis terlihat panik saat melihat Arabella ketakutan karena benda tajam itu semakin menempel di lehernya.
"Lepaskan Arabella, Arga! Kau bisa membunuhnya!" Gendis berteriak panik, dengan susah payah dia bangkit dari lantai.
"Lepaskan Arabella, Arga!" teriak Gendis lagi. Namun, Arga tidak mendengarkan teriakannya. Laki-laki itu tersenyum smirk dan semakin menempelkan benda tajam itu pada leher Arabella.
"Tandatangani semua surat-surat itu, kalau tidak, aku akan melenyapkan sahabatmu!"
Arabella berteriak saat benda tajam berkilauan itu menggores lehernya. Gadis itu kembali berteriak saat melihat darah segar mengalir dari lehernya.
"Hentikan, Arga! Lepaskan Arabella!" Gendis berteriak panik dan ketakutan.
"Lepaskan dia. Aku mohon ...."
"Aku akan melepaskan dia kalau kau menuruti semua keinginanku."
"Aku tidak mungkin menandatangani semua dokumen itu karena semua aset itu adalah milik nenekku! Aku tidak mungkin memberikan semua harta itu pindah ke tangan pria licik sepertimu!" teriak Gendis.
"Kalau kau tidak mau menandatanganinya, nyawa sahabatmu ini akan menjadi taruhannya!"
"Arga!"
"Kenapa? Kau pikir aku main-main?"
"Arga, kau!"
"Laki-laki itu tertawa, sementara Arabella terlihat ketakutan. Sedangkan Gendis semakin panik karena sepertinya Arga memang tidak main-main dengan ucapannya.
"Gendis, tolong aku. Aku mohon ...."
"Tenang Arabella. A-ku pasti a-kan menolongmu," ucap Gendis gugup.
Saat ini dia benar-benar dilema. Netranya melirik ke arah dokumen yang masih tergeletak di ranjang.
"Cepat tanda tangani semua dokumen itu, kalau tidak, aku benar-benar akan melenyapkan perempuan ini!"
"Arga!" Gendis kembali berteriak.
"Gendis, aku mohon tolong aku. aku masih ingin hidup, aku belum mau mati." Arabella menangis ketakutan.
Perempuan itu menatap benda tajam yang masih menempel di leher jenjangnya. Leher mulusnya itu masih mengeluarkan darah saat Arga menggoreskan benda tajam itu di sana.
"Gendis ... aku takut Arga benar-benar akan membunuhku. Aku taku-"
"Diam!" Arga berteriak marah. Kedua matanya menatap tajam Arabella
"Tenang Arabella, aku tidak akan membiarkan Arga melukaimu." Gendis menatap sahabatnya itu dengan perasaan campur aduk.
"Cepat tanda tangani semua dokumen itu, Gendis, atau aku benar-benar akan membunuh perempuan ini!"
Arabella kembali berteriak sambil menangis ketakutan saat Arga kembali menggores kulit lehernya.
"Arga! Aku mohon, lepaskan Arabella! Dia tidak bersalah. Arabella tidak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan masalah kita!"
"Aku tidak peduli, cepat tanda tangani semua dokumen itu, Gendis!"
"A-aku ti-"
Arabella kembali berteriak membuat Gendis bertambah panik.
"Lepaskan Arabella, Arga. Aku mohon ...."
"Cepat tandatangani!"
"Gendis ...." Arabella menangis menatap sahabatnya.
"Aku mohon selamatkan aku, Gendis. Aku belum mau mati. Aku mohon ...."
"Ara ...."
"Cepat tandatangani, Gendis!" Arga kembali berteriak marah. Pria itu menatap Gendis dengan amarah yang memuncak.
"Jordan! Cepat paksa dia untuk menandatangani semua berkas-berkas itu!"
"Siap, Bos!" Laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakang Arga itu melangkah mendekati Gendis.
Pria itu memaksa Gendis memegang pena yang sudah disiapkan oleh Arga.
"Cepat tandatangani!"
"Tidak! Aku tidak mau menandatanganinya!" Gendis bersikeras dengan keputusannya.
Namun, Arabella kembali berteriak saat benda tajam itu kembali menggores lehernya.
"Hentikan, Arga! Aku mohon, hentikan!" Gendis menangis, tubuhnya gemetar ketakutan.
Ingatannya dipaksa kembali ke masa lalu. Saat itu ....
"Gendis, aku mohon, selamatkan aku." Suara tangisan Arabella kembali menyadarkannya.
"Kamu hanya perlu memilih, Gendis. Tanda tangani dokumen itu, atau aku akan melenyapkan sahabat baikmu ini di hadapanmu!" ancam Arga.
Pria itu memberikan pilihan yang sangat sulit baginya. Gendis tidak mungkin melepas semua semua harta milik nenek angkatnya begitu saja pada Arga.
Akan tetapi, di sisi lain dia juga tidak mungkin membiarkan Arga melukai Arabella, apalagi sampai membunuhnya.
"Cepat tanda tangan di sini, Nona!" Jordan yang sedari tadi gemas melihat sikap Gendis, ikut menggertak gadis gendut itu.
Seiring air mata yang mengalir deras di pipinya, Gendis akhirnya menandatangani satu persatu dokumen itu.
Maafkan aku Nek, karena aku tidak bisa menjaga amanahmu dengan baik. Aku tidak mungkin membiarkan sahabatku mati di tangan Arga hanya karena mempertahankan semua harta nenek.
"Aku sudah mendatanginya, cepat lepaskan Arabella, Arga!"
Jordan mengambil semua berkas itu kemudian memperlihatkannya pada Arga yang masih mengancam Arabella dengan benda tajam.
"Sudah semuanya, Bos. Perempuan itu sudah menandatangani semua dokumen ini." Jordan tersenyum puas begitu pun dengan Arga.
Pria itu melepaskan Arabella, membuat perempuan itu langsung mendekati Gendis dan memeluknya.
"Arabella, kau tidak apa-apa? Lehermu terluka." Gendis melihat luka goresan di leher sahabatnya.
"Aku tidak apa-apa. Kenapa tiba-tiba kalian bertengkar? Kalau kalian ada masalah bukankah kalian bisa membicarakannya baik-baik?"
Belum sempat Gendis menjawab, suara Arga mengejutkan Gendis.
"Sayang, aktingmu sungguh bagus!" Arga bertepuk tangan. Sementara Arabella tersenyum
smirk.
"Sa-sayang ...." Gendis terkejut mendengar suara Arga yang begitu lembut memanggil Arabella.
"Kamu juga bermain sangat hebat." Arabella melangkah mendekati Arga, mereka berdua saling berpelukan.
Arga mengambil kotak obat yang baru saja diberikan oleh Jordan.
Sementara Gendis menatap mereka dengan mulut terbuka. Dia sangat terkejut melihat mereka berdua begitu mesra.
Apa-apaan mereka? Arabella dan Arga, mereka ....
"Apa ini sakit?" Arga meraih plester untuk membalut luka goresan benda tajam itu di leher Arabella.
"Ini hanya luka kecil, kau tenang saja."
"Kamu memang hebat, Sayang, maafkan aku." Arga mencium leher Arabella yang terluka.
"Maafkan aku, tadi aku terlalu bersemangat." Arga menatap perempuan pujaannya itu kemudian mendaratkan bibirnya pada bibir Arabella.
Gendis menatap tidak percaya pada penglihatannya. Gadis gendut itu belum menyadari sepenuhnya apa yang terjadi.
"Ka-kalian berdua? A-apa yang kalian lakukan?"
"Arabella, kenapa kau-"
Arabella tertawa melihat wajah Gendis yang terlihat kebingungan.
"Dasar bodoh! Kau benar-benar bodoh Gendis!" Arabella kembali tertawa. Begitu pun Arga yang terlihat tersenyum mengejek.
"A-apa maksud-mu, Ara?"
Gendis sungguh tidak mempercayai apa yang dilihatnya.
"Ara ...."
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Gendis. Gadis itu menatap tak percaya pada sahabatnya.
"Ara ...." Wajah Gendis memerah akibat tamparan Arabella.
"K-kau-"
"Kenapa? Apa kau terkejut?" Arabella menatap Gendis penuh amarah.
"Kamu dan Arga-"
"Aku dan Arga bekerja sama untuk menghancurkanmu!"
"A-apa?"
***
Gendis terbangun dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Deru napasnya memburu. Gadis itu memandang ke sekelilingnya.
Seseorang datang mendekatinya.
"Kau sudah bangun?"
"Di mana aku?"
"Kamu berada di rumah temanku. Semalam, aku dan temanku menemukanmu di semak-semak dalam keadaan tidak sadarkan diri dan penuh luka di sekujur tubuhmu."
.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Jasreena
tandatangani aja tp palsu...
2022-12-18
0
PeQueena
dasar 🐍
2022-07-08
0
PeQueena
harus ada pengacara meskipun ada oengalihan kuasa tetaplah pengacara dan notaris harus menyelidiki..rapi entahlah kl semua bersengkokol
2022-07-08
0