“Hei Mark! Aku tahu itu kamu!”
Burung gagak itu menangkring di atas pohon dan berubah menjadi seorang manusia yang memakai jubah hitam, mata merah, berambut hitam, wajah tampan, dan berkulit putih.
“Aku sudah menduganya,” batin Sarah.
“Ada apa?” tanya Mark yang sedang duduk santai di atas pohon dan memandangi Kapten Sarah di bawahnya.
Sarah meletakkan kedua tangannya di pinggang dengan ekspresi kesal ia berkata, “Seharusnya aku yang menanyakan itu.”
Mark menatap hutan dari luar yang sekelilingnya dilindungi sihir putih. Ia tersenyum miring sambil menggelengkan kepalanya.
“Kasihan sekali," gumam Mark.
Sarah melakukan rolling eyes. “Kau sedang menghinaku?”
Mark dengan santai mengeluarkan tongkatnya dan mengeluarkan sihir hitam lalu secara ajaib Mark telah ada di belakang si Kapten Sarah.
“Bukan kau, tetapi Raja Juftin.”
Mendengar ucapan Mark, ia segera membalikan badannya dan reflek mengeluarkan pedang di dalam jubahnya lalu mengacungkan pedang tersebut ke wajah Mark untuk mewaspadai.
“Dasar bodoh … kau sama sekali belum berubah, aku tidak ingin mencari keributan denganmu,” kata Mark. “Kau bukan tandinganku, Kapten Sarah.”
Kapten Sarah mencoba melihat isi pikiran Mark, dan membacanya. Ternyata, Mark bertugas mengawasi Raja Azka, Mark tahu jika Raja Azka hanya memanfaatkan Raja Juftin dan Raja Thaison hanya untuk kepentingan pribadinya, tetapi diselimuti oleh kebaikan. Dan saat Kerajaan Penyihir Putih telah mendapatkan kekuatan yang hebat itu, ia akan menguasai Kerajaan Penyihir hitam berserta kerajaan jajahannya dan juga Kerajaan Zarqo.
“Apa maksudmu tentang itu?” tanya Kapten Sarah yang menurunkan pedangnya.
Mark berjalan ke arah pohon dan Kapten Sarah terus menatap gerak-gerik Mark. Mark berjalan sembari bertanya, “Tentang apa? Apakah tentang aku mengatakan kau bodoh atau aku yang mengasihani rajamu?”
“ Jangan bersikap bodoh, kau sudah tahu semua tentang tugasku dan informasinya. Kau tahukan jika informasiku selalu benar?” sambung Mark.
Sarah membuang muka dan menatap ke hutan. Ia ingin menghentikan ritual itu, tetapi tidak bisa karena sihir pelindung dari Xio. Dia tidak bisa berbuat banyak, kekuatan telepatinya tidak akan sampai menghubungi para anggota Tim Pasukan Elit maupun sang raja.
“Kau tahu kalau Kerajaan Penyihir Putih dan Kerajaan Penyihir Hitam itu saling bersaing disegala bidang. Menghalalkan berbagai cara untuk memenangkan persaingan,” kata Mark yang sedang duduk bersender dipohon dengan memejamkan matanya.
Sarah melihatnya dengan tatapan jutek dan membuang nafasnya karena gaya si Mark sangat sok keren menurutnya.
“Kenapa melihat wajah tampanku? Kau suka samaku?” tanya Mark yang tersenyum.
“Aku suka membunuhmu di suatu hari nanti,” jawab Sarah.
Mark merasakan hembusan angin yang hangat dan langsung memelekkan matanya dan berkata, “Sudah dimulai ritualnya.”
Kapten Sarah langsung melihat hutan, tampak ada cahaya ungu yang keluar dari hutan. Langit yang cerah berubah menjadi mendung, suasana hutan di selimuti kabut berwarna hitam.
Di dalam hutan, Raja Juftin sedang menjalankan ritualnya, ia membaca mantra lembaran demi lembaran mantra sihir kuno dari buku yang bersampulkan tulisannya AURESTA. Selain mantra, di lembaran buku itu terdapat simbol suci di dalamnya
Angin berhembus kencang, kabut di hutan semakin tebal dipadupadankan dengan debu dan daun bertebangan. Mereka semua yang ada di dalam hutan tidak bisa melihat dan berusaha melindungi diri mereka masing-masing.
Raja Juftin masih tetap membaca mantranya, daun dan batang pohon itu berubah menjadi biru cerah yang sangat bagus. Batang pohon tersebut memunculkan simbol yang sama persis ada di dalam buku.
Pohon itu memancarkan sinar birunya dan membuat angin dan kabut menghilang. Mereka semua takjub dengan keindahan pohon tersebut. Lalu keluarlah Blue si serigala pelindung Kerajaan Blue di balik pohon itu dengan ukuran yang sangat besar.
“Aku kira makhluk itu tidak nyata,” ucap Raja Thaison yang sangat kagum dengan binatang tersebut. Pandangannya tidan bisa lepas karena melihat binatang itu.
Blue mendekati Raja Juftin dan dengan refleknya sang raja duduk dengan satu alas kaki kiri sedangkan kaki kanannya dilipat ke depan dan kepalanya menunduk beralaskan tangan kanan yang berada diatas lutut kaki kanan sang raja sebagai bentuk penghormatan kepada Blue. Tingkah Raja Juftin ini diikuti oleh semuanya kecuali para makhluk dibalik tembok tanaman.
"Berdirilah, aku tidak pantas diperlakukan seperti itu, aku tidak sehebat seperti Tuhan."
Semuanya kaget mendengar Blue bisa berbicara, Blue memang hewan yang misteri, tidak ada yang tahu keberadaannya, tetapi ia memang ada di Auresta ini. Mereka semuanya berdiri termasuk Raja Juftin.
"Cukup dengan memiliki hati yang baik dan sopan santun saat bersikap maupun berbicara, bagiku sangat cukup untuk menghormatiku," ucap Blue. "Ketulusan dan hati yang suci karena bisa melawan masa lalumu dan ingin melindungi rakyatmu adalah keberanian yang sangat hebat. Maka dengan itu, kau boleh menggunakan pohon ini dan aku menjamin atas setiap makhluk yang ingin kau ambil kekutannya, mereka tidak ada yang akan mati."
Xio dan Jack merasa ada yang aneh, karena pohonnya berwarna biru dan si Blue datang menghampiri raja. Mereka merasa saat Raja Aivan yaitu raja terdahulu sebelum Raja Juftin berkuasa menciptakan penggabungan kekuatan untuk Sarah tidak seperti ini suasananya.
"Dulu saat kita masih kecil tidak terjadi seperti ini. Waktu raja Aivan mencoba menggabungkan kekuatan, si Blue tidak keluar dan warna pohonnya juga aneh," kata Jack berbisik-bisik mengenai ini kepada Xio.
"Aku mengerti, pohon ini sesuai dengan hati sang raja."
"Apa maksudnya?"
"Diam saja, aku akan memberitahumu ketika sampai di markas."
Raja Juftin sangat berterimakasih kepada Blue karena selama ini ia sangat mengkhawatirkan rakyatnya untuk dikorbankan, ia tidak tega sama sekali jika rakyatnya harus mati mengenaskan di hadapannya. Sedangkan Raja Azka tidak menyangka jika binatang itu berkata ia akan menjamin tidak akan ada yang mati, tetapi disatu sisi lainnya ia sangat senang atas keberhasilannya.
Blue menatap tajam ke arah Raja Azka sebelum ia pergi masuk ke dalam hutan dan berkata, "Kekuatan yang suci belum tentu hatinya telah suci, jangan senang terlebih dahulu karena Tuhan yang akan menentukan masa depanmu."
Semua pasang mata menatap Raja Azka yang terbelalak mendengar perkataan Blue, ia bertanya-tanya dalam dirinya apakah Blue tahu isi hatinya selama ini. Apalagi Xio teringat Kapten Sarah jika sang kapten mencurigai Raja Azka. Blue pergi dan ukuran tubuhnya berubah menjadi ukuran serigala pada umumnya.
"Jadi, siapa duluan?" tanya Raja Juftin.
"Aku saja."
Raja Thaison memanggil pengawalnya untuk membawakan sukarelawannya. Pengawalnya menuruti perintahnya dan segera pergi ke arah dinding tanaman tersebut. Bella yang merasakan getaran melangkah yang akan datang ke dinding langsung membuka sebagian dinding tanamannya menggunakan sihirnya hingga berbentuk seperti pintu. Bella kaget karena pohonya menjadi warna biru.
“Ini tidak mungkin, seharusnya pohonnya berwarna hitam,” batin Bella.
Lalu pengawal itu masuk dan menarik salah satu tangan dari sukarelawan dari Kerajaan Polip yang masih remaja. Anak remaja itu sangat ketakutan dan terlihat jelas diwajahnya, ia sangat pucat sekali. Elle menatap kasihan kepada remaja tersebut dan menghampiri pengawalnya dan berkata, “Sebaiknya pilih saja yang lain. Bukankah ini sukarelawan?”
“Apa masalahmu?” tanya pengawal.
"Anak itu ketakutan, apakah kau tega membawanya? Cari saja yang lain yang ingin benar-benar mau memberikan kekuatannya."
Lalu ada salah sukarelawan yang dari Kerajaan Polip datang dan menengai perdebatan. “Apa yang dikatakan pemuda ini benar, biarkan saya saja. Sebab, saya sudah tua dan kekuatan saya sudah cukup matang untuk melawan Raja Carles.”
Pengawal tersebut melepas remaja tersebut dan membawa sukarelawan tersebut. Belle yang masih kaget dengan warna pohon itu sampai lupa menutup dinding tanaman itu saat pengawal bersama salah satu sukarelawan itu pergi keluar sehingga ditegurlah oleh Elle.
"Ada apa Bella? Kenapa kau tidak menutupnya?" tanya Elle yang sambil melihat pohon gahib itu.
"Indah sekali pohon itu," sambungnya.
Tiba-tiba Belle menutup kembali lubang pintu dan menajadikanya seperti semula lagi. Itu membuat Elle menjadi kesal karena ia pertama kali menatap pohon ghaib yang sangat indah menurutnya.
"Waktumu telah habis," ucap Bell sambil tersenyum.
Sukarelawan itu dibawa oleh pengawal dan disuruh tiduran di bawah pohon itu.Tiba-tiba di permukaan tanah membentuk simbol yang persis sama di batang pohon yang mengelilingi sukarewan tersebut, simbol itu memancarkan sinar biru, secara perlahan sukarelawan diselimuti oleh cahaya biru dan masuk didalam tubuh
sukarelawan.
Badannya menjadi kurus sampai kelihatan tulangnya, matanya melotot dan kulitnya mengelupas, darah bercucuran dimana-mana. Sukarelawan itu menjerit sangat keras sehingga membuat takut para sukarelawan yang lain dan
para raja berserta pengawalnya. Kecuali Raja Juftin berserta Xio dan Jack karena mereka sudah pernah melihat ini sebelumnya bahkan lebih mengerikan daripada ini.
Tubuh sukarelawan itu seketika menjadi tengkorak sungguhan. Secara ajaib cahaya biru itu keluar dari dari tulangnya dan bahkan cahaya itu lebih terang dari sebelumnya. Sehingga tidak ada yang dapat melihat apa yang terjadi sebenarnya.
Saat sudah meredup cahayanya, mereka semua melihat kearah sukarelawan itu dan melihat sukarelawan itu masih berbaring dan tubuhnya kembali normal. Dan Raja Juftin langsung memeriksa sukarelawan tersebut.
“Syukurlah …” kata Raja Juftin. “Dia masih hidup!”
Pengawal Raja Thaison langsung untuk membawa pergi sukarelawannya itu.
“Sekarang, giliran kerajaanku.” ucap Raja Azka.
“Tidak bisa, aku masih membawa dua kekuatan lagi,” jawab Raja Thaison.
“Bukannya rakyatmu cuman bersayap saja?” tanya Raja Azka.
Raja Thaison menggelengkan kepalanya yang mengisyaratkan itu tidak benar.
“Aku memiliki satu budak dan satu tabib. Budak itu bisa berjalan walaupun waktu diberhentikan dan satunya lagi bisa menyembuhkan.”
“Baiklah kalau gitu, kau duluan,” kata Raja Azka.
Pengawal Raja Thaison membawa sukarelawan ke dinding itu, Dinda kembali membuka dan dia kaget karena pengawal Raja Thaison membawa kembali sukarelawan itu, ia melihat yang berubah dari sukarelawan hanyalah sayapnya yang tidak ada. Elle yang melihat itu langsung memeriksa keadaannya.
“Untung saja, dia hanya pingsan.”
Pengawal Raja Thaison berkata, “Tenang saja, tidak ada yang mati karena ini.”
Lalu pengawal itu kembali membawa sukarelawan lagi.
“Apa maksudnya?” batin Belle yang segera kembali menutup dinding itu.
Elle memeriksa sukarelawan itu dan melihat ada simbol di telapak tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Yuni Verro
hmm makin deg2an yah
2023-05-23
0
Ny.Bramantyo
hallo thor aku datang membawa like untukmu 😊 jika berkenang silahkan mampir di karya aku yang berjudul
"DIJODOHKAN DENGAN AKTOR"
2020-10-01
0
Bintun Arief
jangan memelekkan mata dong thor ✌️
2020-06-18
2