“Tuan putri, bangun. Kenapa Anda tidur disini?” kata Kapten Jeffry.
Mendengar ada suara seseorang lelaki yang membangunkannya, dengan cepat ia membuka matanya, dan langsung duduk dengan keadaan setengah tersadar lalu melihat sekelilingnya. Suasana pagi yang hangat karena mentari sedang bersahabat hari ini.
HOAAAM
Suara menguap sang putri yang sedang melawan kantuknya yang tak kunjung pergi. Ada rasa sakit sekali ketika menggerakkan kakinya. Ia memejamkan mata seraya mencoba bediri, tetapi ia terjatuh.Kapten Jeffry dengan sigap menangkap tangan dan memegang pinggang Putri Blue agar tidak jatuh, tetapi selanjutnya mereka tidak sengaja saling bertatapan saru sama lain.
“Tuan putri tidak apa-apa?”
“Aku baik-baik saja."
Tangan kapten langsung melepas genggaman tangan putri dan memegang belakang lutut kaki sang putri lalu mengangkatnya dengan tiba-tiba. Putri Blue terkejut dan tersipu malu. "Kumohon, jangan lakukan ini karena terlalu banyak pasang mata yang akan melihatnya."
"Aku tidak peduli dengan itu karena tuan putri adalah muridku dan itu tanggung jawabku."
Sang kapten membawanya ke kamar dan benar saja ketika menuju lorong istana semua pelayan serta petugas penjaga istana melihat sang kapten menggendong Putri Blue di depan, mereka semua hanya diam tanpa berani berbisik-bisik. Sang putri hanya bisa menatap wajah kapten dari bawah dan tidak berani menatap yang lain, ia memerhatikan setiap detail wajah kapten.
Hidung yang mancung dan bulu mata yang panjang, itulah yang dipikirannya. Dan ketika sang kapten menatap kembali, dengan cepat ia memandang kearah yang lain dengan rasa takut jka ketahuan. Kapten Jeffry hanya tersenyum, ia tahu dari tadi Putri Blue selalu menatapnya dan ia memberikan senyuman manis lalu melihat kedepan lagi.
"Bodoh, kenapa dia memberikan aku senyuman?" batin Putri Blue.
Setelah berada di kamar, Kapten Jeffry menurunkan sang putri dengan sangat hati-hati dan lembut ke kasur. Ia melepaskan sepatu yang terbuat dari baja yang biasa untuk dijadikan lathan para prajurit istana maupun Tim Pasukan Elit.
Tak disangka saat di buka sepatunya, kaki sang putri berwarna merah akibat darah yang mengering maupun darah yang masih keluar dari permukaan kulitnya, di bagian kulit jari kelingking dan kulit pinggiran kakinya terkelupas serta punggung kaki dan pergelangan kakinya yang terluka. Dan juga terdapat lebam pada betis dan diatas lututnya. Putri Blue hanya diam ketika melihat kondisi kedua kakinya itu berbeda dengan Kapten Jeffry yang terlihat panik.
"Aku akan mendatangkan tabib yang paling terbaik disini. Jadi, tetap dikasur dan jangan bergerak," perintah Kapten Jeffry yang merasa bersalah atas hukumannya.
Sang Kapten pergi keluar kamar, ia bertanya-tanya kepada dirinya karena tidak menyangka akan seperti ini, sebab tidak ada kejadian ini sebelumnya.
"Apakah sepatunya kekecilan?" batinnya.
Sang putri berjalan pergi menuju kamar mandi ketika kapten telah pergi, ia membuka keran air dan membiarkan air itu mengalir disela-sela lukanya. Seketika air yang sudah berbekas kakinya itu berwarna merah darah, lalu menggosokan menggunakan tangan agar tidak ada lagi darah yang menempel di kakinya. Dia tidak menangis walaupun rasanya sangat menyakitkan dan ia menahan teriakan yang ingin keluar dari dalam mulutnya dengan cara memingkem mulutnya sendiri disertai mengkerutkan alisnya dan memejamkan matanya.
Tidak lama kemudian, datanglah kapten bersama tabib ke kamar dan melihat Putri Blue di kasur yang memamerkan wajah sumringah kepada kapten. Sang kapten melihat kaki Putri Blue telah bersih dari darah.
"Apakah tuan putri membersihkan luka kakimu?"
Putri Blue menganggukkan kepalanya mengisyaratkan 'iya' kepada sang kapten. Putri Blue melihat tabib yang sekitar badannya dikelilingi cahaya putih.
"Jangan-jangan itu yang dimaksud dengan aura." batinnya.
Lalu tabib itu memeriksa kedua kaki sang putri dan memunculkan tongkat sihir di tangan kanannya. Tongkat itu mengeluarkan aliran listrik berwarna putih ke kaki kanannya dan tiba-tiba kaki kanannya di selimuti oleh cahaya putih itu.
"Apakah Anda penyihir, tuan?" tanya Putri Blue kepada tabib yang sedang menyembuhkan kaki sebelah kiri.
"Iya, apa ada yang masih sakit?"
"Tidak. Kenapa sihir Anda berwarna putih sama seperti warna auranya?" tanya Putri Blue yang penasaran terhadap sihir.
"Bagaimana Anda tahu warna sihir saya?" Tabib mulai curiga sebab saat ia melihat gadis itu, tidak ada aura penyihir sama sekali didalam dirinya.
"Aku hanya menebak saja, seperti kita tahu kebanyakan penyihir berprofesi sebagai tabib. Aku penasaran tentang sihir."
Kapten Jeffry sungguh was-was dengan percakapan ini sehingga ia menyela pembicaraan mereka dan menyuruh Putri Blue untuk berhenti berbicara kepada tabib.
Tabib yang sudah menyelesaikan pengobatan kaki kiri Putri Blue menjelaskan bahwa ia adalah penyihir putih, di Auresta sihir dibagi menjadi dua yaitu sihir hitam dan putih. Sesuai dengan namanya sihir putih, maka aura sang pemiliknya berwarna putih serta sihirnya berwarna putih dan begitu pula sebaliknya. Dan hanya seorang penyihir yang bisa melihat aura dan warna sihir.
Setelah dijelaskan, sang putri tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Putri Blue berdiri dan mengantarkan tabib dan kapten ke depan pintu kamar.
"Aku baru pertama kali melihatmu disini? Apakah Anda anak bangsawan yang tinggal di kastil ini?" tanya tabib sambil berjalan.
Putri Blue hanya tersenyum mendengar pertanyaan tabib itu tanpa membuka sepatah katapun dari mulutnya. Setelah sampai didepan pintu, mereka berpisah, sang kapten akan pergi mengantarkan tabib itu kembali walaupun ia merasakan masih sakit ketika berjalan.
Kapten Jeffry ingin sekali berbicara, tetapi ia bingung karena ia terbiasa memanggil 'tuan putri' dan saat ada orang lain, pasti mau tidak mau ia harus memanggilnya dengan yang lain karena harus menyembunyikan identitas sang putri.
"Aku rasa, aku akan di kamar saja, jangan khawatir. Aku tidak akan keluar kamar," ucap Putri Blue.
"Baiklah, aku akan kembali."
Sang putri menutup pintu kamarnya dan berbaring di kasurnya yang nyaman.
"Aku rasa dia sempat kebingungan," kata sang putri sambil tersenyum.
Sang putri hidup di kastil sejak kecil dan terpisah dari Orang tuanya. Ia tidak tahu wajah Orang tuanya seperti apa sekarang karena sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan mereka, tetapi saat usia lima tahun ia pernah bertemu dengan mereka. Yang ia tahu, ia diasingkan karena demi keamanan dirinya sendiri dan Kerajaan Zarqo. Tetapi tetap saja ia terkadang berfikir jika Orang tuanya itu melantarkannya sebab ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang. Ia dibesarkan oleh para pelayan di kastil, tetapi semenjak usia sepuluh tahun, Orang tuanya memberhentikan pelayan-pelayan tersebut, tetapi ada satu pelayan yang menolaknya, yaitu Nyonya Anna.
Mengingat kejadian masa lalunya, ia sadar jika hukuman tadi sangat pantas diberikan kepadanya, tetapi tetap saja ia tidak menyukainya karena Nyonya Anna sangat galak dan cerewet.
"Tapi Kapten Jeffry terkenal kejam jika ia mengajar pasukan junior," pikirnya yang tidak sadar telah menjadi korban kekejaman Kapten Jeffry.
TOK TOK TOK
"Ah ... itu pasti Kapten Jeffry." Mendengar ketokan pintu dan segera ia membukanya dan seorang perempuan berusia tiga puluh tujuh tahun berada tepat dihadapannya.
"Nyonya Anna?" kata Putri Blue yang mulanya tersenyum lebar menjadi memudar.
Nyonya Anna adalah penyihir hitam, Nenek moyangnya sudah lama tinggal di Kerajaan Zarqo dan tidak kembali ke Kerajaan Penyihir Hitam karena tidak menyukai Raja Carles. Raja Carles memang disebut dengan penyihir hitam abadi jadi, ia telah hidup sudah lama sekali dan posisi raja tidak dapat digantikan sama sekali.
Kerajaan Zarqo dulu sangat hangat menerima pendatang baru jadi, banyak sekali penduduk yang pindah ke kerajaan ini sehingga rakyatnya sangat beragam. Rakyat asli Kerajaan Zarqo adalah manusia biasa dan manusia yang memiliki kekuatan dalam dirinya sendiri, yaitu bertelepati, membaca masa depan, dan lain-lain.
Kerajaan Zarqo juga terkenal dengan pertahanannya yang kuat dan aman dari konflik atau peperangan. Ini juga salah satu alasan pendatang ingin bergabung ke kerajaan ini. Semenjak kelahiran anak Raja Juftin yang dipilih memiliki kekuatan dari pengorbanan, yaitu Putri Blue.
Sang raja memutuskan untuk tidak menerima lagi pendatang dan memperketat penjagaan kerajaannya mulai dari langit kerajaan ini dilindungi sihir ghaib, penjagaan di pintu setiap perbatasan, hingga portal sihir untuk memasuki kerajaan ini telah dihalang oleh sihir penyegel.
Nyonya Anna datang dan langsung memeluk erat sang putri. "Aku dengar gosip para pelayan disini jika tuan putri sakit."
"Kata siapa? Aku sehat kok ..."
Putri Blue melihat dengan jelas kepanikan dan kekhawatiran Nyonya Anna ke sang putri. Ia mengerti jika Nyonya Anna sangat menyayanginya dan berusaha mencurahkan kasih sayangnya kepada sang putri.
Saat Nyonya Anna melepas pelukannya, ia membelai wajah sang putri dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Sang putri merasakan jari-jari yang lembut dan hangatnya belaian, ia hanya tersenyum sambil berkata, "Aku meminta maaf atas kejadian lusa lalu, aku memang salah. Tetapi ini ini bukan separtuhnya kesalahanku."
Seketika Nyonya Anna menghentikan belaiannya dan ekspresinya tidak enak dipandang.
"Jadi, tuan putri menyalahkan aku?"
Putri Blue mencoba uji nyali dengan mengeluarkan pendapatnya. "Iyalah, seandainya waktu itu Nyonya Anna tidak cerewet masalah pisau yang digunakan untuk membelah daging itu, pasti aku tidak akan melakukannya dan Kapten Jeffry tidak akan menghukumku. Menurutku, makan itu tidak usah banyak aturan yang penting makan menggunakan tangan kanan lalu masuk ke mulut."
"Jadi begitu ya ..."
Nyonya Anna langsung menepak lengan Putri Blue. "Aku mengajarimu cara berjalan, cara makan, sopan satun, dan tata krama itu hanya untuk kebaikan dirimu!"
Putri Blue tidak bisa mengindarinya dan menerima rasa sakitnya. "Aduh... hentikan!"
"Dasar anak ini, benar-benar harus diberi pelajaran," kata Nyonya Anna yang menepak lagi lengan sang putri.
"Ampun ... tadi bercanda ... Awww ... sakit!"
"Bagaimana jika bertemu dengan Raja Juftin, Ratu Gloria, dan Putri Alonia? Bikin malu saja." sambungnya yang membuat Nyonya Anna berhenti berbicara dan menepak.
Sontak saja Putri Blue terkejut. "Putri Alonia? Aku pikir hanya aku seorang putri. Kenapa mereka tidak memberi tahuku jika aku memiliki adik?"
"Ada beberapa hal yang tidak bisa tuan putri ketahui, dan ini salah satunya."
"Umur berpakah adikku?"
Nyonya Anna bingung harus menjawab apa tidak, ia takut jika Putri Blue menangis. Tetapi Putri Blue tetap menyakinkannya jika ia akan baik-baik saja.
"Lima belas tahun."
"Pantas saja mereka hanya mengunjungiku hanya sekali saja," batin Putri Blue.
Rasa kecewa terukir jelas di hati kecil sang putri saat mendengar jawaban demi jawaban dari Nyonya Anna. Nyonya Anna mengelus lengan sang gadis malang itu. Ia mengerti perasaan sang putri yang sangat merindukan kedua Orang tuanya dan hangatnya kasih sayang keluarga. Tetapi ia tahu takdir seorang Putri Blue bukan menjadi sepenuhnya putri dan akan menjadi ratu, tetapi takdirnya sebagai pelindung Kerajaan Zarqo.
"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah memberi tahuku."
Putri Blue menyembunyikan rasa kecewanya dengan tersenyum kepada Nyonya Anna dan menutup kembali pintu kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Yuni Verro
,smga km baik2 saja putri
2023-05-23
0
Yunita (yuni2)
dimulai
2022-10-20
1
Yuyue😄🙏
waaa kerennn
2020-07-16
0