AURESTA: THE POWER OF SACRIFICE
FLASHBACK.
Suatu hari, pertumpahan darah terjadi di tiga kerajaan sekaligus memakan korban jiwa cukup banyak yang dilakukan oleh Raja Carles dari Kerajaan Penyihir Hitam untuk memperluas kekuasaan. Kerajaan Golbin, Kerajaan Duyung, dan Kerajaan Naiad telah menjadi korban keganasan peperangan tersebut.
Mereka kalah dan masing-masing raja dikerajaan tersebut dipenggal kepalanya oleh kekuatan sihir hitam yang dilakukan oleh Mark, yaitu tangan kanan Raja Carles yang terkenal sadis dan kejam. Rakyat yang masih bertahan hidup dijadikan budak oleh para penyihir hitam.
Berita ini sudah terdengar ke penjuru belahan Auresta, bahkan sudah sudah masuk ke telinga Raja Azka dari Kerjaan Penyihir Putih yang tak lain adalah musuh dari Raja Carles itu sendiri.Ketika kerajaan lain takut dirampas wilayahnya oleh Raja Carles, berbeda halnya dengan Raja Azka yang merasa tersaingi.
Ia sebenarnya juga memiliki hasrat untuk memperluas wilayahnya, tetapi apalah daya kalau penyihir putih terkenal sebagai penyihir yang suci di Auresta ini. Tidak mungkin jika ia merusak reputasi yang ada, tetapi keiriannya telah memuncak dalam dirinya.
Ketika malam yang sunyi, cahaya rembulan menembus jendela kaca sebuah ruangan kerja dan terdapat Raja Azka yang sedang duduk terdiam sendirian sembari memikirkan bagaimana cara menghancurkan musuhnya. Entah dari mana ilham itu tiba- tiba muncul di benak kepalanya.
"Memanfaatkan kejadian yang ada adalah kunci kemenangan. Bersatu dan menciptakan kekuatan yang hebat untuk mengalahkannya."
Itulah isi pemikirannya dan teringat satu nama pada saat itu, yaitu Raja Juftin, sahabat masa kecilnya dari Kerajaan Zarqo, ia hanya manusia yang tidak memiliki kekuatan, tetapi terkenal berketurunan jiwa suci, yaitu orang-orang yang mampu menyatukan semua kekuatan atas izin Tuhan dengan media pohon gaib yang dijaga langsung oleh Blue si serigala berbulu putih kebiruan dan terdapat warna biru di ke empat kakinya.
Ia memutuskan untuk menulis surat undangan rapat di istananya untuk Raja Juftin dan Raja Thaison dari Kerajaan Polip, yaitu kerajaan yang menguasai sebagian besar langit Auresta dimana penduduknya memiliki sayap seperti burung dan berwujud seperti manusia. Undangan tersebut disebarkan pada saat itu juga melalui asistennya bernama Zefron. Dengan tongkat sihrnya, Zefron membuat portal sihir yang langsung terhubung pada ke dua kerajaan tersebut.
Pagi yang cerah, Raja Thaison datang berserta ke empat pengawalnya datang dari langit dan turun tepat dihadapan Raja Azka yang sedang menunggu bersama Zefron berserta pengawal raja di depan istananya. Beberapa detik kemudian, datanglah Raja Juftin dengan kelima Tim Pasukan Elit menggunakan kuda.
"Jarak istanamu dengan istana ini sangat jauh. Bagaimana kau bisa secepat itu, Raja Juftin?" tanya Raja Thaison.
Dengan nada bercanda ia menjawab, "Apakah kau sudah pikun dengan kerajaanku?"
"Kenapa kalian selalu saja ribut ketika ketemu?" kata Raja Azka menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku dua raja itu
Kerajaan Zarqo adalah kerajaan yang penuh dengan keunikan, kerajaan ini dihuni oleh makhluk yang beragam-ragam dan hanya di kerajaan inilah manusia biasa bisa tinggal di Auresta, tetapi mereka semua hidup dengan berdampingan dan tidak pernah mendeskriminasi suatu makhluk tententu di kerajaan ini. Inilah alasan selanjutnya kenapa ia tidak mengundang banyak kerajaan di Auresta.
Ketika Raja Azka mengetahui salah satu Tim Pasukan Elit ada Sarah, yaitu kapten sekaligus memiliki kekuatan menghentikan waktu, telepati, dan yang paling berbahaya adalah membaca pikiran. Sontak saja ia memalingkan pandangannya dan berusaha tetap seperti biasa saja lalu ia mempersilahkan masuk para raja ke ruang rapat di istananya. Disana mereka disodorkan makanan dan minuman yang lezat oleh para pelayan istana.
"Apa yang membuatmu mengundang kami kemari?" tanya Raja Juftin.
"Kalian pasti sudah mendengar tentang raja Carles, bukan? Aku mengundang kalian untuk membantuku mengalahkannya serta melepaskan perbudakan di kerjaan itu," kata Raja Azka menyeruput teh hangat di atas meja rapat yang panjang.
"Kau memang baik sekali, tetapi bagaimana caranya?" tanya Raja Thaison memandangi Raja Azka dengan tatapan serius.
"Kita akan mengorbankan orang-orang untuk mengambil kekuatannya lalu menggabungkannya."
Mendengarkan jawaban dari Raja Azka membuat Raja Juftin tidak ada lagi selera untuk mencicipi secangkir teh yang dihadapannya dan meletakannya kembali. "Menggabungkan kekuatan tidak semudah apa yang dibayangkan. Aku tidak menyetujuinya karena terlalu banyak memakan korban jiwa."
"Bukankah orang yang mati demi kedamaian adalah pahlawan?" tanya Raja Azka.
"Raja Azka memang benar dan bagiku tidak masalah jika ini untuk kebaikan," bela Raja Thaison.
"Aku mohon bantuanmu, Raja Juftin, Kau pasti bisa melakukan ini sama seperti Raja Aivan yang telah menciptakan kekuatan hebat di dalam diri Kapten Sarah," ucap Raja Azka.
"Sudah cukup! Jangan sebut dia lagi dihadapanku!" kata Raja Juftin yang tiba-tiba tersulut emosi.
"Apakah kau sudah gila? Apakah tidak ada cara lain?" sambungnya.
"Kita berfikir dengan logika, raja Carles bisa mengalahkan tiga kerajaan sekaligus. Apakah mereka melawan? Pastinya mereka melawan. Tetapi apa hasilnya? Tetap kalah, kan? Kalau kita menyatukan kekuatan yang hebat, pasti dia bisa dikalahkan."
Raja Juftin memikirkan kembali apa yang dibicarakan oleh sahabatnya si Raja Azka dan akhirnya ia berdiri seraya berkata, "Aku akan membantumu, tetapi jangan pernah kau bicara lagi. Minggu depan kalian membawa sukarelawan yang mau menyerahkan kekuatannya ke kerajaanku. Dan ingat, aku ingin sukarelawan dan tanpa ada paksaan."
"Tetapi kau harus ikut bersimpati dalam ini. Jadi, aku harap kau juga membawa rakyatmu yang ingin kau ambil kekuatannya," pesan Raja Azka.
Raja Juftin tidak menjawab sepatah katapun dan keluar dari ruangan rapat tersebut sehingga menimbulkan tanda tanya dipikiran Raja Thaison. "Ada apa dengan dia?"
"Dia hanya memiliki trauma dengan masa lalunya. Jadi, sebenarnya ide ini agak sedikit sensitif dengannya, tetapi tenang saja karena ia mendukung kita."
"Kenapa dia trauma?"
"Raja Aivan telah menciptakan penggabungan kekuatan dengan cara kejam, makanya ia trauma dengan korban yang berjatuhan."
Raja Azka menyudahi rapat karena kedua raja itu menyetujuinya dan mengantarkan Raja Thaison keluar ruangan rapat sampai ke depan istananya. Mereka tidak melihat lagi keberadaan Raja Juftin beserta Tim Pasukan Elit.
"Aku rasa Raja Juftin telah kembali ke kerajaannya," ujar Raja Thaison.
"Kalau gitu, sampai jumpa minggu depan." Menjabat tangannya Raja Thaison dengan senyuman lebar yang penuh dengan makna keberhasilan terhadap rencananya.
Saat Raja Thaison telah pergi, ia menyuruh Zefron untuk mencarikan penyihir yang terbaik untuk di ambil kekuatannya dengan imbalan koin emas putih sekarung besar jika berhasil diambil kekuatannya. Mendengar perintah rajanya, dia merasa keanehan. "Apakah tuanku telah yakin?"
"Aku yakin sebab diambil atau tidaknya kekuatan, mereka akan sama-sama mati. Jadi, aku tidak rugi sama sekali."
Seminggu kemudian, Raja Azka datang dengan Zefron bersama dua pengawalnya membawakan penyihir putih yang terbaik di kerajaannya. Kedatangan Raja Azka disambut hangat oleh Raja Juftin yang didampingi oleh Kapten Sarah, Raja Azka sangatlah tidak suka kepada Kapten Sarah karena ia takut rahasianya terbongkar.
"Kita menunggu Raja Thaison sambil jalan-jalan di tamanku," kata Raja Juftin.
"Lebih baik kita mengenang masa kecil kita tanpa ada hambatan." Menyindir Kapten Sarah yang berada di samping Raja Juftin.
Raja Juftn seolah mengerti maksud perkataan sang sahabatnya dan menyuruh Sarah untuk pergi dan mereka berdua jalan ke arah taman Istana Kerajaan Zarqo yang sangat luas, rindangnya pepohonan dan bunga yang cantik tumbuh disekitar jalan setapak yang mereka lewati, serta kebersihan taman tetap terjaga dengan baik. Di tengah-tengah taman terdapat kolam air mancur yang jernih serta pondok kecil di dekatnya.
Suasana taman istana itu membuat Raja Azka kagum dan iri dalam hatinya. Ia mengetahui jika Kerajaan Zarqo adalah kerajaan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan memiliki pemandangan yang sangat indah sehingga disebut dengan 'Surga Auresta'.
Saat kekuatan itu berhasil ia dapatkan, ia akan menyerang Kerajaan Zarqo setelah mengalahkan Raja Carles dengan begitu, ia langsung mendapatkan lima kerajaan sekaligus, mengingat ke tiga kerajaan yang dikuasai oleh Raja Carles telah tewas semuanya. Didalam hatinya ingin sekali menguasai Kerajaan Zarqo karena menguntungkan bagi kerajaannya dan ia tidak peduli lagi jika Raja Zarqo adalah sahabatnya.
Raja Thaison dengan pengawalnya dan membawa begitu banyak sukarelawan yang turut serta menyumbangkan kekuatannya telah datang ke Istana Kerajaan Zarqo. Kapten Sarah menyambut Raja Thaison dan mengantarkan Raja Thaison ke taman untuk bergabung dengan para raja.
Kehadiran Kapten Sarah dan Raja Thaison ditengah-tengah pembicaraan membuat mereka berhenti berbicara, lalu Kapten Sarah pergi setelah mengantarkannya. Mereka bertiga berbincang sedikit dan Raja Juftin memutuskan untuk melakukan ritualnya secepat mungkin.
________________________________________
BACK TO SCENE.
"Tamat," ucap pemuda yang bercerita berusia dua puluh tiga tahun berparas menawan bernama Kapten Jeffry yang berkulit kuning langsat, berbadan kekar sekaligus tinggi dan bermata hitam sama seperti rambutnya. Sang kapten memiliki kekuatan bisa melihat masa lalu dan ia ahli dalam ilmu bela diri, memanah, dan bermain pedang.
Kapten Jeffry duduk dibawah rindangnya pepohonan di pinggir lapangan yang biasa digunakan olehnya untuk mengajari keahliannya kepada seorang gadis dengan rambut hitam dan bermata hitam legam. Memiliki kulit yang putih, bibir mungil berwarna merah muda, bulu mata yang lentik serta alis yang tebal dan rapih mambah kecantikan di wajahnya. Gadis itu berada disampingnya yang sedang berbaring di rerumputan dan memandang wajahnya dengan penuh kekecewaan.
"Yah ... kenapa sampai sini saja? Aku ingin mendengarkan cerita lengkapnya!" rengek gadis berusia enam belas tahun yang bernama Blue, anak dari Raja Juftin dan Ratu Gloria. Ia mendapatkan gelar putri pada usia dua bulan setelah dilahirkan dan biasanya di Auresta penobatan seorang putri pada usia minimal sepuluh tahun. Dan ini salah satu faktor ia tidak terkenal wajahnya dilingkungan rakyatnya maupun di kerajaan lain di seluruh penjuru Auresta selain ia tidak bisa bergaul.
Gadis itu hidup dengan peraturan tidak boleh keluar dari gerbang istana serta membocorkan kekuatannya. Seluruh hidupnya ia gunakan untuk berlatih dan terus berlatih bersama Kapten Jeffry untuk melindungi Kerajaan Zarqo dari kejahatan yang mengancamnya.
"Tuan putri, aku harus kembali ke markas Tim Pasukan Elit."
"Dasar sok sibuk," gumam Putri Blue.
Kapten Jeffry itu mengelus lembut kepala Putri Blue dan berkata, "Nanti aku akan cerita lagi jika tuan putri mengalahkanku bermain pedang lagi."
Sang putri hanya menghela nafas lalu melakukan rolling eyes dan memasang muka cemberutnya yang dianggap imut oleh semua orang jika melihat secara langsung. Dan itu membuat Lapten Jeffry menghentikan tangannya yang sedang mengelus rambut panjang milik sang putri dan memalingkan muka karena pipinya yang langsung kemerahan.
"Menurutmu, kapan aku bisa belajar sihir hitam, sihir putih, sihir duyung, sihir peri, berenang, dan terbang menggunakan sayap periku?" tanya Putri Blue.
"Apakah tuan putri mengiginkan belajar itu?"
"Ah ... sudahlah," kata Putri Blue. "Katanya aku harus belajar semua kekuatanku untuk melindungi kerajaan ini dari Kerajaan Penyihir Hitam dan Putih, tetapi kenapa kau kembali bertanya?"
Si kapten tersenyum ke langit dan menampakan giginya yang putih serta lesung pipitnya menambah kemanisan wajahnya. Sang putri terheran dengan senyuman sang kapten.
"*Jangan-jangan dia tersenyum penuh dengan arti sama seperti Raja Azka*," batin Putri Blue.
"Aku teringat tentang sesuatu, apakah tuan putri tidak merasa bersalah?"
Putri Blue langsung bangun dan menatap wajah Kapten Jeffry. "Apa maksudmu?"
Kapten Jeffry menatap mata Putri Blue dan memberi tahu jika Nyonya Anna mengeluhkan sikap Putri Blue yang pernah memasuki batu krikil ke kue mangkuk miliknya saat belajar tata cara makan seorang putri. Sontak saja, ekspresi wajah sang putri berubah turun dratis yang tadinya penasaran menjadi kaget dan itu membuat sang kapten tersenyum dengan sendirinya.
"Dasar nenek sialan," batin Putri Blue.
"Tuan putri harus memiliki sifat maupun sikap yang baik jadi, aku belum bisa mengajarimu." Sambil mengambil pedangnya yang terletak di atas rerumputan lalu ia berdiri.
"Aku rasa sampai disini saja pertemuan kita hari ini dan Putri Blue silahkan lari 100 kali berkeliling di tempat latihan ini," sambungnya.
"Eh ... kau bercanda? Tempat latihan ini sangat luas."
"Tidak, memasukan batu krikil ke dalam kue termasuk pelanggaran serius, bagaimana jika ia termakan dan mati karena batu krikil itu tersangkut di krongkongannya? Nyawa tidak bisa di tukarkan oleh berlian sekalipun. Lagi pula, fisik tuan putri harus kuat sebab Anda adalah pelindung kerajaan ini," jelas Kapten Jeffry lalu ia pergi meninggalkan Putri Blue yang sendirian di bawah pohon.
Putri Blue segera berdiri dan berlari mengelilingi tempat latihannya hingga datang dinginnya malam dengan membawa bintang serta rembulan berhiasan dilangit. Putri Blue mulai kelelahan, matanya mulai berkunang-kunang, kakinya terasa sakit dengan wajah pucat pasi.
Ia terkapar di tengah-tengah rerumputan. "Melindungi kerajaan ini? Memangnya aku bisa? Aku tidak yakin."
Dia mengucapkan perkataan itu dengan ngos-ngosan lalu tangannya keatas seakan ingin meraih bintang.
“Bintang, aku iri denganmu. Kau bisa melindungi Auresta dari kegelapan di malam hari dibantu teman-temanmu dan sedangkan aku hanya sendirian. Apakah aku bisa melakukannya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Yuni Verro
aku percaya km bisa putri
2023-05-23
0
Kelinci imyut~
kuy mulai baca maraton😱😳
2020-09-22
2
Miee
takdir membawaku untuk membaca cerita ini
2020-08-20
1