Suasana di dalam mobil begitu mencekam. Hasna sesekali melirik ke arah Bima yang fokus menyetir.
Apa dia yang melakukan hal itu di malam itu ya. Ih..
Hasna refleks mendekap bagian dadanya. Dia menjadi takut berada satu mobil dengan pria itu. Mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah mendapatkan informasi yang di inginkan.
"Kau kenapa?" Tanya Bima datar, tanpa menoleh sedikitpun pada Hasna
"Eh.. Eng..enggak papa Tuan" lirih Hasna
Bima hanya mengangguk saja, tak peduli dengan apa yang di pikirkan oleh gadis di sebelahnya. Yang terpenting untuk Bima adalah tujuannya sudah tercapai.
"Jadi, apa kau sudah siap untuk ikut aku ke ibu kota. Aku ingin kau menjelaskan semuanya di depan Tuan Muda" kata Bima dingin
Hasna menoleh "Tapi, apa saya harus pindah Tuan? Apa saya tidak bisa pergi ke sana lalu kembali lagi ke sini setelah menjelaskan semuanya"
Bima menatap lurus jalanan di depan nya "Jika seperti itu aku takut kau akan kabur tanpa bisa memberi tahu Tuan Muda siapa gadis itu"
Tuan Muda? Ahh.. Apa itu orang tua gadis itu? Ehh. Atau dia yang melakukannya di malam itu. Ahh.. Sudahlah, ngapain aku harus pusing mikirin itu. Sekarang fikirkan dulu bagaimana nasibmu di tangan pria dingin ini, Hasna.
Hasna menghela nafas "Saya mempunyai adik yang masih kecil disini Tuan. Tidak mungkin saya meninggalkan nya sendirian disini"
"Ya kau bawa saja adikmu itu, apa kau bodoh sampai ingin meninggalkan adikmu sendiri disini" kata Bima tajam
"Saya hanya akan mengambil cuti saja, dan tidak akan tinggal di ibu kota. Saya akan menitipkan dulu adik saya pada tetangga" kata Hasna
...🐧🐧🐧🐧🐧🐧🐧...
Akhirnya hari melelahkan ini berakhir juga. Setelah menemui mantan pemilik laundry itu dan Bima bisa memastikan jika gadis yang di cari Tuannya adalah benar yang dengan dugaannya.
Bima mengumpulkan segala bukti dan paraduganya selama ini. Di meja kerjanya ada beberapa bukti yang bisa dia berikan pada Yudha, Tuannya.
"Kasihan sekali gadis ini, orang tuanya meninggal bunuh diri hanya karena korupsi uang negara. Sungguh malang" lirih Bima sambil menatap foto Hasna
Bima menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kerjanya. Menatap langit-langit ruang kerjanya. Sekelebat bayangan masa lalunya kembali hadir. Di saat sendiri seperti ini, Bima pasti selalu mengingat masa lalunya itu.
Hah...
Bima menghela nafas kasar, dia masih saja berharap jika masa lalunya itu kembali. Menemuinya dan meminta maaf padanya.
...🐧🐧🐧🐧🐧🐧🐧...
"Sekali lagi maaf ya Bu, Hasna lagi lagi harus merepotkan Ibu" kata Hasna merasa tidak enak pada Bu Sri, tetangganya yang begitu baik padanya selama ini.
"Tidak papa Na, kamu dan Hisyam sudah Ibu anggap seperti anak Ibu sendiri. Ibu senang kalo Hisyam akan di titipkan disini. Ohya, berapa hari kamu di Ibu Kota?" Tanya Bu Sri
"Belum tahu Bu, mungkin hanya tiga atau empat hari saja. Na juga gak bisa ambil cuti lama-lama. Kalo gitu, Na pamit ya Bu. Tolong titip Hisyam, maaf sudah merepotkan Ibu"
"Tidak papa Na, ya udah kamu hati-hati di jalan" kata Bu Sri sambil mengelus tangan Hasna
"Iya Bu, Assalamualaikum" Hasna mencium tangan Bu Sri
"Waalaikumsalam. Semoga urusannya segera selesai ya"
Hasna mengangguk, lalu dia turun dari teras rumah Bu Sri. Dia berjalan meninggalkan rumah Bu Sri, berjalan menyusuri gang kecil itu. Tangannya menenteng tas berukuran sedang.
Sampai di depan gang, Hasna sudah melihat mobil mewah yang terparkir di sisi jalan dengan seorang pria tampan yang berdiri menyandar di bagian depan mobil itu.
Hah...
Hasna menghembuskan nafas berat, dia merasa takut untuk kembali ke kota itu. Tempat dimana hidupnya benar-benar hancur.
Baiklah Hasna, semangat!! Ini demi kebaikan dan kebenaran. Ayo perjuangkan keadilan untuk gadis yang telah kamu tolong itu.
"Lambat sekali kau berjalan" suara datar itu terdengar saat Hasna baru saja sampai di depan pria dingin itu.
Hasna menunduk takut "Ma..maaf Tuan"
"Cepat masuk! Kau tidak punya banyak waktu" kata Bima yang langsung berjalan mengitari mobilnya dan masuk.
Hasna mengikutinya, dia membuka pintu mobil bagian penumpang dan masuk. Bima melajukan mobilnya membelah jalanan pinggiran kota itu.
Perasaan Hasna semakin tidak karuan saat mobil terus melaju. Dia semakin takut dengan kembalinya ke kota itu. Kota dengan segala kehancuran untuknya dan adiknya.
"Nanti disana kau hanya perlu menjelaskan apa yang kau lihat. Pastikan jika gadis yang bersama Tuan Muda adalah gadis yang sama dengan gadis yang kau tolong malam itu" jelas Bima
Hasna hanya mengangguk saja, dia hanya ingin semua ini segera berlalu. Kasus pemerko*saan 4 tahun lalu yang tanpa sengaja dia lihat. Dia yang menolong gadis itu tanpa tahu dan melihat pria yang telah menghancurkan masa depan gadis malang itu.
Sampailah mereka di Ibu Kota, tangan Hasna mulai bergetar. Tidak menyangka jika gadis yang di tolongnya beberapa tahun lalu akan membawanya kembali ke kota ini. Kota yang bahkan Hasna sendiri tidak ingin kembali ke sini.
Tenang Hasna, tenang..
Deg..deg..deg...
Detak jantungnya berdetak kencang saat mobil berhenti tepat di basement apartemen mewah di kota ini. Kepalanya terasa pusing, keringat dingin mulai membasahi keningnya.
Tuhan, kenapa bisa kesini?
"Kau kenapa?" Tanya Bima setelah memarkirkan mobilnya dan mematikan mesin mobilnya itu. Dia menoleh ke arah Hasna yang membuatnya heran dengan sikap gadis di sampingnya ini.
Hasna menggeleng pelan "Ke..kenapa kita berhenti disini Tu..tuan?"
"Kau akan tinggal disini dulu, aku harus menemui Tuan Muda dulu dan menjelaskan semuanya. Barulah kau bisa bertemu dengannya" jelas Bima
"Ti..tinggal disini" lirih Hasna seolah tidak percaya dengan ucapan Bima dan semua takdir yang kembali membawanya ke sini.
Bima membuka sabuk pengamannya, lalu dia mengambil beberapa lembar tissue. Bima sedikit memiringkan tubuhnya dan langsung mengusap keringat di kening Hasna.
Deg..
Posisi yang sangat dekat ini membuat mata mereka saling berpandangan. Bima maupun Hasna terpaku dengan tatapan masing-masing. Tangan Bima masih berada di keningnya, masih memegang tissue untuk mengelap keringat di kening Hasna.
Ada apa denganku, kenapa aku gugup begini. Sial.
Bima segera menjauhkan tubuhnya dari Hasna. Bisa berbahaya jika dia terus-terusan berdekatan dan saling bertatapan dengan gadis itu.
"Cepat turun!"
Hasna mengangguk dan segera turun dari mobil itu dengan menenteng tasnya itu. Hasna berdiri menatap gedung tinggi itu. Bayangan itu kembali hadir di ingatannya.
Hah...
Hasna menghembuskan nafas untuk menghilangkan rasa traumanya itu. Masa lalunya terlalu sakit untuk dia ingat. Semua kenangan indah seolah terhapuskan dengan tragedi menyakitkan itu.
Ayah, Ibu.. Na kembali lagi kesini.
"Cepat! Sedang apa kau berdiri disana?" teriakan Bima yang sudah mau masuk ke loby apartemen itu langsung menyadarkan Hasna.
Gadis itu berjalan cepat mengikuti langkah Bima menuju lift. Keduanya masuk ke dalam lift dan Bima langsung menekan tombol lantai yang di tujunya.
Hasna semakin gemetar, takut dan sedih bercampur menjadi satu. Begitulah perasaanya saat ini, dia pernah berada di tempat ini. Pernah bahagia juga di tempat ini, namun semuanya terhapuskan dengan tragedi menyakitkan itu.
Ting
Pintu lift terbuka, Hasna segera keluar bahkan dia mendahului Bima. Biarlah, yang penting Hasna ingin segera keluar dari ruangan yang terasa sesak itu.
Lagi-lagi Hasna hanya bisa mengikuti langkah pria di depannya. Dia terus menggelengkan kepalanya saat bayangan itu kembali datang memenuhi fikirannya.
Lupakan Na, jangan terus mengingatnya. Hidupmu dan adikmu sudah baik-baik saja. Jangan terus terbelenggu dengan trauma itu.
Begitulah cara Hasna mengusir rasa traumanya.
Bersambung
Untuk pembaca baru, yang penasaran dengan kisah gadis yang di tolong Hasna. Bisa langsung baca Light Of My Life
Kisah masa lalunya akan lebih lengkap di ceritakan di sana.
Jangan lupa dukungannya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Wiie Peranginangin
lanjut
2022-04-10
0
uyhull01
2kejdian d masallu membuat hasna trauma,
2022-02-28
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
kasihan Hasna,sebener nya masa lalu apa yg buat di begitu teromah nya ....
2022-02-27
0