Bima berhenti di depan pintu apartemennya. Menempelkan acces card dan pintu pun langsung terbuka. Bima mempersilahkan Hasna untuk masuk lebih dulu.
"Kau akan tinggal disini selama sebelum menemui Tuan Muda" kata Bima sambil menutup kembali pintu apartemen nya
"Baik Tuan"
"Ayo aku tunjukan kamarmu"
Tanpa sadar Bima menggenggam tangan Hasna dan membawanya menuju lantai atas apartemennya. Hasna masih terlalu terkejut melihat tangannya yang di genggam oleh Bima. Ada getaran aneh di hatinya.
Bima membuka pintu kamar untuk Hasna "Ini kamarmu, kau bersikaplah semestinya di apartemenku ini. Jika lapar kau bisa mencari makanan di kulkas. Kemarin aku sudah menyuruh orang untuk mengisi stok makanan di kulkas"
Hasna hanya mengangguk mendengar setiap penjelasan dari Bima. Dia hanya ingin cepat menyelesaikan permasalahan ini. Hasna ingin cepat-cepat kembali ke kota kecil tempatnya tinggal saat ini. Hasna tidak ingin berurusan kembali dengan pria dingin ini.
"Aku akan pergi dulu menemui Tuan Muda" kata Bima yang langsung berlalu pergi meninggalkan Hasna di kamar itu.
Hasna menutup pintu kamar, dia menatap sekeliling kamar itu. Ruangan luas, tempat tidur yang nyaman, dan juga meja rias. Semuanya tertata rapi di sana. Hasna meletakan tas yang di bawanya dia atas sofa.
Hasna berjalan mendekat ke arah pintu yang Hasna yakini jika itu pintu ke ruang ganti dan kamar mandi.
Dia masuk ke ruang ganti setelah membawa pakaiannya. Menyimpan pakaian di atas sofa yang ada di ruang ganti. Lalu Hasna masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
...🐧🐧🐧🐧🐧🐧🐧...
Hasna turun ke lantai bawah setelah dia tertidur karena kelelahan. Apartemen ini sangat luas dengan interior yang begitu indah. Dulu, Hasna juga pernah tinggal di apartemen mewah ini. Ya, meskipun berada di bawah 4 lantai dari apartemen Bima ini.
Kemewahan dan fasilitas di apartemen ini, di tentukan dengan tinggi lantainya. Semakin lantai atas maka fasilitas dan kemewahan semakin menambah. Akan berbeda dengan fasilitas di lantai ke bawah.
Jadi, wajar saja jika apartemen milik Bima ini fasilitasnya begitu mewah di bandingkan apartemen yang pernah Hasna tinggali dulu, saat masih bersama Ayah dan Ibunya.
Hasna berjalan ke arah dapur, dia membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa bahan makanan untuk di masaknya.
Hasna memotong sayuran dengan tatapan kosong. Bayangan-bayangan di mana dia pernah tinggal di kota ini dengan segala kebahagiaan. Hingga akhirnya kebahagiaan itu harus berakhir menyakitkan.
"Ahmad Sandi, seorang Menteri Keuangan di duga menggelapkan uang Negara. Saat ini pihak KPK (Komisi Pemberantas Korupsi) telah mendapatkan laporan dan bukti-bukti. Semua aset yang di miliki Ahmad Sandi, akan segera di sita"
Hasna bergetar mendengar berita di televisi itu. Bagaimana jelas sekali foto Ayahnya yang terpampang di sana. Ibu sudah menangis di atas sofa. Semenatara Ayah sudah kalang kabut menerima beberapa panggilan.
Tidak.. Ini tidak mungkin..
Hasna merasa hidupnya hancur melihat berita di televisi itu. Ayahnya sangat baik, seorang Ayah yang menyayangi keluarga. Hasna tidak ingin percaya semua ini.
Ayah orang baik, tidak mungkin Ayah melakukan ini.
Hasna berlari ke arah Ibu, memeluknya dan menangis. Keduanya saling berpelukan dengan tangis yang pecah.
"Bu, Ayah gak mungkin melakukan ini'kan? Ayah adalah orang yang bertanggung jawab, tidak mungkin dia menggelapkan uang Negara. Tidak mungkin'kan Bu?" cerocos Hasna sambil terisak keras
Ibu terus mengelus punggung anaknya yang bergetar hebat "Sudah Nak, kita harus yakin jika Ayah pasti bisa menyelesaikan semua ini"
"Aww"
Hasna tersadar dari lamunannya saat tangan nya tidak sengaja teriris pisau. Darah segar mengalir dari jari telunjuknya.
Hasna segera berlari ke arah wastafel dan mencuci tangannya di sana. Membiarkan air mengalir membasahi tangannya. Rasa perih mulai terasa, Hasna meringis. Dia menutup kran air dan segera mencari kotak obat.
Membuka beberapa laci yang ada di dapur, dan dia menemukan di laci yang berada di atas. Mengambil kotak obat itu dan segera membungkus jarinya dengan
plester.
Hah...
Lagi-lagi dia menghela nafas berat, dia menyimpan kembali kotak obat itu dan melanjutkan kegiatan masaknya.
...🐧🐧🐧🐧🐧🐧🐧...
Hasna menata makanan yang di masaknya di meja makan saat tiba-tiba suara pintu apartemen yang terbuka membuat Hasna menghentikan aktifitas nya.
Siapa yang datang? Apa Tuan Bima ya.
"Kau memasak?"
Suara bariton itu membuat Hasna yakin jika yang datang adalah Bima. Lagian siapa lagi si yang bakal datang ke sini kalau bukan pemiliknya.
"I...iya Tuan, saya lapar dan memasak bahan yang ada di kulkas. A..apa Tuan mau makan bersama saya?" Tanya Hasna sedikit ragu dan juga gugup
Bima tidak menjawab, dia menarik salah satu kursi meja makan dan duduk di sana. Hasna masih mematung, memperhatikan setiap gerak gerik Bima.
"Tunggu apalagi? Cepat ambilkan aku makan" kata Bima dengan suara dingin
"Eh.. Ba..baik Tuan"
Hasna segera mengambilkan makanan untuk Bima dan menyimpannya di depan pria dingin itu. Bima langsung melahap makanan yang berikan oleh Hasna.
Masakan rumahan yang selalu dia rindukan, sudah sangat lama sekali Bima tidak merasakan masakan rumahan seperti ini. Tentunya setelah mendiang Ibunya meninggal dunia.
Masakannya sangat enak, sama dengan masakan Mama.
Bima hampir saja meneteskan air mata haru saat merasakan masakan Hasna yang langsung mengingatkannya pada mendiang Ibunya. Namun, tentunya Bima tidak sampai meneteskan air mata di depan gadis yang baru saja dia kenal kemarin sore.
Bima melahap makanannya dengan begitu nikmat. Namun, gerakannya terhenti saat merasa ada yang sedang menatapnya. Bima mendongak dan melihat Hasna yang berdiri sambil memperhatikannya.
Hasna yang ketahuan sedang memperhatikan Bima, langsung gelagapan dan mengalihkan pandangannya. Hasna sedang terkesima dengan Bima yang memakan masakannya dengan begitu lahap.
Apa masakannya seenak itu? Hasna merasa masakannya biasa saja, tidak akan sebanding dengan masakan chef dari restaurant terkenal yang pastinya Bima sering makan di tempat seperti itu.
Aduh, kenapa ketahuan lagi lihatin dia si.
"Ngapain kau? Cepat makan, jangan terus menatapku. Kau bisa jatuh cinta padaku"kata Bima datar, dia kembali melanjutkan makannya. Tidak peduli dengan Hasna yang gelagapan mendengar ucapan Bima barusan.
Hasna duduk dan mengambil makanan untuknya. Memakannya dengan perlahan, mengunyah dengan sangat pelan karena takut akan menganggu pria menyeramkan di depannya ini.
Jatuh cinta? Mana mungkin aku jatuh cinta pada pria seperti dia.
Bersambung
Jangan lupa dukungannya, ayo buat aku semangat nulisnya. Asalkan kalian bisa memberikan dukungan yang baik untuk author.. Hehe😁
Usahakan Like dan komen di setiap chapter.. !!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
biasa bim ga usah ketus bgtu
2023-01-13
0
Nissa Zidna
aaaaa aku suka🥰
2022-10-21
0
Fransiska Siba
yakin pasti org tua Hasna dijebak, pas blg Ayah dan bundanya ada luka dan lebam pasti ada org suruhan suruh membunuh mereka, kalau aku jadi Hasna , harus mencari tahu apa yg terjadi pada org tuanya dlu dan mencari bukti kalau org tuanya tdk bersalah tp sayang tokohnya terlalu lemah di sini
2022-08-20
0