Saat itu.. waktu masih menunjukan pukul 8 malam. Hasna masih membersihkan lantai tiga karna ada perbaikan CCTV yang belum selesai.
Mungkin besok selesai perbaikan CCTV nya. Jadi aku gak perlu lembur lagi buat bersihin lantai tiga ini.
Seorang gadis yang umurnya tidak berbeda jauh dengannya datang dengan membawa pakaian yang sudah di laundry. Ada langganan nya yang menginap di hotel ini yang selalu melaundry pakaian nya pada Laundry yang ada di sebrang hotel ini.
"Kak aku mau anter pakaian untuk orang yang menginap disini. Di kamar 303"
Hasna yang hari ini bekerja lembur masih membersihkan lantai lantai di hotel ini "Oh ya udah kamu antar sendiri saja, tinggal lurus aja"
Gadis itu mengangguk "Terimakasih Kak"
Hasna hanya megangguk lalu melanjutkan kegiatan nya lagi. Punggung gadis itu masih terlihat oleh pandangan nya.
"Aaaaaa"
Teriakan itu sukses membuat Hasna terkejut. Dia melihat pakaian yang tadi di bawa oleh gadis itu berhamburan di lantai tepat di depan pintu kamar dengan nomor 302.
"Tolong... jangan Tuan... Tolong... Tolong..."
Teriakan itu masih terdengar sebelum pintu benar benar tertutup dan Hasna tidak bisa mendengar apapun lagi karna semua kamar di hotel ini kedap suara.
Hasna diam mematung dengan segala fikiran nya. Dia bingung harus berbuat apa saat ini. Apalagi dia juga baru bekerja sekitar 1 bulan yang lalu membuat dia belum terlalu mengenal orang orang yang bekerja disini.
Hasna sudah mencoba meminta tolong pada kepala cleaning service dan manager hotel. Namun, semuanya nihil. Tidak ada yang menolongnya dan mendengarkan perkataannya.
"Kita tidak bisa melakukan apapun Na, pria yang berada di dalam kamar itu adalah pemilik hotel ini. Tempat kita bekerja, dan dia sedang dalam keadaan mabuk berat"
Hasna sudah mencoba berbagai cara, namun tetap saja dia tidak bisa membantu gadis itu. Apalagi saat itu dia baru saja satu bulan bekerja dan tidak terlalu tahu dan belum banyak mengenal pekerja di hotel ini.
Akhirnya Hasna hanya bisa menunggu gadis itu keluar dan mengantarnya pulang ke laundry tempatnya bekerja.
...🐧🐧🐧🐧🐧🐧🐧...
Malam harinya, Hasna tidak bisa tidur. Dia terus berguling kesana kemari di atas tempat tidurnya. Kepalanya terus memikirkan perkataan Bima kemarin saat mengantarnya pulang. Setelah Hasna menjelaskan semua kejadian yang dia lihat di kamar 302, empat tahun lalu.
"Kau harus ikut ke Ibu kota untuk menjelaskan semua yang telah kau lihat dan memastikan jika benar gadis yang aku duga adalah gadis yang sama"
Hasna hanya bisa mengangguk dan mengiyakan saja karena entah kenapa dia sangat tidak bisa membantah ucapan pria dingin itu.
"Aku masih belum ngerti sama maksud dari ucapannya itu. Gadis yang aku duga adalah gadis yang sama. Apa maksudnya coba?"
Hasna masih terus memikirkan apa yang di maksud perkataan Bima itu. Sampai akhirnya dia terlelap dengan sendirinya.
Pagi harinya, Hasna telah menyiapkan sarapan. Hisyam juga telah siap dengan seragam sekolahnya.
"Dek, Kakak harus ke Ibu Kota untuk beberapa hari. Apa kamu ambil cuti sekolah saja" kata Hasna memulai percakapannya setelah menyelesaikan sarapan mereka
"Emangnya Kak Na mau ngapain ke Ibu Kota?" Tanya Hisyam sambil memakai kaos kaki dan sepatu sekolahnya
"Ada urusan yang harus Kakak selesaikan. Ini menyangkut kehidupan seseorang" jelas Hasna
"Syam kan bentar lagi Ujian, gak mungkin kalo ambil cuti sekolah terlalu lama. Gini aja, Kakak ke Ibu Kota saja sendiri. Syam gak papa disini sendiri, Syam bisa jaga diri kok"
Hasna menatap prihatin pada adiknya, Hisyam memang sangatlah dewasa di usianya ini. Dia begitu mandiri dan tidak pernah menyusahkan Kakaknya. Tapi, Hasna selalu merasa bersalah karena di usianya Hisyam harus di paksa dewasa oleh keadaan.
"Beneran?" Tanya Hasna meyakinkan, dan Hisyam hanya mengangguk saja.
Sebenarnya Hasna cukup mengerti alasan sebenarnya kenapa Hisyam tidak mau ikut dengannya ke Ibu Kota. Karena Kota itu adalah awal dari kehancuran hidupnya. Terlalu banyak kenangan pahit di sana.
"Yaudah, kalo gitu Kakak bakal titipin kamu ke Bu Sri saja ya" kata Hasna yang juga di jawab anggukan oleh adiknya itu.
"Yaudah ayok sekarang kita berangkat" ajak Hasna sambil mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh tangan Hisyam.
Kakak beradik ini berjalan menyusuri jalan gang dengan bergandengan tangan. Hisyam yang tingginya sudah hampir menyusul tinggi Kakakanya. Membuat mereka seperti sepantaran saja.
"Tinggi banget si kamu Syam, bentar lagi pasti lebih tinggi dari Kakak" kata Hasna sambil mengusap kepala adiknya itu
"Kakaknya aja yang terlalu mungil. Hehe" kata Hisyam yang diakhiri kekehan kecil
Hasna cemberut "Dasar!!"
...🐧🐧🐧🐧🐧🐧🐧...
Setelah mengetahui semua cerita Hasna, Bima memutuskan untuk mengajak Hasna bertemu dengan beberapa orang yang bersangkutan dengan kejadian 4 tahun lalu di kamar hotel 302 itu.
Pagi ini setelah mengantar Hisyam ke sekolah, Hasna harus menunggu kehadiran pria dingin yang kemarin menemuinya. Mereka telah membuat janji untuk bertemu pagi ini.
Kenapa dia terlihat semakin tampan ya. Eh.
Hasna menggelengkan kepalanya, mengusir segala fikiran negatif di kepalanya. Hasna berjalan mendekat ke arah Bima yang baru saja keluar mobil mewahnya.
"Tu...tuan" lirih Hasna, bermaksud menyapa. Tapi, entah kenapa dia malah ketakutan sendiri untuk menyapa pria menyeramkan di depannya
"Masuk!" berkata dingin dan penuh dengan nada perintah.
Ya Tuhan, menyeramkan sekali dia ini.
Hasna masih diam dengan pikirannya tentang kejadian 4 tahun lalu. Tidak pernah terpikirkan olehnya, jika kejadian 4 tahun lalu itu akan membawanya ke posisi ini dan bertemu dengan pria dingin seperti Bima.
"Kenapa masih berdiri di sana?" kata Bima setengah berteriak
"Eh.. Tu..tuan, sebenarnya Tu..tuan mau membawa saya kemana?" lirih Hasna
Hasna benar-benar tidak tahu Bima akan membawanya kemana. Karena pria itu hanya mengajaknya bertemu dan akan pergi ke suatu tempat. Hanya itu yang di katakan Bima, lewat telepon tadi.
"Masuk dan ikut denganku, tidak perlu banyak bicara" suara perintah yang entah kenapa Hasna tidak mampu membantahnya.
Hasna masuk ke dalam mobil begitupun dengan Bima. Mobil melaju meninggalkan gang kecil menuju rumah kontrakannya.
Hasna sudah begitu takut dengan situasi ini. Suasana di dalam mobil terasa dingin dan mencekam, sesekali dia melirik ke samping dimana Bima sedang menyetir tanpa ada sepatah katapun yang keluar darinya.
Na, takut Ayah, Ibu..
Mereka menemui mantan pemilik laundry yang sudah pindah karena Laundry di sebrang hotel itu sudah ganti pemilik. Menanyakan segala hal, yang perlu di tanyakan.
Setelah mendapatkan informasi yang di inginkan. Bima langsung mengajak Hasna untuk segera pulang.
Bersambung
Maaf kalo gak terlalu banyak kesamaan percakapan atau ceritanya dengan chapter Bima dan Hasna di novel sebelumnya. Light Of My Life..
Sumpah agak susah juga buat nyambungin cerita yang satu ke cerita yang lainnya. Banyak banget pertimbangan, dan ya.. cukup sulit bagiku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
uyhull01
bima si pria salju🤭
2022-02-28
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
lanjut
2022-02-27
0
Kim
lebih efektif cerita Hasna bima di Novel 1 nya,,,kan nyambung🤭🤭
2022-02-24
0