Jatuh cinta? Mana mungkin aku jatuh cinta pada pria seperti dia.
Hasna malah terus terpikiran dengan kata-kata Bima. Bahkan setiap makanan yang masuk ke mulutnya, dia sama sekali tidak menikmatinya. Berbeda sekali dengan pria di depannya. Dia terlihat begitu menikmati makanannya, bahkan sampai menambah.
Bima mengelap bibirnya dengan tissue saat telah menyelesaikan makannya. Tatapannya beralih ke arah Hasna yang masih makan dengan tidak bersemangat. Tatapannya terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Kenapa jarimu?" Tanya Bima dingin
Hasna mengerjap dan menatap ke arah Bima lalu beralih ke arah tangannya "Oh ini, tidak sengaja teriris pisau tadi saat memotong sayuran"
"Kau ini ceroboh sekali, tidak bisakah untuk berhati-hati?" kata Bima menatap datar pada Gadis di depannya itu.
Hah? Apa dia sedang memperhatikan ku.
"Jika kau terluka, aku yang repot. Ingat kau harus menemui gadis itu dan menjelaskan pada Tuan Muda" kata Bima yang langsung mematahkan pemikiran Hasna.
Hasna mengangguk "Iya Tuan"
Selesai makan, Hasna segera membereskan bekas makan mereka dan mengelap meja makan. Setelah semuanya tertata rapi kembali, Hasna berjalan ke ruang tengah. Dia ingin langsung ke kamarnya dan beristirahat. Mengingat Bima, masih berada di sini. Rasanya Hasna tidak mau terlalu lama berdekatan dengan pria itu.
Baru saja Hasna menginjakan kakinya di anak tangga ke dua, suara Bima langsung menghentikan langkahnya.
"Besok kau pulang saja ke kotamu"
Hasna menoleh dan menatap bingung pada pria itu. Hasna berjalan mendekat ke arah Bima yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Kenapa Tuan? Bukannya saya harus bertemu dengan Tuan Muda yang anda katakan" kata Hasna setelah berdiri di depan Bima, hanya terhalang meja kaca.
Bima mendongakan wajahnya, dia menatap Hasna yang berdiri di depannya. Tatapan matanya yang polos dan rapuh. Tatapan mata yang begitu menyedihkan, entah mengapa Bima rasanya ingin melindungi gadis itu.
Kau jangan bodoh Bima, dia hanya gadis yang baru kau kenal dan dia hanya kau butuhkan penjelasannya pada Tuan Muda. Ingat! Aku masih menunggunya.
"Ada masalah yang perlu di selesaikan dulu oleh Tuan Muda. Jadi, kau besok bisa pulang dulu ke kotamu dan nanti aku akan menjemputmu lagi setelah semua permasalahan ini selesai" jelas Bima
Hasna hanya mengangguk, tidak ingin terlalu banyak bertanya pada Bima.
"Ingat! Aku akan tetap mengawasimu. Jangan mencoba untuk kabur!" kata Bima penuh penekanan
"Iya Tuan" Lagian aku mau kabur kemana coba? Emangnya aku melakukan kesalahan apa sampai harus kabur.
"Bagus, besok akan ada orang yang mengantarkanmu pulang"
Bima berdiri dan mengambil jasnya yang dia sampirkan di sandaran sofa. Bima keluar dari apartemen itu tanpa berpamitan pada Hasna.
Huh...
Hasna menghembuskan nafas kasar "Dasar pria dingin, kenapa saat dia berbicara aku selalu merasa takut dan gugup. Benar-benar menyeramkan"
...🐧🐧🐧🐧🐧🐧🐧...
Hasna keluar dari apartemen, pagi ini dia langsung di sambut oleh seorang pria paru baya dengan pakaian serba hitam. Tatapannya datar.
"Saya di perintah Tuan Bima untuk mengantar anda" katanya, lalu mengangguk hormat
"Ba..baik"
Hasna mengikuti langkah pria itu, masuk ke dalam lift. Hasna hanya bisa diam dan menunduk saja. Sepertinya, anak buah Bima juga sama menyeramkannya dengan Bima.
Sudah terlatih semua, datar dan dingin kayak Tuannya.
Hasna hanya bisa berharap setelah semuanya selesai. Maka dia akan bisa hidup tenang seperti dulu. Tanpa berurusan lagi dengan pria dingin seperti Bima.
Ting
Pintu lift terbuka dan mereka pun keluar dan berjalan menuju parkiran mobil. Orang itu membukakan pintu mobil untuk Hasna. Gadis itu pun langsung masuk ke dalam mobil.
"Terimakasih Pak"
Mobil melaju meninggalkan kawasan apartemen. Suasana di dalam mobil begitu hening dan sepi.
Kalo begini terus, aku bisa mengantuk.
"Emm.. Pak, boleh saya tahu nama Bapak?" Tanya Hasna mencoba untuk memecah keheningan
"Firman"
Menjawab singkat dan datar membuat Hasna menghela nafas berat. Benar-benar sama dengan Tuan Bima.
"Emmm. Tuan Bima itu sebenarnya kemana Pak? Kok tidak langung mengantarkan saya pulang" kata Hasna, sengaja mencari topik obrolan agar perjalanan ini tidak terasa sepi dan membosankan.
"Saya hanya di tugaskan untuk mengantar anda sampai tujuan. Tidak di wajibkan untuk menjawab pertanyaan anda, apalgi tentang Tuan Bima"
Hah...
Hasna hanya bisa menghela nafas mendengar jawaban dari orang suruhan Bima itu. Akhirnya perjalanan ini terasa lama dan hanya di temani oleh keheningan saja.
Perjalanan yang cukup memakan waktu, akhirnya membuat Hasna terlelap. Dia merasa jenuh karena tidak ada orang yang bisa dia ajak ngobrol hanya sekedar untuk menghilangkan kantuknya.
Drettt...Drettt...
Ponsel Pak Firman bergetar, dia langsung memasng airphone dan mengangkat telepon dari Tuannya itu.
"Hallo Tuan"
"Sudah sampai mana?"
"Sebentar lagi sampai, Tuan"
"Baguslah, sedang apa dia?"
Pak Firman menoleh sekilas ke kursi belakang "Dia tertidur"
"Baguslah, sampai di sana jangan lupa kau berikan apa yang sudah aku titipkan padamu"
Pak Firman mengangguk, meski sadar jika si lawan bicara tidak akan melihatnya "Baik Tuan"
Sambungan telepon terputus bertepatan dengan mobil yang berhenti di depan gang kecil menuju rumah kontrakan Hasna. Gadis itu masih terlelap di kursi belakang. Kepala gadis itu menyender ke pintu mobil.
Pak Firman turun dan membuka pintu mobil bagian belakang. Dia mengguncang pelan bahu Hasna.
Hmmm...
Hasna menggeliat pelan, dia mengucek kedua matanya yang masih terasa ngantuk. Menoleh ke arah Pak Firman, dan Hasna baru tersadar jika telah sampai di kota tempat tinggalnya.
"Sudah sampai ya Pak, maaf Na malah ketiduran" kata Hasna yang langsung keluar dari mobil dengan menenteng tasnya.
Pak Firman menutup pintu mobil setelah mengambil sesuatu dari dalam mobil. Dia bersandar pada pintu mobil bagian belakang dan menatap Hasna yang kebingungan.
"Emmm. Bapak mau mampir dulu?" Tanya Hasna, dia pikir Pak Firman ingin beristirahat sebentar di rumahnya. Karena tidak buru-buru pergi dari sana.
"Tidak perlu, saya hanya menyerahkan apa yang di titipkan Tuan Bima untukmu. Baca dan cermati semuanya" kata Pak Firman sambil menyerahkan sebuah map berwarna coklat pada Hasna.
Gadis itu menatap bingung pada map yang di sodorkan oleh Pak Firman. Dengan ragu dia mengambil map itu, perasaannya mulai tidak enak. Berpikir yang tidak-tidak tentang isi dari map itu.
"I..ini apa Pak?" Tanya Hasna pelan
"Kau bacalah dan cermati semuanya, jika ada yang tidak di mengerti bisa langsung hubungi nomor Tuan Bima"
"Ta..tapi saya tidak punya nomor Tuan Bi...."
Ting
Ucapan Hasna terpotong dengan bunyi notifikasi pesan di ponselnya. Dia mengambil ponsel dari saku celananya. Nomor ponsel yang tertera di layar ponselnya, itu artinya nomor yang belum Hasna simpan. Nomor yang tidak di kenal.
Hasna membuka pesan itu dan matanya langsung terbelalak melihat isi pesan itu. Kenapa bisa pas seperti ini, baru aja aku mau bilang jika aku tidak memiliki nomor pria menyeramkan itu.
Simpan nomorku!
Bima
Isi pesan yang singkat, padat dan jelas. Tidak perlu menanyakan dari mana Bima tahu nomor ponselnya. Laki-laki itu bahkan tahu jika Hasna telah menunggak bayar kontrakan selama dua bulan. Lalu? Apa yang tidak di ketahui seorang Satria Bima Prakasa? Mungkin hanya siklus datang bulan nya. 🙄
"Jika tidak ada yang perlu di tanyakan lagi, saya pergi. Ingat untuk baca dan cermati semuanya!"
Suara Pak Firman langsung menyadarkan Hasna dari keterkejutan nya. Gadis itu hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada Pak Firman.
Baiklah, hidupmu sepertinya baru di mulai Na.. Semangat!!
Bersambung
Di tunggu dukungannya..
Aku belum bisa fokus sama novel You Are My Life. Soalnya novel Light Of My Life masih belum aku tamatin.. Jadi yang sabar ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
uyhull01
bima kya cenayang aja deh,
2022-02-28
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
kenapa Bima dingin banget sih,siapa sih yg masih di tunggu sama Bima🤔
2022-02-28
0
Sri Wahyuni Malagenni
semangat thor
2022-02-27
0