💔
💔
💔
💔
💔
Semenjak kejadian itu, Damar dan Monica sering diam-diam bertemu dan berakhir tidur bersama di hotel.
Ceklek...
Damar pun membuka pintu kamarnya dan betapa terkejutnya Damar saat melihat Livia belum tidur dan sedang menunggu kepulangan Damar.
"Sayang, kenapa belum tidur?"
"Kamu kenapa akhir-akhir ini sering pulang larut malam? memangnya kamu banyak kerjaan ya?" tanya Livia.
Damar sangat kaget, dia tidak tahu haris menjawab apa. Damar sudah sangat sering membohongi Livia dan kadang-kadang rasa bersalah itu sering muncul di pikirannya.
"Maaf sayang, pekerjaanku sangat banyak mangkanya aku sering pulang larut malam," sahut Damar memeluk istrinya itu.
Tidak lama kemudian, Livia pun melepaskan pelukan Damar membuat Damar mengerutkan keningnya.
"Kenapa sayang?"
"Kok bau parfum kamu beda? kamu ganti parfum ya?"
Lagi-lagi Damar terkejut, dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Ah i--iya, kalau begitu aku mandi dulu ya."
Damar pun segera masuk ke dalam kamar mandi untuk menghindari Livia tidak bertanya lebih dalam lagi dan itu membuat Livia sedikit bingung.
Livia menunggu Damar keluar dari dalam kamar mandi, tidak lama kemudian Damar pun keluar dengan handuk sebatas pinggang dan mengekpose bagian dadanya.
Deg...
Jantung Livia berdetak tak karuan saat melihat tanda merah di dada milik suaminya itu dan Damar tidak menyadarinya.
"Tidak, aku tidak boleh berprasangka buruk kepada Damar dia tidak mungkin kan mengkhianatiku," batin Livia dengan menggelengkan kepalanya.
"Kamu kenapa sayang?"
Damar yang sudah berpakaian langsung menghampiri Livia dan ingin memeluk Livia tapi Livia seolah menghindar.
"Maaf Damar, aku ngantuk."
Livia langsung merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut, Damar pun menyusul Livia dan memeluk Livia dari belakang membuat jantung Livia semakit bergemuruh. Entah kenapa Livia berpikir kalau suaminya itu berubah dan tanda merah itu membuat Livia merasa sangat curiga kepada suaminya itu.
"Ya Alloh, apakah Damar sudah mengkhianatiku?" batin Livia.
Tanpa terasa Livia pun meneteskan airmatanya tapi Damar sudah terdengar mendengkur dan itu tandanya Damar sudah tertidur.
***
Keesokan harinya....
Seperti biasa Livia bangun subuh dan menyiapkan sarapan untuk Damar, tapi berbeda dengan hari-hari sebelumnya Livia selalu semangat kalau membuatkan sarapan untuk suaminya kali ini Livia begitu sangat tidak bersemangat.
"Pagi sayang!"
Damar muncul dan langsung mencium kening istrinya itu. Damar terlihat sudah sangat rapi dengan setelan kantornya.
"Pagi ini kamu masak apa, sayang?"
"Nasi goreng sapi lada hitam, kesukaanmu," sahut Livia datar.
"Wah pasti enak nih, soalnya masakan kamu selalu enak."
Ting tong...ting tong...
Damar dan Livia saling berpandangan, biasanya tidak ada yang bertamu pagi-pagi.
"Biar aku yang buka," seru Livia.
Livia pun segera menuju pintu dan membukanya.
"Pagi Livia!"
"Monica."
Monica memeluk Livia dengan raut wajah yang sangat bahagia, berbeda dengan Livia yang merasa biasa saja padahal sebelumnya Livia selalu antusias kalau bertemu dengan sahabatnya itu tapi sekarang entah kenapa Livia merasa tidak ingin Monica datang ke apartemennya.
Monica langsung masuk ke dalam apartemen Damar tidak tahu malu.
"Pagi Damar!" sapa Monica.
"Uhuk..uhuk..uhuk..."
Damar yang sedang makan langsung tersedak melihat Monica sudah ada di apartemennya, Livia memberikan minum kepada Damar dan Damar meneguknya sampai tandas.
"Kamu mau ngapain kesini pagi-pagi?" tanya Damar dingin.
"Tidak apa-apa, aku hanya rindu saja kepada sahabatku memangnya aku ga boleh ya kesini?" sahut Monika.
Damar menatap Livia tapi Livia terlihat biasa saja.
"Kamu mau ikut sarapan juga, Mon? aku ambilin piring dulu," seru Livia.
Monika duduk disamping Damar dan dengan centilnya Monika mengusap paha Damar membuat Damar melotot dan dengan cepat menghempaskan tangan Monica.
"Kamu apa-apaan, kalau Livia sampai tahu bagaimana?" bisik Damar.
Livia pun kembali dengan membawakan piring untuk Monica.
"Ini piringnya Mon, kamu ambil saja sendiri nasinya."
"Oke..."
Livia duduk disamping kanan Damar sedangkan Monika duduk disamping kiri Damar, suasana pun menjadi hening apalagi Damar keringat sudah mulai bermunculan di keningnya.
"Kamu kenapa Damar? kok keringatan gitu?" tanya Livia.
Damar langsung menyeka keringatnya dengan perasaan canggung sedangkan Monica terlihat tersenyum dan melanjutkan makannya dengan santai.
"Ah, tidak apa-apa sayang aku cuma merasa panas saja pagi ini," sahut Damar gugup dengan melonggarkan dasinya.
Setelah susah payah menelan nasi, akhirnya Damar pun menyelesaikan sarapannya. Lalu Damar bangkitndari duduknya...
"Mau kemana?" tanya Livia.
"Tas kerja aku ketinggalan di kamar, sayang."
"Biar aku saja yang ambil."
Livia pun segera bangkit dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Melihat Livia pergi, Monica mendekati Damar dan memeluk Damar dengan manjanya.
"Astaga Monica, lepaskan aku tidak mau Livia sampai tahu."
"Tidak akan, aku itu rindu sama kamu Damar," bisik Monica.
"Setiap hari kita bertemu bahkan setiap malam kita selalu menghabiskan waktu bersama apa itu masih kurang?" kesal Damar.
"Iya, aku inginnya setiap menit kamu ada disamping aku."
Ceklek pintu kamar pun terbuka dan Damar segera melepaskan tangan Monica yang dari tadi menempel ditubuhnya.
"Sayang, aku berangkat dulu ya."
Damar segera mengambil tas kerjanya menciumi seluruh wajah Livia membuat Monica kesal dan cemburu.
Damar langsung meninggalkan apartemennya tanpa memperdulikan Monica.
"Liv, aku juga pamit ya soalnya ada rapat di kantor."
"Iya, kamu hati-hati ya."
Monica pun pergi dengan terburu-buru membuat Livia mengerutkan keningnya.
"Kenapa aku merasa ada sesuatu diantara Damar dan Monica ya? atau hanya perasaanku saja, tidak mungkin kan mereka ada sesuatu dibelakang aku?" gumam Livia.
Lagi-lagi Livia menggelengkan kepalanya menghilangkan prasangka buruk terhadap suami dan sahabatnya itu.
***
Hari ini Damar memutuskan pulang lebih awal karena Damar ingin menebus semua waktu yang sudah dia buang bersama Livia.
Damar membawa buket bunga yang sudah dia pesan satu jam sebelum dia pulang. Dengan semangat, Damar melangkahkan kakinya menuju parkiran.
"Damar..."
"Astaga Monica, kamu lagi ngapain disini?"
"Ya ampun bunganya cantik sekali pasti bunga ini untuk aku kan."
Monica langsung merebut buket bunga dari tangan Damar dengan paksa kemudian Monica memeluk Damar dengan manjanya mereka tidak tahu kalau dari kejauhan ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka berdua.
Airmata Livia akhirnya jatuh juga, ternyata dugaannya selama ini benar kalau antara suami dan sahabatnya ada sesuatu.
"Monica lepaskan, ini kantor dan aku tidak mau ada yang melihat kita seperti ini bisa-bisa mereka melaporkannya kepada Livia!" sentak Damar.
"Dan satu lagi, ini bunga untuk Livia bukan untuk kamu," sambunga Damar.
Damar hendak mengambil bunga itu tapi Monica mengelak.
"Kamu membelikan bunga untuk Livia, kenapa kamu tidak pernah memberikan aku bunga juga?" kesal Monica.
"Livia itu istri aku sedangkan kamu bukan siapa-siapa aku hanya sebatas selingkuhan aku, tidak lebih."
"Oh jadi begitu, setelah selama ini aku yang menemani kamu dan menghangatkan ranjangmu sekarang kamu berani menyebutku hanya sebatas selingkuhan? bukannya setiap malam kamu selalu menemuiku di apartemen dan itu tandanya kamu lebih nyaman bersamaku dibanding dengan Livia."
"Monica, pelankan suaramu."
"Sekarang aku mau kamu temani aku."
"Tidak bisa Monica, aku harus pulang sudah lama aku mengacuhkan Livia dan aku sangat merasa bersalah. Aku tidak mau Livia marah karena aku paling tidak suka melihat Livia marah."
Damar pun membuka pintu mobilnya tapi disaat Damar akan masuk ke dalam mobil, Monica menghentikannya.
"Kalau sekarang kamu pergi, aku pastikan Livia hari ini juga akan tahu tentang perselingkuhan kita," ancam Monica.
Damar mengepalkan tangannya bahkan saat ini dia sudah mengeraskan rahangnya dan menatap tajam ke arah Monica.
"Ayo sekarang kamu pergi, tapi jangan salahkan aku jika disaat kamu sampai rumah, Livia langsung memintamu untuk bercerai," seru Monica dengan senyuman sinisnya.
Akhirnya dengan terpaksa Damar pun kembali menuruti keinginan Monica. Monica segera masuk ke dalam mobil Damar dan mereka pun pergi entah mau kemana.
"Pak, tolong ikuti mobil itu."
"Baik Mbak."
Sungguh Livia tidak menyangka kalau suami dan sahabatnya akan melakukan ini semua mengkhianatinya dan menusuknya dari belakang.
💔
💔
💔
💔
💔
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
suami dayus
2022-12-31
1
Aska
memang benar pirasat hati seorang wanita tidak bisa dibohongi mau untuk suami atau anak
2022-06-27
1
¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶
aku bersyukur nya disini Livia belum dikaruniai anak jadi nanti disaat mereka berpisah anak nggak jadi korban
segera ajukan surat perceraian mu Livia aku dorong dari belakang sampe pengadilan😋
2022-04-03
1