Sengaja atau tidak??

Terimakasih untuk yang sudah berkenan membaca karya remahan ini🥰

.

.

.

Lanjut yaa..

"Azka, tolong bantu Bapak bawakan buku tugas kalian ya". Aku berkata pada salah satu muridku, kelas 11.

Jam mengajar telah usai, Aku segera menuju ruangan, dibelakangku ada murid yang tadi ku mintai bantuan.

"Terima kasih yaa". Ucapku tulus. Begitu dia telah menaruh tumpukan buku tugaa teman sekelasnya ke mejaku. Dia mengangguk.

"Sama- sama pak, Saya kembali ke kelas Pak. Permisi". Pamitnya sopan.

Aku segera duduk di bangku, lelah sekali rasanyaaa. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. Aku menyambar air mineral yang ada di atas meja, Kerongkonganku rasanya kering sekali.

Aku melihat dua tumpukan buku tugas yang menanti untuk disentuh. Hingga waktu pulang nanti, Aku tidak ada jadwal mengajar, bisa kugunakan untuk mengoreksi pekerjaan mereka.

"Pak Rama dapat undangan dari Putra pemilik Yayasan tidak?". Disela- sela Aku sedang mengoreksi tugas, Pak Hendri menyela.

"Iya dapat pak, Mau bareng- bareng kan?" Tanyaku.

"Lebih bagus memang bareng aja, bisa pake minibus, hehee". Rekanku itu tertawa lebar, Akupun ikut tertawa. Yaa minibus milik sekolah jarang sekali dipakai, Makanya begitu ada momen seperti ini, Kami akan sangat senang, karena benda itu akhirnya dipakai juga. hehe,

"Waah ini dapet undangan lagi ya kita, dari siapa?..". Bu Titik ikut nimbrung, Guru senior itu melihat undangan yang dipegang Pak Hendri dengan antusias.

"Pak Hendri sama Pak Rama kesalip lagi ini". Ledek guru senior. Aku dan Pak Hendri tersenyum lebar.

"Menikah kan bukan balapan bu, Kalau sudah bertemu jodoh pastilah nikah..". Aku berkata diplomatis.

"Saya denger Sampean (Anda/ Kamu) deket sama anak Mantan Kepala sekolah, hehe". Pak Hendri malah kini membuatku terpojok. Aku menggaruk tengkukku, kemudian tersenyum canggung.

"Hanya teman semasa kuliah pak..". Jawabku.

Raisa?

Wanita itu adalah temanku semasa kuliah. Yaa hanya teman. Batinku

"Buku apa ini?". Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku kembali mengoreksi buku tugas muridku. Aku heran, ini buku tugas atau buku apa? Mengapa isinya hanya curhatan?

Aku melihat halaman pertama buku untuk mengetahui siapa pemilik buku.

'Nggak ada nama.. ohh ini..'

Kulihat di bagian pojok lembaran kertas tertulis "Dewi Perdamaian", kemudian ada emot love setelahnya.

'Dewi Perdamaian?' Gumamku.

Aku geleng- geleng kepala, bisa- bisanya salah menumpuk buku. Tapi lucu juga, ini seperti buku curhatan tentang kekaguman pada seseorang. Aku tersenyum sendiri saat membaca curhatan muridku.

Meski tak pernah ku ucapkan, Aku mengagumimu, menyukaimu, memperhatikanmu. Aku di sini melihatmu.

Aku hanya bisa mengagumimu dalam diam, aku tidak bisa mengungkapkan semua rasa yg ada di hati ini. Gengsi? bukan, tapi aku sadar diri aja.

Jujur Aku ingin tertawa membacanya. Jika suka, mengaoa tidak mengungkapkan saja?. Tetapi Aku jadi ingat sebuah kenangan, sewaktu Aku masih menjadi murid SMA, Saat itu Aku menyukai seorang temanku. Dia gadis yang tidak hanya cantik, tetapi anggun dan begitu cerdas. Seperti normalnya Anak remaja, Aku saat itu ingin menjadikannya pacar, namun Aku tidak berani mengatakannya. Hingga suatu hari, saat Aku memiliki keberanian, Dia malah sudah menerima orang lain sebagai kekasihnya.

Yaaa menyimpan perasaan mungkin jauh lebih baik. Aku kembali membaca tulisan di buku curhatan,

Bahwa Akulah pengagum dirimu..

Dibalik tabir rahasia..

Dibalik senyum kharismamu..

Melekat Erat dibenak malamku..

Menghantarkan hasr@tku ke ujung bahagia..

Meski aral nan menjadi ruang pemisah..

Mengagumimu bukanlah sebuah dosa..

Lemah tetesan keringat di dalam munajat..

Tidak terhitung oleh hitungan dalam angka, dalam aksara..

Aku tetaplah menjadi sang bidadari rahasia..

Yang selalu menyulam sebuah harapan..

Dibalik tirai yang menerungku..

Aku masih tetap disini dalam malamku..

Merajut sejuta mimpi indah..

Bersama bayanganmu..

(sumber: Mbah gugel😅🤫, Othor nggak pandai merangkai kata, jadi puisinya copas dari mbah gugel aja, nggak papa yaa.. Maaf😁🙏).

"Permisiii, Pak.. Maaf..". Aku masih membaca buku salah tumpuk itu, saat seseorang mengejutkanku. Aku mendongakkan kepalaku. Ku lihat di depanku berdiri, Irene, murid kelas 10A. Dia terlihat gugup. Aku segera menyimpan buku yang sedang ku baca ke laci meja. Aku tidak merencanakan apa yang Aku lakukan, tetapi tanganku reflek menyimpan buku itu.

"Ya irene ada apa?" Tanyaku. Sambil melihat ke arah matanya .

"Maaf pak, tadi sepertinya ketua kelas salah mengambil buku tugas di meja saya.." dia diam sebentar, jari- jarinya bertautan, saling merem@s.

"Jadi tadi yang saya tumpuk bukan buku tugas, ini buku tugas saya pak..". Dia mengangsurkan sebuah buku. Dari sampulnya, jelas itu buku tugas, seperti yang teman- temannya kumpulkan.

"Oh iyaa".

"Apa saya boleh mencari buku saya di tumpukan itu pak?". Dia meminta izin, Aku mengiyakan. Dia kemudian memilah- milah buku yang ada di depannya. Aku melihat wajahnya nampak kecewa. Dan bibirnya menggumamkan kata 'Yah kok nggak ada'.

"Apa ada?". Tanyaku. Dia menggeleng lemah.

"Tidak ada pak.." Jawabnya.

"Baiklah pak, maaf jadi mengganggu, Saya Permisi pak". Dia menundukkan kepalanya, kemudian berlalu dari hadapanku.

'Kenapa Aku menyimpan buku ini?'. Tanyaku pada diri sendiri. Aku mengambil kembali buku di laci mejaku. Gadis itu terlihat kecewa begitu tidak menemukan buku curhatannya. Ah Aku jadi merasa tidak enak hati.

'Baiklah, besok bisa ku kembalikan buku ini, bilang saja ada di tumpukan yang lain' Batinku lagi, memberi solusi.

'Eh kok jadi bohong ya?'.

"Pak kenapa bengong begitu?" Tegur Pak Hendri, yang meja nya berada di sebelah mejaku. Akupun menengok ke arahnya.

"Ah tidak apa- apa pak, Itu tadi ada siswi yang katanya salah numpuk buku". Jawabku.

"Oh begitu".

***

Aku membuka tas kerjaku, dan menaruh buku tugas yang belum sempat ku koreksi ke dalam tas, termasuk buku diary Irene. Buku itu menurutku sangat menarik, zaman sekarang, seseorang yang punya hobi menuliskan kisah kesehariannya sangat langka. Bisa mungkin nanti Aku memotivasi dia untuk menulis untuk di tempelkan di mading sekolah. Sebagai wali kelas, Aku harus bisa mendorong muridku untuk berprestasi di bidang apapun.

Aku segera memacu motor kesayanganku meninggalkan sekolah. Cuaca hari ini begitu panas sekali, padahal jam sudah menunjukkan pukul dua lebih. Aku memperlambat laju motorku, saat Aku melewati barisan murid- murid SMA-ku yang sedang berjalan pulang. Dari sekian banyak murid, Aku melihat Irene bersama teman sebangkunya. Mereka tampak asik mengobrol, raut wajah kecewa yang tadi kulihat saat dia tidak menemukan diarinya, sudah tidak ada.

'hehhh kenapa juga kamu malah mikirin muridmu itu'. Aku menggeleng kan kepalaku, tidak habis pikir dengan tingkahku hari ini.

***

"Rama, Nak?". Aku mendengar Ibu memanggilku. Aku yang sedang tiduran di kamar sambil mengoreksi pekerjaan muridku, segera bangun. Aku menghampiri Ibu yang ternyata ada di area dapur.

"Iya bu, ada apa?" Tanyaku. Ibu memegang sebuah kotak nasi berwarna pink di tangan kanannya, beliau menunjukkan kepadaku.

"Ini punya siapa?" Tanya Ibu.

Degg.

.

.

.

Bersambung😁

(Ternyata kotak nasinya belum dikembalikan, kirain othor udah😅, untung Ibu peka yaa)

Terpopuler

Comments

MEMEY

MEMEY

yuk semangat

2022-07-19

1

Gusty Ibunda Alwufi

Gusty Ibunda Alwufi

wah si ireen curhatan sm buku

2022-06-23

1

Aqiyu

Aqiyu

pak Rama masih kepo sama buku curhatnya Irene

2022-06-16

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 74 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!