Sudah dua bulan siti melakukan perawatan mandiri pada wajahnya. Ia bersyukur lantaran jerawat yang pernah muncul kini hilang meskipun sedikit meninggalkan bekas.
Ditengah fokusnya memperbaiki wajahnya ia berniat ingin mengurangi berat badannya yang mencapai 80kg. Siti teringat beberapa tahun lalu, ia melakukan diet yang salah. Kali ini ia tak mau melakukan hal yang salah untuk kedua kalinya. Ia berencana akan diet sehat.
Siti mulai searching melalui ponselnya. Ia mencari-cari bagaimana cara diet sehat, apa saja yang harus ia lakukan, apa saja yang harus ia makan. Meskipun memakan waktu yang lama Siti akan tetap mencoba, semangatnya sedang di ubun-ubun melihat perubahan pada wajahnya.
Siti mencatat apa saja yang harus ia lakukan untuk diet sehat, ia memilih cara yang tak memberatkannya.
***
"Eh lihat deh, wajah Siti udah agak mendingan dari pada dulu. Udah sedikit lebih bersih meskipun masih hitam." Bisik tetangga yang tengah menggosip di depan rumah.
Siti mendengarnya, namun ia diam saja. Ia tak mau ambil pusing dengan omong mereka. Sakit hati Siti yang menumpuk membuat setan di dalam diri Siti menghasutnya. Ia bertekad dalam hati untuk berubah secara total, jika ia sudah berhasil mencapai apa yang ia mau maka ia akan membungkam mulut mereka dengan caranya.
Ia mulai mengayuh sepeda di jalan. Saat di gang yang sempit ia bertemu dengan budhenya yang bekerja di kota.
"Budhe Janah, kapan pulang." Tanyanya
"Eh Siti, baru kemarin ti. Kamu jualan kue? Nggak kerja di toko depan gang lagi?" Tanya budhe Janah
"Nggak budhe. Udah pindah ke kota, jadi aku bantuin ibu jualan kue."
"Oh gitu. Ya udah budhe beli dong kuenya."
Setelah selesai memilih kue yang diinginkan budhe Janah pamit karena ada keperluan. Siti pun melanjutkan perjalanannya menjajakan dagangannya.
**
"Mas nanti setelah menikah kita tinggal dimana? Kos kamu apa rumah aku?" Tanya Tini pada Haris. Mereka tengah menikmati makan siang di sebuah kedai.
"Kalau tinggal di kos aku, apa orangtuamu nggak keberatan? Kan kamu nggak ada saudara." Tanyanya balik
Tini memang tak mengenalkan Siti pada Haris saat ia datang ke rumahnya. Orangtuaku pun tak membahas Siti, lantaran memang mereka fokus pada perbincangkan soal Haris yang akan mengajak Tini bertandang ke rumah pria itu.
Siti pun sudah mengatakannya bahwa ia sangat ikhlas jika ia dilangkahi oleh adiknya. Siti tak mau jika Tini telat menikah hanya karena dirinya.
"Nggak masalah. Bapak sama ibu pasti ngerti. Nanti biar aku yang bicara pelan-pelan sama mereka." Jawab Tini
Ia akan setuju jika Haris mengajaknya untuk tinggal di kos. Ia tak mau jika Haris tau tentang Siti. Mungkin cepat atau lambat kebohongan ini akan terungkap juga, namun Tini tak mau jika hadirnya Siti terungkap sekarang. Ia tak mau Haris meninggalkannya bahkan sebelum mereka menikah.
*
Di jam yang masih siang terlihat pak Rusdi sudah pulang ke rumah.
"Kok tumben pak? Nggak enak badan?" Tanya Bu Lastri yang menyambut kedatangan pak Rusdi
"Iya, bapak pusing, meriang. Bapak mau istirahat dulu Bu." Ucapnya berjalan masuk rumah dan menuju kamar.
Bu Lastri langsung saja menuju dapur, ia membuatkan teh hangat untuk pak Rusdi.
"Pak minum dulu tehnya. Biar enakan." Ucap Bu Lastri menyodorkan segelas teh hangat
Entah mengapa pak Rusdi beberapa bulan terakhir sering sakit, sering mengeluh tak enak badan, bahkan ia juga sering pulang di siang hari lantaran tak kuat menahan pusingnya yang sering datang dan pergi.
**
Keesokan harinya Siti mulai melakukan program dietnya. Ia banyak mengonsumsi buah dan sayur, mengonsumsi yogurt dan makanan penunjang lainnya untuk menurunkan berat badannya
Tini yang melihat itu hanya menatapnya sinis, saking bencinya siti pada kakaknya apapun yang ia lakukan salah di mata Tini. Meskipun ia tahu Siti sedang melakukan perubahan dalam dirinya, tapi itu tak membuat Tini menjadi simpati atau minimal respect pada sang kakak.
Kebencian Tini sudah mengakar dalam dirinya, jika saja ia bisa memilih keluarga, Tini pasti tak mau punya kakak seperti Siti. Apalagi beberapa waktu lalu pak Rusdi melayangkan tamparan di pipinya hanya karena membela Siti si buruk rupa, wanita si pembawa sial dan sumpah serapah lainnya.
Siti tahu Tini sedang memperhatikannya, Siti menyadari tatapan mata Tini yang tak sedap dipandang, tapi ia masa bodo. Siti tak peduli orang akan melihatnya bagaimana, ia harus fokus pada tujuannya, memang tak mudah merubah takdir tapi jika ia bisa merubahnya meskipun dengan langkah yang tertatih-tatih, kenapa tidak?
"Mbak lagi makan menu diet ya?" Tanya Tini membuka obrolan, lebih tepatnya membuka jalan untuk membuat ungkapan yang akan membuat Siti tak percaya diri untuk meneruskan program dietnya
"Iya tin. Biar kamu nggak malu punya kakak kayak mbak."
Tini tersenyum, namun senyumnya lebih tepat seperti penghinaan. "Udah terlanjur bikin malu mbak. Udah telat kalau mau berubah, kamu pikir merubah fisik kamu yang buruk rupa itu makan waktu yang sebentar? Nggak mbak. Pasti lama, bertahun-tahun. Mbak nanti bisa seksi tapi udah tua." Ucap Tini tertawa
Siti tak menanggapi, ia memilih pergi ke kamarnya. Tak apa adiknya menghinanya habis-habisan sekarang, tapi lihat saja apa yang akan terjadi jika ia benar-benar berhasil merubah dirinya, pikir wanita gemuk itu.
Hinaan Tini lah yang membuat Siti menjadi lebih semangat untuk berubah, sakit hati terhadap adiknya lah yang membuat jiwa setan di diri Siti semakin menguasai dirinya. Jika ia mendapat hinaan dari orang lain wajar, tapi jika adiknya sendiri yang selalu menghina bahkan lebih parah dari para tetangga, maka Siti tak mewajarkan itu.
*
Selama dua minggu ini Siti masih konsisten dengan program nya. Ia masih mengonsumsi makanan yang membuat berat di tubuhnya berkurang.
Pagi itu ia mencoba menimbang berat badannya. Siti membelalakkan matanya tak percaya, selama dua minggu ternyata berat badannya turun 2kg. Sedikit memang, tapi tak apa setidaknya ada penurunan, daripada tidak menghasilkan sama sekali kan? Pikirnya.
Siti adalah salah orang yang pandai bersyukur, itulah nilai plus nya Siti yang tak diketahui oleh banyak orang. Meskipun hidup dengan hinaan, caci maki, masih saja ada hal yang membuat ia bersyukur. Semangat Siti semakin membabi buta, ia sangat bahagia dengan perubahan kecil di dirinya, wajah yang sudah mulai bersih, berat badan yang berkurang, memang tak mudah tapi ia bisa, pikir wanita itu.
Siti berjalan ke dapur dengan semangat yang baru.
"Udah siap Bu kuenya?." Tanya Siti begitu sampai dapur
"Udah nih. Wah wajah anak ibu sudah mulai bersih, masih ada jerawat tapi dikit aja itu." Ucap Bu Lastri senang dengan perubahan Siti
"Alhamdulillah Bu, berat badan aku juga udah turun 2kg. Lumayan kan bu, kalau aku tetap rajin sama program diet ku pasti aku bisa kurus Bu." Jawab Siti senang.
"Iya nak. Jangan terlalu kurus juga tapi, jangan kebablasan kurusnya, jelek juga itu." Saran bu Lastri
"Iya Bu. Aku berangkat dulu ya Bu. Assalamualaikum." Ucap Siti mencium punggung tangan sang ibu.
"Waalaikumsalam. Hati-hati."
Tini yang tak sengaja mendengar obrolan singkat kakak dan ibunya hanya menanggapi dengan senyum meremehkan.
"Lihat saja, apa dia akan konsisten dengan program dietnya itu, ntar sebulan dua bulan juga udah nyerah dia." Batin Tini meledek
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
adik durjana
2022-03-30
0
💋ShasaVinta💋
mantep ti' semangat
2022-03-30
0
Bet Ry
takdir tak bisa dirobah oleh manusia, karena tu adalah ketetapan ALLAH..
manusia hanya bisa berubah nasibnya dg usaha dan do'a..
bedakan antara takdir dengan nasib.. jangan disama ratakan..
2022-03-21
2