3. keinginan Siti

Diam-diam Siti mendengar pertengkaran antara ibu dan adiknya. Sempat terlintas di pikiran Siti untuk pergi dari rumah. Tapi harus banyak yang ia pertimbangan, mulai dari pergi kemana, bagaimana kehidupannya nanti, bagaimana dengan perasaan orang tuanya nanti ketika ia pergi. Berada di posisi serba salah membuat Siti tak tahu harus berbuat apa dan mungkin memang tak ada yang harus ia perbuat.

Siti melangkahkan kaki ke dapur begitu suara ibu dan adiknya sudah hening.

"Bu ini bahan kue tambahannya." Ucap Siti meletakkan bahan-bahan itu di meja.

"Iya, itu buat besok aja. Kamu besok dagang kuenya dikit dulu aja ya. Nanti kalau habis ibu tambahin lagi. Dari pada langsung banyak tapi nggak laku kan sayang."

"Iya Bu. Besok aku sekalian cari warung-warung buat di titipin ya Bu."

"Iya terserah kamu aja ti. Kamu istirahat aja. Udah malam. Ibu tunggal dikit kok ini."

Siti menurut, ia melangkahkan kaki menuju kamarnya. Ia berharap dengan usahanya menjajakan kue bisa membuat usaha ibunya semakin maju. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

Pukul 7 pagi, Siti sudah siap dengan dagangannya. Ia mengayuh sepeda membelah jalanan raya yang sudah ramai kendaraan. Matanya celingukan mencari warung atau toko untuk menitipkan kue buatan ibunya.

Tak lupa Siti juga masuk ke daerah perkampungan agar kue yang ia bawa segera habis. Di bawah terik matahari yang mulai meninggi Siti masih mengayuh sepedanya di jalanan yang memiliki lebar tak seberapa. Berkali-kali ia harus mengelap keringat di dahinya yang mulai tersengat matahari.

Meskipun harus berpanas-panasan, ada sedikit kelegaan di hati Siti, karena dua warung makan sudah bersedia menerima titipan kue Siti.

Ia memutuskan beristirahat terlebih dahulu di sebuah pos ronda. Peluhnya semakin terlihat jelas disudut-sudut tubuhnya.

"Bu kue bu. Enak-enak lo kuenya buatan ibu saya sendiri. Dijamin kebersihan dan kesehatannya. Silahkan di pilih". Ucap Siti pada beberapa orang yang lalu lalang di depannya.

Beberapa diantara mereka ada yang sekedar mampir, ada yang tak menghiraukan promosinya, ada juga yang mau membeli beberapa kue Siti.

Tak lama kemudian datang seorang wanita dengan mengendarai motornya berhenti tepat di sebelah dagangan Siti.

"Kok kamu jualan ti, nggak kerja?" Ucap wanita itu yang ternyata tetangga Siti.

"Toko pak Bram udah pindah mbak. Jadi aku jualan kue ibu."

"Oh gitu. Makin lengkap dong penderitaan kamu. Makin lengkap juga bahan hujatan orang-orang buat kamu. Dasar nggak berguna." Gumam wanita itu di akhir kalimat lalu pergi meninggalkan Siti.

Ia sudah kebal dengan suara semua orang yang menghujat dirinya. Sudah menjadi makanan pokok untuk siti. Menghiraukan ucapan mereka? Tentu saja tidak. Siti diam bukan berarti lupa, bukan berarti ia tak ingat siapa-siapa yang menghinanya. Ia tak dendam, tak pernah terlintas hal itu di pikirannya, hanya saja mulut mereka memang perlu diingat. Perlu diingat untuk menjadi cambukan bagi Siti.

Siti bukan tak pernah usaha untuk mengubah bentuk fisiknya yang menjadi bulan-bulanan tetangga, ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merubah dirinya dimulai dari mengurangi berat badan. Ia pernah tak makan nasi selama beberapa hari hanya untuk mengurangi berat badannya. Bukannya berkurang Siti justru masuk rumah sakit karena dehidrasi.

Merasa sudah cukup istirahat, ia kembali mengayuh sepedanya untuk menghabiskan kue yang tinggal 5 biji.

Ia berkeliling ke beberapa perkampungan yang memang dekat dengan tempat tinggalnya. Ia mengayuh sepedanya hingga sore hari. Banyak pasang mata yang memandangnya dengan sebelah mata, tapi ia tak mau menghiraukannya. Ia berpura-pura acuh dengan pandangan mereka.

Masih tersisa lima kue lagi, karena hampir sore, Siti memutuskan untuk pulang. Di dalam perjalanan ia teringat dengan Tini yang menurutnya ia menjadi beban keluarga. Terlintas di pikirannya ingin merantau ke kota untuk merubah keuangan keluarga. Lagi-lagi kepalanya mengingatkan bentuk fisik Siti yang menjijikkan. Gendut, jerawat dimana-mana, hitam, dekil. Apa ia harus merubah fisiknya terlebih dahulu? Agar ia mudah diterima oleh orang seperti Tini. Setidaknya ia tidak akan dipandang jijik oleh orang yang melihat dirinya. Ya, Siti akan berusaha merubah fisiknya di mulai dari jerawat yang sudah bertebaran di setiap sudut wajahnya. Itulah tekad Siti, ia tak mau menjadi beban keluarga. Ia harus memulai sekarang, pikirnya.

Tak lama kemudian Siti sampai di rumah. Nampak wajah lelah yang terpancar dari wajah hitamnya.

"Gimana ti? Lancar kan jualannya?" Tanya Bu Lastri yang berada di teras

"Alhamdulillah Bu. Sisa lima ini. Udah hampir sore, jadi aku putuskan pulang aja."

"Iya nak nggak apa-apa. Kamu mandi terus makan ya." Ucap Bu Lastri mengambil sebuah kotak tempat jualan kue

Siti masuk rumah setelah menyerahkan hasil kerja kerasnya seharian ini. Ia ingin segera mandi agar segera bisa mengisi perutnya yang mulai keroncongan.

Pukul 7 malam semua orang berkumpul di meja makan. Nampak Tini dan Siti sama-sama gelisah. Mereka ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Siti ingin menyampaikan bahwa ia ingin merantau ke kota agar bisa mengubah perekonomian keluarga yang pas-pasan. Sedangkan Tini gelisah lantaran ia ragu ingin menceritakan soal Haris yang mengajaknya bertandang ke rumah orang tua pria itu.

"Tin, kamu tahu nggak cream yang cocok buat aku. Barangkali bekas-bekas jerawat di wajah aku ini bisa hilang." Ucap Siti tiba-tiba

"Mbak kan pengangguran, uang dari mana buat beli cream?" Tanya Tini ketus

"Tini, kamu ngomongnya bisa lebih sopan nggak. Dia ini mbak mu. Kamu selalu hujat dia soal fisiknya. Begitu kamu dengar dia mau berubah kamu hina juga. Mau kamu apa?" Tanya pak Rusdi tegas.

Tini hanya berdecak kesal. Selalu saja membela anak pembawa sial itu, pikirnya. Dengan mengerucutkan bibirnya Tini berjalan menuju kamarnya mengambil cream penghilang bekas jerawat.

"Nih coba aja, kalau cocok beli sendiri. Harganya murah, cuma 150 ribu. Kalau udah ada uang nitip aku aja belinya." Ucap Tini masih dengan ketusnya.

"Makasih ya tin."

Siti berharap ini awal yang baik untuk kehidupan semua orang di sekelilingnya. Ia sudah lelah dihina sana-sini hanya karena fisik nya yang buruk.

Siti merencanakan akan merantau ke kota setelah ada perubahan dalam dirinya. Ia melakukan itu agar tak lagi dihina oleh orang-orang kota. Meskipun Siti tahu untuk memulai perubahan tidaklah mudah, tapi Siti sudah bertekad bulat untuk merubah dirinya. Ia harus bisa menunjukkan pada semua orang, bahwa dirinya tak seburuk yang mereka kira. Ia bisa berubah, ia bisa cantik, ia bisa langsing seperti adiknya. Itulah tekad Siti sekarang.

Bersambung

Terpopuler

Comments

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

sabar siti

2022-08-01

0

niktut ugis

niktut ugis

ayo Siti... bungkam mulut" yg keriting ngomongin kamu

2022-03-31

0

Anna Sutrianah

Anna Sutrianah

Ayo Siti jangan put us asa semangat

2022-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. santapan pagi Siti
2 2. pengangguran
3 3. keinginan Siti
4 4. ada perubahan
5 5. semangat yang sedang di ubun-ubun
6 6. tawaran baru
7 7. ke kota
8 8. bertemu orang baru
9 9. gym
10 10. hadiah dari Siti
11 11. semakin percaya diri
12 12 lempar gombal
13 13. tawaran pekerjaan baru
14 14. saran terbaik
15 15. adu mulut
16 16. memulai mimpi Siti
17 17. pulang kampung
18 18. sindiran
19 19. Siti berhasil mengubah takdirnya
20 20. kembali
21 21. bertengkar untuk pertama kalinya
22 22. lamaran
23 23. Siti bimbang
24 24, sakit
25 25. duduk di pelaminan
26 26. ketika mangkok dan sendok beradu
27 27. bertengkar lagi
28 28. resign
29 29. mantan
30 30. kecelakaan
31 31. tanggungjawab
32 32. bermalam
33 33. hamil
34 34. bibit pelakor
35 35. kejutan untuk Mawar
36 36. Bu Lia vs Mawar
37 37. Arga
38 38. noda
39 39. peringatan
40 40. Mawar tak jera
41 41. reuni keluarga Brata
42 42. pertemuan Mawar dan Arga
43 43. menyesal atau tidak?
44 44. Siti di culik
45 45. Mawar dan Arga panen
46 46. Pebinor
47 47. Mawar mendatangi rumah Reyhan
48 48. Usaha Siti membujuk Reyhan
49 49. Ada sesuatu yang akan terjadi
50 50. koma
51 51. Arga kembali
52 52. Cari istri lagi
53 53. sarapan
54 54. Berkunjung ke kampung
55 55. Ruqyah
56 56. Clara
57 57. Kejutan
58 58. lupa waktu
59 59. Ayah
60 60. Mendadak pulang kampung
61 61. Pergi dan tak kembali
62 62. Pencapaian Siti
63 63. hadiah untuk wanita kuat
64 64. Akhir kisah Siti
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. santapan pagi Siti
2
2. pengangguran
3
3. keinginan Siti
4
4. ada perubahan
5
5. semangat yang sedang di ubun-ubun
6
6. tawaran baru
7
7. ke kota
8
8. bertemu orang baru
9
9. gym
10
10. hadiah dari Siti
11
11. semakin percaya diri
12
12 lempar gombal
13
13. tawaran pekerjaan baru
14
14. saran terbaik
15
15. adu mulut
16
16. memulai mimpi Siti
17
17. pulang kampung
18
18. sindiran
19
19. Siti berhasil mengubah takdirnya
20
20. kembali
21
21. bertengkar untuk pertama kalinya
22
22. lamaran
23
23. Siti bimbang
24
24, sakit
25
25. duduk di pelaminan
26
26. ketika mangkok dan sendok beradu
27
27. bertengkar lagi
28
28. resign
29
29. mantan
30
30. kecelakaan
31
31. tanggungjawab
32
32. bermalam
33
33. hamil
34
34. bibit pelakor
35
35. kejutan untuk Mawar
36
36. Bu Lia vs Mawar
37
37. Arga
38
38. noda
39
39. peringatan
40
40. Mawar tak jera
41
41. reuni keluarga Brata
42
42. pertemuan Mawar dan Arga
43
43. menyesal atau tidak?
44
44. Siti di culik
45
45. Mawar dan Arga panen
46
46. Pebinor
47
47. Mawar mendatangi rumah Reyhan
48
48. Usaha Siti membujuk Reyhan
49
49. Ada sesuatu yang akan terjadi
50
50. koma
51
51. Arga kembali
52
52. Cari istri lagi
53
53. sarapan
54
54. Berkunjung ke kampung
55
55. Ruqyah
56
56. Clara
57
57. Kejutan
58
58. lupa waktu
59
59. Ayah
60
60. Mendadak pulang kampung
61
61. Pergi dan tak kembali
62
62. Pencapaian Siti
63
63. hadiah untuk wanita kuat
64
64. Akhir kisah Siti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!