Kehidupan rumah tangga Zee dan juga Satria masih tetap sama, Satria masih saja dengan sikap nya yang suka berubah - berubah dan malas kerja,kalaupun dapat pekerjaan paling hanya bertahan selama seminggu,setelah itu Satria pasti akan bolos kerja dan akhirnya karena sering tidak bekerja,ia di pecat.
Selama sepuluh tahun ini Zee selalu sabar menghadapi suaminya, dan ia bahkan mencoba membantu kebutuhan keluarga nya dengan berjualan berbagai cemilan dan juga kue yang bisa ia buat, dan setelah Bulan semakin besar dan sudah masuk sekolah dasar, Zee bekerja di sebuah puskesmas di kampung nya sendiri, itu semua juga berkat dari bantuan Pak Bayu, bapaknya Zee,dan kebetulan Zee juga mempunyai skill dalam bidang farmasi, sehingga Zee dengan mudah mendapat pekerjaan di sana.
Bukannya juga ikut semangat mencari pekerjaan, Satria malah lebih santai, sepertinya ia malah senang jika Zee bekerja, dan jika Zee sudah gajihan, Satria pasti akan bersikap manis dengannya yang ujung-ujungnya pasti minta jatah uang dari gajih Zee, padahal setiap bulan Zee harus memutar otak agar semua kebutuhan mereka tercukupi sampai bulan depan.
" Sayang, kamu udah gajihan kan, bagi ya buat jajan aku " pinta Satria.
" Udah Mas, ni uangnya " Zee memberikan selembar uang lima puluh ribu.
" Kok segini aja, tambahin dong "
" Segitu aja ya Mas, masih banyak yang perlu kita beli, bentar lagi juga mau naikan kelas, Bulan pasti perlu beli perlengkapan baju dan alat tulis baru Mas "
" Tambah lah 50 lagi sayang, kamu gak kasian sama aku, kamu kan tau aku gak kerja, aku gak punya uang, aku kan pengen juga makan ini itu "
" Kayak anak kecil aja " Batin Zee, lalu ia memberikan lagi uang selembar uang lima puluh ribu kepada Satria, dan Satria pun semringah sekali.
" Makasih sayang " Satria mengecup lembut pucuk kepala Zee, rasanya hati Zee tersentuh, ia sangat merindukan kasih sayang Satria yang dulu pernah ia berikan kepada Zee, namun itu semua akan Satria lakukan atau bersikap baik kepada Zee jika ada maunya saja.
Setelah semua pekerjaan rumah beres, Zee meraih ponselnya, ia duduk santai di sofa sembari mengutak atik ponselnya, Zee membuka laman instagram di ponselnya, dan di sana Zee bisa melihat postingan - postingan dari beberapa teman SMK nya dulu, dan Zee teringat akan nasib kesepuluh sahabatnya itu, semenjak lulus SMK, Zee sudah tidak terlalu tau lagi kabar dari kesepuluh sahabatnya, hanya satu orang saja yang saat ini masih sering berhubungan dengan Zee lewat sambungan telepon.
Dari kabar yang Zee dengar, semua sahabat nya sekarang sudah usai menempuh Perguruan tinggi mereka, ada yang saat ini sudah bekerja, ada juga yang sudah menikah.
Zee kembali melihat - lihat ponselnya, Zee merasa iri dengan nasib teman - teman nya sekarang, karena seandainya saja kecelakan itu tidak terjadi, mungkin saja Zee sekarang juga sudah selsai menempuh Perguruan tingginya, dan mungkin saat ini sedang bekerja di sebuah rumah sakit ternama, pabrik obat, atau lain nya. Dan Zee bisa membahagiakan kedua orang tua nya, yang tidak bisa Zee lakukan hingga sekarang.
" Maafkan aku Ya Allah, dosa ku terlalu besar, maafkan aku, jauhkan sifat iri ini Ya Allah, aku yakin ini sudah jalan terbaik yang engkau berikan kepadaku " batin Zee sembari menangis.
" Assalamu'alaikum " Bulan datang, dan tadi ia sedang bermain di tempat temannya.
" Waalaikumsalam "
Bulan langsung mencium punggung tangan Bundanya, Bulan sekarang sudah berumur 9 tahun, paras Bulan sangat cantik, maklum saja karena Zee cantik dan juga Satria tampan, wajar saja jika anak nya ini juga tak kalah cantik.
" Mandi dulu nak, ntar malam kita mau kepasar malam, mau ikut gak? "
" Pasar malam, wah Bunda udah gajihan ya, makanya ngajak Bulan jalan "
" Tau aja kamu "
" Tau dong Bun, soalnya kan kalau Bunda udah gajihan, pasti Bunda ajakin Bulan jalan - jalan, ntar kita ajak onty Zhea juga ya Bun "
" Iya, ya udah siap - siap sana "
Bulan bergegas mandi, dan malam harinya Zee dan juga Bulan pergi ke pasar malam, dan tak lupa mengajak Zhea bersama mereka, Zhea juga sudah besar sekarang, sudah kelas tiga SMP, dan parasnya juga tak kalah cantik dari Zee dan juga Bulan.
Zee pergi ke pasar malam tanpa sepengetahuan Satria, karena setelah mendapat uang dari Zee, Satria pergi dan belum pulang - pulang.
" Bunda.. bukan nya itu ayah ya?" Bulan melihat Satria yang sedang asyik bermain kartu dengan beberapa teman nya.
Zee menoleh kearah Satria, dan benar sekali itu memang suaminya, Zee menarik nafas dalam, seharusnya Bulan tidak melihat ini, Satria memperlihatkan sikap buruknya di depan anaknya.
" Ayah main apa tu Bun, ada uang - uang segala di lantai sama kartu juga? " tanya Bulan.
" Udah biarin aja ayah kamu Bulan, kita jalan lagi yuk " Zhea langsung menarik lengan bulan, ia tidak ingin Bulan semakin lama di sana, dan melihat kelakuan buruk ayahnya itu.
" Pasti main judi lagi, sampai kapan terus begini Mas? " batin Zee lalu pergi dari sana, ikut mengekor di belakang bulan dan juga Zhea.
Sesampai di rumah, Satria juga belum pulang, Zee pulang sendiri karena Bulan menginap di rumah nenek Zee bersama Zhea.
Ceklek.. pintu terbuka, Satria baru saja pulang.
" Dari mana aja? " tanya Zee dingin.
" Dari tempat teman "
" Tempat teman atau main judi "
" Apa maksud kamu? "
" Gak usah bohong Mas, tadi Bulan liat kamu main judi di pasar, sampai kapan Mas terus begitu, Mas gak malu dengan kelakuan Mas, apalagi Bulan ngeliat Mas di sana "
" Berani melawan ya kamu sekarang " Satria mengeraskan sedikit suaranya.
" Aku bukan melawan Mas, selama ini aku selalu diam, tapi kelakuan Mas ini udah keterlaluan, apalagi Bulan melihat apa yang Mas lakukan di sana, itu bukan contoh yang baik Mas "
Prok... Prok.. Prok.. Satria malah bertepuk tangan dan tersenyum kearah Zee.
" Jadi begini ya sekarang, semenjak kamu udah bekerja, kamu seenak nya sama aku, berani melawan aku, aku tau aku memang gak sepintar kamu, gak sehebat kamu, gak kerja juga, tapi aku ini suami kamu "
Zee mencoba menahan bendungan air matanya, Satria masih tidak mengerti apa yang dia maksud, malah membalikkan keadaan,malah menyalahkan Zee.
" Sudah aku bilang, aku gak melawan Mas, aku hanya menasehati Mas, sudah cukup selama ini Mas seperti itu, sudah sepuluh tahun Mas, sepuluh tahun, kenapa Mas tidak juga berubah "
" Tidak berubah katamu, seharusnya kamu yang sadar diri, kamu lihat diri kamu sendiri " Satria kembali membalikkan keadaan, dan berkata seperti itu kepada Zee.
" Maksud Mas apa? " Zee benar - benar tidak mengerti maksud Satria, Satria memang selalu seperti ini, selama sepuluh tahun ini mereka juga sering berkelahi, dan ujung - ujung seperti itu, Satria kembali menyalahkan Zee, dan menyuruh Zee untuk sadar diri, padahal selama ini Zee lah yang selalu mengerti Satria.
" Sudahlah.. percuma ngomong sama kamu " Satria langsung beranjak dan pergi ke kamarnya, dan menutup pintu kamar cukup keras.
**Bersambung...
jangan lupa like, vote, dan singgah di kolom komentar... 😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Mirna Loden Mirna Mirna
tinggalin ajah ngapain pertahankan manusia pamalas kya gitu,gk krja tpi main judi
2023-09-03
0
bundane syical
tinggalin aja zee suami kayak gitu
2022-02-26
0