Zee dan suami nya tinggal di sebuah kontrakan kecil yang tidak jauh dari tempat tinggal kedua orang tua nya dan juga kedua orang tua Satria, mereka semua masih berada dalam satu kampung.
Tok.. Tok.. Tok.. Zee beranjak dan bergegas membuka pintu Rumah.
" Biasa Zee, udah tiga bulan ni, kapan bayar kontrakan rumah "
Zee menghela nafas panjang, Zee harus kembali berhadapan dengan Bu Saidah, yang punya kontrakan rumah yang mereka tempati.
" Maaf ya Bu, tolong beri kami waktu lagi, soalnya Ibu tau sendiri kan kalau suami saya baru di PHK Bu "
" Aduh Zee, gimana ya? Ibu juga perlu soalnya ni Zee, lagian kenapa gak minta sama Bapak kamu aja sih Zee, pasti Bapak kamu kasih kan "
" Ya beda lah Bu, saya kan udah berumah tangga sendiri " ucap Zee.
Bapak Zee adalah orang yang cukup terpandang di sana, dan keluarga Zee sebenarnya orang yang cukup berada, apalagi keluarga dari pihak Ibu Zee, semua bisa di bilang orang kaya.
Tapi Zee tidak mau memanfaatkan itu semua, tidak mau Bapak dan Ibu nya tau kesulitan yang di hadapi keluarga nya sekarang, terlebih Zee juga masih punya suami yang memang seharusnya yang lebih bertanggung jawab kepada nya dan juga Bulan.
" Tolong ya Bu, beri waktu lagi, seminggu lah " mohon Zee.
" Baiklah, aku tunggu ya Zee, kalau kamu gak bayar - bayar, aku bakalan nagih ke Bapak kamu "
Zee mengeryitkan dahi nya,, ia kira Bu Saidah akan mengusir nya, ni malah bilang akan menagih uangnya kepada Bapak.
" Ibu Saidah, jangan gitu dong, tenang aja pasti aku bayar Bu "
" Oke.. Oke " ucap Bu Saidah, lalu pergi meninggalkan rumah Zee.
Zee kembali masuk kedalam rumah dan duduk di dekat jendela, sesekali Zee melirik ke arah Satria yang saat ini sedang asyik memainkan ponsel nya.
" Aku harus cari uang dimana? " batin Zee.
Zee beranjak dari duduk nya dan duduk di samping Satria, Zee akan mencoba membahas masalah ini, dan bertukar pikiran dengan Satria.
" Mas "
" Hmm "
" Mas, tadi Bu Saidah yang datang " sebisa mungkin Zee berbicara pelan dan sembari berpikir bagaimana caranya agar Satria mengerti apa yang ia bicarakan, dan tidak menyinggung perasaan nya yang akan membuat Satria marah.
" Terus kenapa? " tanya Satria yang masih fokus memainkan ponselnya.
" dari mana ya Mas kita bisa dapat uang buat bayar kontrakan, aku udah coba pinjem sama teman - teman aku, tapi gak ada yang bisa pinjemin Mas "
Satria berhenti memainkan ponselnya, ia menoleh, dan menatap Zee, aku bisa melihat kedua matanya yang memerah dan terlihat sangat marah. " Sepertinya aku salah ngomong " batin Zee.
" Kamu mau nyindir aku, kamu kan tau aku gak kerja, dari mana aku bisa dapat uang!!! "
Zee sebenarnya orang yang cengeng, baru di bentak begitu saja, sudah bisa membuat Zee menangis, karena kedua orang tua Zee tidak pernah membentak nya seperti yang Satria lakukan, kalau marah ia pasti pernah.
Sebisa mungkin Zee mencoba menahan air mata nya agar tidak jatuh, Zee mencoba menenangkan detak jantung nya yang berdegup kencang, Zee takut, ya takut melihat Satria seperti ini, padahal bukan hal baru buat Zee, sudah sering sekali Satria marah dan membentak nya, tapi Zee masih belum terbiasa, dan selalu ingin menangis jika Satria memperlakukan nya seperti ini.
" Maaf Mas, maksud ku bukan seperti itu "
" Lalu apa? gak usah pusing mikirin soal kontrakan rumah, minta tolong aja sama Bapak, pasti di kasih kan " ucap Suami nya yang persis sekali dengan yang Bu Saidah katakan.
Setelah mengatakan itu, Satria pergi, ia pergi dari rumah dan membanting pintu rumah. Setelah Satria pergi, Zee menangis. Air mata yang Zee coba tahan tadi akhirnya tumpah, Zee benar - benar gak kuat dengar Satria membentak nya seperti itu, bahkan mendengar Satria yang menyuruh nya untuk minta uang ke Bapak, rasanya hati nya sakit sekali.
Zee yang notabene adalah anak kandung Bapak aja malu jika harus meminta uang padanya, tapi itu berbeda dengan Satria, seharusnya Satria bisa lebih giat mencari pekerjaan agar bisa membayar kontrakan rumah, bukan nya marah kepada Zee dan malah menyuruh Zee untuk meminta bantuan ke Bapak.
Ceklek.. pintu rumah kembali terbuka, Zee segera menghapus air matanya, dan langsung masuk kedalam kamar, karena bersamaan Bulan menangis di dalam ayunan.
Satria kembali duduk di sofa, dan menonton televisi, seperti tidak merasa bersalah, ia bersikap biasa saja.
Karena Bulan sudah bangun, Zee berniat untuk ke Rumah Bapaknya, bukan untuk meminta bantuan untuk membayar kontrakan, tapi hanya ingin menenangkan diri, karena saat suami nya sedang marah begini, rasanya rumah begitu sesak bagi Zee, dan hawa panas begitu terasa.
" Mas, aku mau ke rumah bapak dulu " ucap Zee.
" Hmm " jawab Satria dingin.
Zee bergegas keluar dari rumah, begitu keluar rumah, Zee bisa bernafas lega, rasanya sudah tidak sesak lagi, dan Zee memacu sepeda motornya menuju ke kediaman Pak Bayu, Pak Bayu adalah bapaknya Zee.
" Assalamualaikum " sapa Zee begitu melihat ibu tirinya sedang duduk santai sembari sibuk memainkan ponsel nya.
" Waalaikumsalam "
Ibu tiri Zee hanya tersenyum kearah Zee, dan setelah itu kembali memainkan ponselnya.
" Bapak mana Buk? " tanya Zee.
" Biasa Zee di kantor "
Zee membuka gendongan yang melilit Bulan, saat ini Bulan sudah berusia 8 bulan, dan Zee mendudukkan Bulan dekat dengan Fatur, dan mengajak Fatur dan Bulan bermain.
Fatur adalah adiknya Zee, umurnya hanya berbeda 4 bulan saja dengan anak nya, karena saat ia hamil, ibu tiri Zee Juga hamil.
" Assalamu'alaikum " tak lama Pak Bayu datang, dan Fatur langsung menghambur pelukan kepada Bapak.
Bapak masuk kedalam, ia hanya tersenyum kepada Zee dan anaknya, lalu bercanda gurau dengan adiknya Zee.
" Seharusnya saat ini Bapak lebih fokus terhadap cucu, bukannya malah punya anak yang notabene hampir sama dengan anak ku " batin Zee.
Pak Bayu menikah dengan seorang wanita yang bernama Lidya, yang kini menjadi ibu tiri Zee, umur Pak Bayu dan Lidya terpaut jauh, Pak Bayu saat itu berumur 40 tahun, sedangkan Lidya berumur 21 tahun, hanya beda 4 tahun dengan Zee.
Awalnya Zee sempat protes saat Pak Bayu memperkenalkan Lidya kepadanya, karena Zee maunya Bapak nya itu mencari seorang istri yang umurnya hanya beda sedikit saja dengan Bapaknya, bukan terpaut jauh begini.
Tapi Zee tidak bisa berbuat banyak, namanya juga udah cinta, gak bisa di larang, dan Zee harus bisa berlapang dada menerima itu semua, dan selalu percaya jika ini memang takdir Allah yang terbaik untuk Zee dan juga keluarganya.
" Satria mana Zee? " tanya Pak Bayu.
" Ada di rumah Pak "
Saat ini hanya ada Zee, Pak Bayu dan juga Bulan, sedangkan ibu tiri dan adiknya Zee sedang berada di dalam kamar. Saat inilah biasanya waktu terbaik untuk Zee dan Pak Bayu saling bercerita, karena biasanya kalau ada Bu Lidya, Zee merasa sungkan untuk berbicara dengan Pak Bayu, begitu pula dengan Pak Bayu nya, mungkin ia juga punya pemikiran yang sama dengan Zee.
" Kontrakan kamu udah di bayar Zee? "
" Hmm.. sudah Pak " bohong Zee, padahal Zee terkejut saat ini karena Pak Bayu bertanya seperti itu.
" Apa Bapak tau kalau aku belum bayar kontrakan " batin Zee.
" Ni ambil Zee, untuk beli susu anak mu " Pak Bayu memberikan uang kepada Zee, dan terlihat cukup banyak karena tumpukan uang nya cukup tebal.
" Banyak sekali Pak, tapi Terima kasih " ucap Zee dan langsung menyimpan uang itu di kantong nya, ia tidak mau kalau sampai ibu tirinya melihat, Zee hanya merasa tidak enak.
" Zee, coba kamu tinggal di rumah Bapak dan ibu yang dulu, Rumahnya kan kosong Zee, lumayan kalian gak perlu bayar kontrakan "
" Boleh emang nya Pak? "
" Aneh kamu tu, ya boleh lah, rumah itu juga udah Bapak wariskan atas nama mu "
" Yang bener Pak, alhamdulillah, makasih Pak "
Zee senang sekali mendengarnya, ia jadi tidak harus pusing memikirkan uang kontrakan setiap bulan nya.
" Bapak juga lagi carikan kerjaaa buat Satria, ntar Bapak kabarin kalau ada "
" Iya Pak makasih " jawab Zee lirih, Zee kembali ingin menangis, ia bahagia karena Pak Bayu selalu ada buat nya, walaupun kadang cuek, tapi perhatian Pak Bayu luar biasa kepada nya dan juga Bulan.
" Kalau gitu Zee pulang ya Pak, mau kasih tau Mas Satria dulu "
Setelah menyalimi tangan Pak Bayu, Zee bergegas pulang, sepanjang jalan Zee menangis.
" Maafin Zee Pak, Zee gak bisa kasih apa - apa buat Bapak, Zee cuma bisa merepotkan Bapak " batin Zee, ia sedih karena belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya.
Sampai di rumah, Zee sudah tidak menangis lagi, ia mencoba tenang dan mengajak Satria untuk berbicara.
" Mas "
" Hmm "
" Tadi di rumah Bapak, Bapak bilang kalau kita sebaiknya pindah ke rumah Bapak sama ibuk aku yang dulu Mas, jadinya kita gak perlu bayar kontrakan rumah "
" Ya terserah "
" kalau begitu Mas jaga Bulan sebentar ya, aku mau kerumah Bu Saidah Mas "
" Ngapain kesana? "
" Mau lunasin tunggakan kontrakan kita Mas, habis itu baru kita pindah "
" Kamu dapat uang dari Bapak? " seketika wajah Satria berubah.
" Iya Mas "
" Berapa? " tanya Satria sembari tersenyum kepada Zee, Satria memang seperti itu, jika tau Zee sedang ada uang, Satria pasti bersikap manis kepada Zee.
" Dikit aja kok Mas, tapi cukup buat bayar kontrakan Mas "
Satria langsung mendekati Zee, dan memeluk Zee, Zee sudah bisa menebak sikap aneh Satria ini, pasti ingin meminta uang yang Pak Bayu berikan kepada Zee tadi.
" Kalau ada lebihnya Mas minta ya? "
" Mas Satria ni benar - benar sakit kayaknya, dia lupa ya kalau dia tadi marah - marah dan ngebentak aku, bukannya minta maaf, tapi malah bersikap seperti tidak terjadi apa - apa " batin Zee.
" Iya Mas " ucap Zee lalu pergi dari rumah.
Setelah dari rumah Bu Saidah, Zee memilih langsung pulang, dan di Rumah Satria sudah menunggunya.
" gimana? ada lebihnya kan " tanya Satria.
" Ada Mas "
Zee mengeluarkan sisa uang yang ada di sakunya, sisa lima ratus ribu rupiah, dan ia memberikan seratus ribu kepada Satria.
" Lagi dong sayang, Mas mau baikin motor kita tu, udah lama gak di servis "
" Tapi Mas, ini sisanya buat kita makan terus juga buat beli susu Bulan "
" Tambah dua ratus lagi Zee, sisanya masih cukup kok buat makan dan beli susu bulan, kalau ntar motor tiba - tiba macet gimana ? ntar kalau Mas ada panggilan kerja, Mas mau pake apa kerja nya " Satria pintar sekali mengambil hati Zee, kalau sudah ada mau nya begini, Satria baik sekali kepada Zee.
karena tidak mau ribut, Zee memberi dua lembar lagi uang seratus ribuan kepada suaminya, dan senyum mengembang di wajah Satria. Zee merutuki dirinya sendiri, ia menyesal karena seharusnya tadi ia tidak mengeluarkan semua uang nya di depan Satria, dan menyimpan beberapa lembar untuk dirinya sendiri, dan karena itu jadilah seperti ini, hanya dua ratus ribu yang Zee pegang saat ini, dan itu membuat Zee harus berpikir keras memutar uang itu agar cukup untuk membeli susu Bulan, dan juga makan mereka, paling tidak untuk seminggu atau dua minggu.
" Makasih ya " ucap Satria sembari tersenyum kepada Zee.
Dan setelah dua hari berkemas, Zee, Suami beserta anaknya pindah ke rumah Bapak dan Ibu nya dulu, Zee lelah sekali karena harus mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari beberes rumah yang ada di kontrakan nya, dan juga membersihkan rumah nya sekarang, semua ia lakukan sendiri, Satria tidak peduli dengan apa yang ia kerjakan.
**Bersambung...
jangan lupa kritik dan sarannya nya teman - teman.. 😊
jangan lupa like, dan vote nya juga.. 😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
An
dunia oh dunia..Tuhan..tunjukan pdku ada dimana laki" yg gak egois,,tolong bagi hamba 1 ajaaaaa..
2023-10-07
0
Mirna Loden Mirna Mirna
kaya satria laki2 benalu dlm keluarga zee
2023-09-03
0
alhusna name
hidupmu susah bangt zee 😔😔
2022-02-24
0