Kemarahan

"Tidak. Saya tidak akan menerima pinangan ini." Jawab Heni cepat.

Semua menatap Heni dengan penuh pertanyaan. Termasuk Ratri, yang ditatap tajam oleh ibunya sendiri. Ratri akhirnya menunduk setelah melihat tatapan marah ibunya.

"Maaf Bu Heni. Kalau saya boleh tahu, kenapa Anda menolak pinangan ini?" Tanya Suharti penasaran.

"Saya tidak akan menikahkan putri saya dengan seorang laki-laki yang sudah beristri. Apalagi, jika istrinya adalah Aini. Saya tidak akan menyetujuinya." Jawab Heni yakin.

"Tapi Ma,," Sela Ratri lirih.

"Tapi kenapa? Apa kamu sudah kehilangan akal dan nuranimu selama enam tahun kamu di Singapura?" Marah Heni.

Ratri terdiam.

"Bisa-bisanya kamu mau menikah dengan suami Aini. Apa kamu lupa, kamu bisa duduk di sini sekarang, juga karena Aini? Dan sekarang, kamu mau mengganggu rumah tangganya? Dimana otakmu Ratri?" Marah Heni lebih keras.

Adit dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Heni. Mereka tak paham dengan apa yang Heni ucapkan.

"Benar yang mamamu katakan Ratri. Bagaimana bisa, kamu mengganggu rumah tangga orang yang telah menyelamatkan nyawamu. Dimana nuranimu?" Imbuh Arif sedikit geram.

Ratri tak dapat mengelak. Apa yang dikatakan kedua orang tuanya ada benarnya. Karena memang, Aini pernah menyelamatkan nyawanya sebelum ia berangkat ke Singapura. Tapi ia juga tak bisa menghindar dari kenyataan, bahwa ia telah tidur bersama Adit beberapa hari yang lalu.

"Bisa kita bicara sebentar Pak, Bu'?" Sela Aini lembut.

Arif dan Heni menoleh pada Aini dengan penuh tanya. Mereka lantas saling pandang.

"Ada yang ingin Aini katakan." Imbuh Aini.

"Tentu Sayang. Ayo!" Sahut Heni penuh perhatian.

Arif dan Heni pun segera berdiri. Heni segera menggandeng tangan Aini yang baru saja memberikan Umar pada ayahnya. Mereka lantas berjalan menuju ruang makan yang tak jauh dari ruang tamu.

"Ada apa Aini? Apa kamu ada masalah dengan suamimu? Kenapa sampai orang tua Adit meminang Ratri?" Tanya Heni panjang lebar setelah mereka duduk.

"Aini tak ada masalah Bu' dengan Mas Adit. Rumah tangga kami baik-baik saja." Jawab Aini dengan dada yang mulai sesak.

"Lalu? Kenapa kamu mengijinkan suamimu meminang Ratri? Apa dia yang memintanya langsung padamu?" Tanya Heni lagi.

"Maaf Pak, Bu', jika Aini lancang. Tapi, bolehkan Aini meminta sesuatu?"

"Tentu Nak. Kamu tak pernah meminta apapun dari kami selama ini. Mintalah! Kami pasti akan berusaha memenuhinya." Ucap Arif sambil mengusap lembut lengan Aini.

Seperti itulah kasih sayang Arif dan Heni pada Aini. Mereka sangat menyayangi Aini begitu tulus. Apalagi, setelah Aini mendonorkan satu ginjalnya untuk Ratri tujuh tahun lalu.

Mereka tak segan memberikan seluruh hartanya pada Aini karena menolong Ratri yang dalam keadaan kritis karena ginjalnya tak bisa bertahan kala itu. Mereka sudah berusaha mencari donor ginjal, tapi tak kunjung mendapatkannya selama beberapa bulan. Hingga akhirnya, Aini dengan sukarela mendonorkan satu ginjalnya demi menyelamatkan nyawa sahabatnya sejak kecil.

"Aini mohon, jangan marah pada Mbak Ratri dan terimalah pinangan ini. Demi kebaikan kedua keluarga." Ucap Aini dengan dada yang makin sesak.

"Apa maksudmu Nak? Kamu ingin berpisah dengan suamimu?" Tanya Arif bingung.

"Tentu tidak Pak."

"Lalu? Kenapa kamu ingin kami menerima pinangan ini?" Tanya Arif bingung.

"Apa terjadi sesuatu antara Adit dan Ratri?" Terka Heni tanpa ragu.

Aini dan Arif segera menoleh pada Heni. Heni pun menatap penuh tanya dan kecemasan pada Aini. Aini segera menunduk.

Aini lantas mengangguk kecil.

"Astaga!"

Arif dan Heni saling pandang.

"Apa yang terjadi Nak? Katakan padaku!" Pinta Arif cepat.

"Apa Adit melecehkan Ratri?" Terka Heni.

Aini diam tak menjawab. Ia berusaha mencari kalimat sehalus mungkin untuk menjelaskan pada kedua orang tua Ratri, apa yang telah terjadi pada Adit dan Ratri. Dan pastinya, ia pun berusaha sekuat tenaga agar tak menitikan buliran bening itu dari kelopak matanya, yang mungkin bisa mengundang amarah dari orang tua Ratri.

"Apa Mbak Ratri sempat tidak pulang ke rumah belum lama ini Bu'?" Tanya Aini perlahan.

Heni mencoba mengingat apa yang Aini tanyakan.

"Iya. Malam hari saat Ratri ada acara reuni SMA-nya. Kenapa Sayang? Apa kamu bertemu dengannya malam itu?" Sahut Heni penasaran.

"Tidak Bu'. Aini bertemu dengan Mbak Ratri keesokan paginya."

"Benarkah? Kenapa Ratri tidak cerita? Biasanya, dia cerita bila habis ketemu kamu. Kalian ketemu dimana?"

"Di rumah Aini Bu'."

"Ratri mampir ke rumahmu pagi-pagi setelah dari hotel?"

"Hotel?"

"Iya. Ratri bilang, malam itu ia menginap di hotel terdekat dari tempat diadakannya acara reuni, karena mobilnya mogok. Ia tak berani memanggil taksi karena sudah larut malam."

"Tidak Bu'."

"Maksud kamu?"

Aini mengambil nafas panjang. Meyakinkan hatinya untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya telah terjadi pada kedua orang tua Ratri.

"Mbak Ratri menginap di rumah Aini malam itu." Jujur Aini.

"Benarkah? Kenapa Ratri bilang dia menginap di hotel?" Tanya Heni bingung.

"Sebentar Nak! Kamu bilang tadi, kamu bertemu Ratri keesokan paginya. Tapi kamu juga bilang, Ratri menginap di rumahmu malam itu. Kamu malam itu tidak di rumah? Lalu Ratri?" Ucap Arif yang mulai menyadari kejanggalan cerita Aini.

"Aini menginap di rumah Ibu' Pak. Karena Ibu sedang tidak enak badan sejak dua hari sebelumnya." Jujur Aini.

"Apa? Lalu, bagaimana bisa Ratri menginap di rumahmu? Apa dia menginap di rumahmu hanya dengan Adit?" Tanya Heni yang mulai paham.

"Jangan marah pada Mbak Ratri Bu'!" Ucap Aini cepat.

Amarah Heni segera tersulut. Dadanya bergemuruh. Darahnya mendidih begitu cepat hanya karena permohonan sederhana dari Aini yang menjawab pertanyaan yang mengganjalnya sejak tadi.

Heni segera berdiri. Ia melangkahkan kakinya dengan gemuruh api kemarahan yang membuncah pada putrinya.

"Bu', Aini mohon, jangan marah Bu'!" Ucap Aini seraya ikut berdiri untuk menghentikan Heni.

Tapi tangannya di cekal oleh Arif. Aini menoleh pada Arif yang menggelengkan kepalanya pelan. Aini akhirnya hanya bisa menatap Heni yang berjalan menuju ruang tamu dengan penuh amarah.

PLAK. Sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi halus Ratri yang sempat melihat ibunya datang dengan wajah yang marah padanya. Semua tamu Ratri terperanjat.

"Apa kamu sudah gila Rat? Mama tak pernah mengajarkanmu melakukan hal sehina itu selama ini. Apalagi, pada orang yang telah mendonorkan ginjalnya demi menyelamatkan nyawamu. Dimana nuranimu?" Bentak Heni tanpa ragu di depan para tamunya.

Keluarga Hadi terkejut mendengar penuturan Heni. Mereka tak tahu, jika Aini pernah mendonorkan ginjalnya untuk Ratri. Bahkan, Adit pun tak tahu tentang hal itu.

Ada secuil rasa bersalah di hati Suharti karena menjebak Ratri malam itu. Hingga saat ini, calon menantu idamannya itu harus mendapatkan tamparan keras dari ibunya.

"Mama nggak mau tahu! Kamu harus minta maaf pada Aini, hingga ia ikhlas memaafkanmu karena mengganggu rumah tangganya." Imbuh Heni.

Ratri hanya menunduk pasrah dengan airmata yang telah mengalir. Ia sebenarnya juga sangat menyesal karena telah mengusik rumah tangga Aini dan Adit. Tapi sungguh, perasaan yang pernah bersemi diantara dia dan Adit, masih tersisa hingga kini.

Tak dapat dipungkiri, Ratri berada dalam dilema besar setelah kepulangannya dari rumah Adit pagi itu. Satu sisi, ia tak ingin mengusik rumah tangga sahabatnya sejak kecil, yang juga adalah penolongnya. Tapi di sisi lain, pertemuannya kembali dengan Adit beberapa kali sebelumnya, berhasil menumbuhkan kembali rasa yang telah terkubur selama beberapa tahun ini.

"Maaf Mbak!" Ucap Aini cepat setelah ia berhasil menghampiri Ratri yang masih mengusap pipinya yang terasa begitu panas.

Aini tak enak hati pada Ratri, karena ceritanya, Ratri mendapatkan sebuah tamparan keras dari ibunya.

"Kamu tak perlu minta maaf padanya Nak! Dia yang harusnya minta maaf padamu." Sela Heni sambil menarik lengan Aini sedikit kasar, agar menjauh dari Ratri.

"Maaf Pak Hadi dan Ibu. Kami rasa, kami belum bisa menjawabnya sekarang. Ada beberapa hal yang harus kami rundingkan terlebih dahulu." Sela Arif.

"Iya Pak Arif, kami mengerti. Kalau begitu, kami permisi pulang terlebih dahulu Pak Arif." Jawab Hadi sungkan.

"Iya Pak Hadi. Maaf karena insiden yang baru saja terjadi." Jawab Arif tak enak hati.

"Tidak apa-apa Pak Arif. Kami mengerti."

Hadi, Suharti dan Adit lantas berdiri dan bersiap untuk berpamitan pada sang empunya rumah.

"Aini! Bisakah kamu menginap di sini malam ini Nak? Besok kami akan mengantarmu pulang." Pinta Arif.

"Iya Sayang. Menginaplah malam ini di sini!" Imbuh Heni yang sudah sedikit tenang.

Aini menoleh pada Adit.

"Baiklah. Menginaplah di sini malam ini. Kabari aku, jika ada apa-apa!" Jawab Adit lembut.

Aini tersenyum kecil. Ia lantas mengambil Umar dari tangan Adit.

Hadi, Suharti dan Adit lalu pulang dengan segera. Mereka tak enak hati karena kedatangan mereka membuat suasana keluarga Ratri sedikit tak baik.

Sepulangnya Adit dan kedua orangtuanya, Arif dan Heni segera menginterogasi Ratri dan Aini. Tapi Aini lebih dulu meminta izin untuk menidurkan Umar yang sudah terlihat sangat mengantuk sejak tadi.

Ratri akhirnya mengakui bahwa ia tidur di rumah Aini malam itu bersama Adit. Kemarahan Arif dan Heni akhirnya memuncak setelah pengakuan Ratri. Mereka benar-benar tak habis pikir, bagaimana mungkin itu bisa terjadi.

Setelah selesai menginterogasi Ratri, Arif dan Heni mengobrol bersama Aini yang telah selesai menidurkan Umar. Mereka menanyakan banyak hal pada Aini. Sedang Ratri, diminta Arif untuk kembali ke kamarnya.

Hingga malam mulai larut. Akhirnya, Arif dan Heni membiarkan Aini untuk beristirahat setelah obrolan panjang mereka. Dan saat Aini hendak menemani Umar tidur, Ratri datang ke kamarnya.

"Maafkan aku Ai! Aku tak bermaksud mengusik rumah tanggamu dengan Adit." Ucap Ratri tulus.

"Tak apa Mbak, Aini paham." Jujur Aini dengan dada yang kembali sesak.

Ratri dan Aini mengobrol cukup lama. Ratri menceritakan kejanggalan yang ia rasakan malam itu pada Aini.

Aini akhirnya mengatakan bahwa Ratri dan Adit dijebak oleh Suharti malam itu. Tapi Aini tidak mengatakan itu pada Arif dan Heni tadi.

Ratri terkejut dengan pengakuan Aini. Ia mendengarkan dengan seksama cerita Aini yang menemukan bukti bahwa Suharti yang menjebak Ratri dan Adit malam itu.

"Sudah Mbak! Aini tadi sudah mengobrol banyak dengan Bapak dan Ibu. Mereka pasti sudah memiliki keputusan yang terbaik untuk Mbak Ratri." Ucap Aini menenangkan Ratri.

"Aku nggak tahu Ai mesti gimana nanti." Jawab Ratri pasrah.

"Tidur yuk Mbak! Besok kita ngobrol lagi!" Saran Aini yang memang tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah.

Ratri pun mengangguk setuju. Ratri lantas kembali ke kamarnya. Aini pun segera mendekap putranya yang sudah terlelap lebih dulu sejak tadi.

Tak ada yang tahu jalan seperti apa yang akan kita hadapi di depan sana. Entah itu mulus tanpa lubang, atau malah penuh dengan kerikil dan batu besar yang akan menguji kesabaran dan keikhlasan kita. Tapi satu hal yang pasti, kita pasti bisa melaluinya. Yakinilah itu.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Ada andil juga kesalahan tsb dr si Adit 😤
Ngapain juga dia diam2 Deket lagi sama Ratri.. apalagi itu sengaja dan dibelakang istrinya, bahkan sampai bohongin Aini pula 😤😤😤

2022-07-28

1

lihat semua
Episodes
1 Kejutan
2 Tak Terduga
3 Teramat Pedih
4 Terbongkar
5 Kemarahan
6 Madu
7 Kembali
8 Semakin Jauh
9 Masa Lalu Part 1
10 Masa Lalu Part 2
11 Masa Lalu Part 3
12 Bekerja
13 Prahara Rumah Tangga
14 Tuduhan Part 1
15 Hamil
16 Tuduhan Part 2
17 Tuduhan Part 3
18 Pilihan Sulit
19 Gugatan
20 Hanya Sapaan
21 Kabar buruk
22 Lembaran Baru
23 Sepenggal Kisah
24 Siapa Aini?
25 Panggilan
26 Perdebatan
27 Kecewa
28 Urusan Pribadi
29 Tawaran
30 Kedatangan Aini
31 Keputusan Aini
32 Bertemu
33 Dokter Gilang
34 Perdebatan
35 Rencana Adit
36 Gara-Gara Kenzo
37 Tindakan Ardi
38 Kamar 507 Part 1
39 Kamar 507 Part 2
40 Pindah
41 Reaksi
42 Kabar Bahagia
43 Perhatian Ardi
44 Kedatangan Ardi
45 Sapaan Othor
46 Pembelaan
47 Diam-Diam
48 Tamu Tak Diundang
49 Telepon
50 Syarat
51 Permintaan Oliv
52 Perubahan Sikap Ardi
53 Kejahilan Ardi
54 Teringat
55 Pertemuan Tak Terduga
56 Mulai Romantis
57 Kecurigaan
58 Obrolan Part 1
59 Obrolan Part 2
60 Hal Mendebarkan
61 Pengakuan
62 Penuh Teka-Teki
63 Ancaman
64 Tukang Sosor
65 Ketahuan
66 Liburan Part 1
67 Liburan Part 2
68 Keraguan
69 Kencan
70 Bukan Saingan
71 (Masih) Kencan
72 Kencan (Lagi)
73 Kalah Telak
74 Rekan Senasib
75 Perhatian
76 Jalan-Jalan
77 Menjenguk
78 Rasa Sayang
79 Operasi
80 Kunjungan Part 1
81 Kunjungan Part 2
82 Gagal
83 Reno
84 Kemarahan Ardi
85 Mencurigai
86 Mencari Jalan Keluar
87 Menghadapinya
88 Maksud Lain
89 Mengelabuhi
90 Sebuah Pertemuan
91 Author Menyapa
92 Perlakuan Buruk
93 Terasa Nyata
94 Ditemukan Part 1
95 Ditemukan Part 2
96 Ditemukan Part 3
97 Mengatakannya
98 Kabar Aini
99 Dijemput
100 Kebingungan
101 Terkejut
102 Kebenarannya
103 Sebuah Awal
104 Pembalasan Part 1
105 Pembalasan Part 2
106 Sapaan Othor Lagi
107 Interogasi Part 1
108 Sedikit Manja
109 Permintaan
110 Bukti Baru
111 Kunjungan Ardi
112 Permainan Kata Part 1
113 Permainan Kata Part 2
114 Permainan Kata Part 3
115 Interogasi Part 2
116 Obrolan Pagi
117 Pengakuan
118 Kebahagiaan Ardi
119 Sisi Gelap Ardi Part 1
120 Sisi Gelap Ardi Part 2
121 Kekasih Aini
122 Kenyataannya
123 Nasehat
124 Cemburu
125 Penyesalan Part 1
126 Penyesalan Part 2
127 Firasat
128 Kepergian Ardi
129 Pilihan Aini
130 Kemarahan
131 Mencari Aini Part 1
132 Mencari Aini Part 2
133 Mencari Aini Part 3
134 Menemukanmu
135 Kehidupan Baru
136 Bertemu Denganmu
137 Calon Suami
138 Papa
139 Manjanya Umar
140 Mulai Romantis (Lagi)
141 Menemui Kenzo
142 Rival
143 Gagal Fokus
144 Cemburu Buta
145 Gangguan
146 Ulah Mama
147 Reuni
148 Jawaban Aini
149 Keseriusan Ardi
150 Sambutan
151 Di Rumah Imron Part 1
152 Di Rumah Imron Part 2
153 Kekhawatiran
154 Keputusan Ratna
155 Lamaran
156 Persiapan Acara
157 Sikap Ardi
158 Berjalan Lancar
159 Pengantin Baru
160 (Masih) Pengantin Baru
161 Nakalnya Ardi
162 Kejujuran
163 Biro Jodoh
164 Keputusan Ardi
165 Rencana Kunjungan
166 Mengunjungi Lapas Part 1
167 Mengunjungi Lapas Part 2
168 Menutupi
169 Menyelesaikan
170 Kesalnya Aini
171 Poligami
172 Madu (Lagi)
173 Kecurigaan Niken
174 Menanyakan
175 Mengigau
176 Bayi Kembar
177 Pesanan
178 Kelelahan
179 Pingsan
180 Memastikan
181 Permintaan Maaf
182 Rencana Membujuk
183 Dian
184 Keputusan Umar Dan Kenzo
185 Kelelahan
186 Kondisi Aini
187 Nakalnya Bumil
188 Bahagia
189 Sapaan Othor
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Kejutan
2
Tak Terduga
3
Teramat Pedih
4
Terbongkar
5
Kemarahan
6
Madu
7
Kembali
8
Semakin Jauh
9
Masa Lalu Part 1
10
Masa Lalu Part 2
11
Masa Lalu Part 3
12
Bekerja
13
Prahara Rumah Tangga
14
Tuduhan Part 1
15
Hamil
16
Tuduhan Part 2
17
Tuduhan Part 3
18
Pilihan Sulit
19
Gugatan
20
Hanya Sapaan
21
Kabar buruk
22
Lembaran Baru
23
Sepenggal Kisah
24
Siapa Aini?
25
Panggilan
26
Perdebatan
27
Kecewa
28
Urusan Pribadi
29
Tawaran
30
Kedatangan Aini
31
Keputusan Aini
32
Bertemu
33
Dokter Gilang
34
Perdebatan
35
Rencana Adit
36
Gara-Gara Kenzo
37
Tindakan Ardi
38
Kamar 507 Part 1
39
Kamar 507 Part 2
40
Pindah
41
Reaksi
42
Kabar Bahagia
43
Perhatian Ardi
44
Kedatangan Ardi
45
Sapaan Othor
46
Pembelaan
47
Diam-Diam
48
Tamu Tak Diundang
49
Telepon
50
Syarat
51
Permintaan Oliv
52
Perubahan Sikap Ardi
53
Kejahilan Ardi
54
Teringat
55
Pertemuan Tak Terduga
56
Mulai Romantis
57
Kecurigaan
58
Obrolan Part 1
59
Obrolan Part 2
60
Hal Mendebarkan
61
Pengakuan
62
Penuh Teka-Teki
63
Ancaman
64
Tukang Sosor
65
Ketahuan
66
Liburan Part 1
67
Liburan Part 2
68
Keraguan
69
Kencan
70
Bukan Saingan
71
(Masih) Kencan
72
Kencan (Lagi)
73
Kalah Telak
74
Rekan Senasib
75
Perhatian
76
Jalan-Jalan
77
Menjenguk
78
Rasa Sayang
79
Operasi
80
Kunjungan Part 1
81
Kunjungan Part 2
82
Gagal
83
Reno
84
Kemarahan Ardi
85
Mencurigai
86
Mencari Jalan Keluar
87
Menghadapinya
88
Maksud Lain
89
Mengelabuhi
90
Sebuah Pertemuan
91
Author Menyapa
92
Perlakuan Buruk
93
Terasa Nyata
94
Ditemukan Part 1
95
Ditemukan Part 2
96
Ditemukan Part 3
97
Mengatakannya
98
Kabar Aini
99
Dijemput
100
Kebingungan
101
Terkejut
102
Kebenarannya
103
Sebuah Awal
104
Pembalasan Part 1
105
Pembalasan Part 2
106
Sapaan Othor Lagi
107
Interogasi Part 1
108
Sedikit Manja
109
Permintaan
110
Bukti Baru
111
Kunjungan Ardi
112
Permainan Kata Part 1
113
Permainan Kata Part 2
114
Permainan Kata Part 3
115
Interogasi Part 2
116
Obrolan Pagi
117
Pengakuan
118
Kebahagiaan Ardi
119
Sisi Gelap Ardi Part 1
120
Sisi Gelap Ardi Part 2
121
Kekasih Aini
122
Kenyataannya
123
Nasehat
124
Cemburu
125
Penyesalan Part 1
126
Penyesalan Part 2
127
Firasat
128
Kepergian Ardi
129
Pilihan Aini
130
Kemarahan
131
Mencari Aini Part 1
132
Mencari Aini Part 2
133
Mencari Aini Part 3
134
Menemukanmu
135
Kehidupan Baru
136
Bertemu Denganmu
137
Calon Suami
138
Papa
139
Manjanya Umar
140
Mulai Romantis (Lagi)
141
Menemui Kenzo
142
Rival
143
Gagal Fokus
144
Cemburu Buta
145
Gangguan
146
Ulah Mama
147
Reuni
148
Jawaban Aini
149
Keseriusan Ardi
150
Sambutan
151
Di Rumah Imron Part 1
152
Di Rumah Imron Part 2
153
Kekhawatiran
154
Keputusan Ratna
155
Lamaran
156
Persiapan Acara
157
Sikap Ardi
158
Berjalan Lancar
159
Pengantin Baru
160
(Masih) Pengantin Baru
161
Nakalnya Ardi
162
Kejujuran
163
Biro Jodoh
164
Keputusan Ardi
165
Rencana Kunjungan
166
Mengunjungi Lapas Part 1
167
Mengunjungi Lapas Part 2
168
Menutupi
169
Menyelesaikan
170
Kesalnya Aini
171
Poligami
172
Madu (Lagi)
173
Kecurigaan Niken
174
Menanyakan
175
Mengigau
176
Bayi Kembar
177
Pesanan
178
Kelelahan
179
Pingsan
180
Memastikan
181
Permintaan Maaf
182
Rencana Membujuk
183
Dian
184
Keputusan Umar Dan Kenzo
185
Kelelahan
186
Kondisi Aini
187
Nakalnya Bumil
188
Bahagia
189
Sapaan Othor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!