Tak Terduga

Flashback On

"Oke Bro, kita kumpul-kumpul lagi lain kali!" Ucap seorang laki-laki berperawakan tinggi dan sedikit gemuk.

"Oke. Kalau nunggu reuni lagi, kelamaan." Sahut laki-laki lain yang berperawakan lebih kurus.

"Bener tuh." Sahut laki-laki satu lagi, dengan postur tubuh yang tinggi tegap, yang tak lain adalah Adit.

Adit dan dua temannya baru saja keluar dari sebuah restoran dimana acara reuni SMA-nya diselenggarakan. Acara sudah berlangsung sejak siang dan selesai sejak pukul tujuh tadi. Tapi, banyak diantara mereka yang masih tinggal dan mengobrol sebelum pulang ke rumah masing-masing.

"Kenapa Rat?" Tanya laki-laki paling gemuk diantara ketiga laki-laki tadi, Edo.

"Mobilku mogok Do kayaknya." Sahut seorang wanita yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Dit, rumah kalian kan searah, anterin Ratri gih, sekalian pulang!" Usul laki-laki yang satu lagi, Erik.

"Eh, nggak usah Rik! Aku naik taksi online aja." Jawab wanita itu, yang tak lain adalah Ratri.

"Udah malem gini Rat! Kamu nggak takut naik taksi online sendirian? Ini udah jam sembilan lho." Sahut Edo perhatian.

"Iya Rat, bener tuh kata Edo. Mending kamu pulang bareng Adit aja, kan rumahnya searah. Ya kan Dit?" Imbuh Erik.

Adit hanya diam tak merespon. Ia kebingungan menanggapi usulan dua temannya. Ia sebenarnya kasihan dengan keadaan Ratri, tapi ia takut, jika akan ada yang salah mengartikan niat baiknya. Mengingat, Adit dan Ratri memiliki kenangan indah saat SMA dulu.

"Nggak papa Rik! Nggak enak sama istrinya Adit." Sahut Ratri menengahi, karena tak mendapat respon dari Adit.

"Setahuku, istrinya Adit baik kok. Lagi pula, Adit bilang tadi, istrinya baru ke rumah ibunya. Ya kan Dit?" Sahut Erik lagi.

Adit masih diam.

"Maksud lo gimana bilang gitu?" Geram Edo pada Erik dengan tatapan tajam.

"Eh? Maksud aku, selama mereka nggak aneh-aneh, kan nggak akan ada yang salah paham juga." Ucap Erik gelagapan.

"Lo pikir gue laki apaan?" Geram Adit sambil memukul kepala Erik.

"Laki beneran." Sahut Erik cengengesan sambil mengusap kepalanya.

"Udah nggak papa, aku naik taksi online aja. Makasih ya." Sahut Ratri kemudian.

"Bareng aku aja! Rumahmu belum pindah kan?" Ucap Adit tiba-tiba.

Semua menoleh pada Adit.

"Dari tadi kek Bro!" Timpal Erik.

"Nggak usah Dit! Makasih! Nggak enak sama istrimu nanti." Ucap Ratri tulus.

"Nanti aku yang jelasin ke Aini." Jawab Adit santai.

"Udah Rat, nggak papa! Kondisi Jogja kan baru nggak aman akhir-akhir ini." Timpal Erik.

Ratri terdiam. Ia memikirkan apa yang Erik ucapkan baru saja. Memang benar, keadaan kota Jogja sedang kurang kondusif belakangan ini. Banyak terjadi kejahatan tanpa alasan di jalan raya. Dan korbannya pun tak pandang laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Dan itu sudah sangat meresahkan warganya.

"Udah sana! Mobil Ratri, biar aku sama Edo yang nitip ke pihak resto."

Erik mendorong Ratri dan Adit bersamaan menuju mobil Adit yang terparkir tak jauh dari mobil Ratri. Sedang Edo, hanya menggelengkan kepalanya.

Adit pun berpamitan sekenanya pada dua temannya itu. Ia dan Ratri segera masuk ke mobil. Dan saat mereka sudah masuk, ponsel Adit berdering.

"Aku terima telepon sebentar ya!" Ucap Adit sungkan.

"Iya, silahkan." Sahut Ratri.

Ratri sedikit menyibukkan diri dengan ponselnya sembari menunggu Adit menelepon. Yang ternyata, ibunya Adit lah yang menelepon.

"Kamu dimana Dit? Ditelepon dari tadi nggak diangkat? Istri kamu juga kemana? Ibu udah nunggu dari tadi di depan rumah nggak ada yang bukain pintu."

"Maaf Bu', Adit baru reuni di daerah Godean. Aini sama Umar baru ke rumah Bu Ratmi sore tadi. Mereka mau nginep di sana Bu'." Jujur Adit.

"Yaudah, cepet pulang! Ibu ditinggal Bapak ke rumah Pak Joyo."

"Iya Bu, Adit pulang sekarang. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Adit pun mematikan teleponnya. Ia menoleh pada Ratri yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Sorry Rat! Kita ke rumahku dulu ya! Ibu datang ke rumah, nggak ada yang bukain pintu." Jujur Adit.

"Kalau gitu, aku naik taksi aja. Aku nggak enak sama ibumu." Sahut Ratri sungkan.

"Nggak papa. Biar nanti aku yang jelasin ke Ibu."

Adit pun segera menyalakan mobilnya dan segera melajukannya ke rumahnya. Memang jarak tempat reuni dengan rumah Adit sedikit jauh, tapi karena Adit memacu mobilnya lebih kencang dari biasanya, ia pun segera sampai ke rumah. Ia merasa tak enak hati dengan ibunya karena membiarkannya menunggu di luar.

"Maaf Bu', tadi keasyikan ngobrol sama teman lama." Ucap Adit cepat setelah turun dari mobil dan menyalami ibunya.

Suharti kesal bukan main dengan putra dan menantunya. Ia bukan hanya batal bertemu dan bermain bersama cucunya, bahkan malah harus menunggu putranya pulang dari reuninya bersama teman lama.

Tapi seketika kekesalannya hilang. Saat tiba-tiba, Ratri turun dari mobil Adit. Ratri awalnya tak ingin turun, tapi ia tak enak hati jika tak menyapa orang yang ia kenali dan sudah lama tak ia temui.

"Kamu Ratri kan?" Tanya Suharti cepat.

"Iya Bu', ini Ratri." Jawab Ratri setelah menyalami Suharti.

Kedua orang tua Adit sudah mengenal Ratri sejak SMA. Mengingat, Adit memang dekat dengan Ratri sejak kelas satu SMA. Mereka sering mendapat tugas kelompok bersama saat itu. Jadi, mau tak mau, kedua orang tua Adit pun mengenal beberapa teman SMA Adit. Salah satunya Ratri.

"Ayo masuk dulu!" Ajak Suharti ramah.

"Tidak usah Bu', terima kasih." Jawab Ratri sungkan.

"Adit anter Ratri pulang dulu Bu'! Mobil Ratri tadi mogok, jadi sekalian pulang bareng Adit karena searah." Jelas Adit.

"Tamu ya disuruh masuk dulu sebentar!" Pinta Suharti sambil menggiring Ratri masuk ke rumah.

"Nggak usah Bu', sudah malam. Lain kali saja." Jawab Ratri.

Suharti tak menggubris jawaban Ratri. Ia tetap menggiring Ratri masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu.

"Sebentar, Ibu buatkan minum!" Ucap Suharti cepat.

"Nggak usah Bu', terima kasih." Sahut Ratri bingung.

"Bu', ini sudah malam Bu'. Nanti Adit kemaleman nganter Ratri pulang." Cegah Adit.

"Cuma sebentar." Kilah Suharti.

Suharti segera menuju dapur sambil menenteng tasnya. Ia membuatkan minum untuk tamunya.

"Sedikit saja cukup." Gumam Suharti sembari membuatkan minum.

Sedang di ruang tamu, Adit merasa tak enak hati dengan Ratri karena ulah ibunya. Perasaan Ratri pun sedikit tak tenang karena memang waktu sudah cukup malam untuk bertamu.

"Ini, diminum dulu!" Tawar Suharti seraya menyajikan teh yang tadi dibuatnya.

"Terima kasih Bu'." Jawab Ratri.

Mereka bertiga pun sejenak mengobrol sambil menikmati teh buatan Suharti. Tak lama, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah Adit. Suharti pun segera melihat keluar.

"Ibu pulang dulu ya! Itu Bapak sudah jemput. Tadi Ibu udah ngabarin Bapak kalau nggak jadi nginep sini." Ucap Suharti setelah melihat mobil suaminya terparkir di tepi jalan.

"Iya Bu', hati-hati! Terima kasih minumannya." Ucap Ratri tulus.

"Iya. Kamu hati-hati juga ya!" Sahut Suharti ramah.

"Iya Bu'."

Suharti lantas berpamitan juga pada putranya. Ia pun segera keluar rumah untuk menghampiri suaminya dan segera pulang ke rumahnya.

"Dit, bisa pinjem toilet?" Tanya Ratri setelah Suharti pergi.

"Iya, di sana." Tunjuk Adit pada pintu berbahan PVC yang tak jauh dari ruang tamu.

Ratri pun segera ke toilet. Ia merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Kepalanya sedikit pusing dan ada yang aneh di tubuhnya. Ia berusaha menetralkan sesuatu yang tiba-tiba bergejolak dalam dirinya. Tubuhnya pun terasa sedikit kepanasan.

"Ah, kenapa mendadak gini sih tubuhku?" Gumam Ratri di dalam toilet.

Sedang Adit, memilih menyandarkan tubuhnya di kursi ruang tamunya setelah menutup pintu depan, sembari menunggu Ratri selesai di toilet. Ia pun merasa kepanasan. Ia pun ke kamarnya untuk berganti baju.

"Dit!" Panggil Ratri saat tak mendapati Adit di ruang tamu.

"Sebentar!" Jawab Adit dari dalam kamarnya.

Ratri yang merasa tubuhnya kurang nyaman, berniat meminta air putih pada Adit dan agar segera mengantarnya pulang. Ia pun menghampiri Adit, dengan mengikuti arah sumber suara.

Sebuah kebetulan yang sangat kebetulan, Adit lupa menutup pintu kamarnya. Saat Ratri tiba, Adit tengah bertelanjang dada hendak memakai baju gantinya.

Gejolak itu tiba-tiba menyeruak begitu kuat dalam diri Ratri. Bukannya ia menghindari Adit, ia malah menghampiri adit ke kamarnya. Ia segera memeluk tubuh kekar Adit begitu saja.

Adit yang juga merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya, tak kuasa menahan gejolak itu. Ia pun membalas pelukan Ratri tanpa ragu. Dan sejurus kemudian, mereka sudah saling memagut bibir dan bermain lidah tanpa ragu.

Adit menggiring Ratri kesana kemari. Menumpahkan gejolak yang tiba-tiba hadir dalam dirinya. Ia bahkan memojokkan Ratri di balik pintu kamarnya, hingga pintu itu tertutup begitu saja.

Dan tanpa mereka sadari, mereka sudah saling tak mengenakan apapun di atas ranjang di kamar itu. Ratri bahkan sudah mendesah dan melenguh untuk yang kesekian kalinya di bawah kungkungan Adit. Hingga entah berapa lama mereka melakukan itu. Dan mereka pun kelelahan lalu tertidur bersama.

Flashback Off

"Nggak ada tapi. Nikahi Ratri secepatnya!"

JEDUAR.

Tubuh Aini seakan disambar petir ribuan volt saat mendengar ucapan mertuanya. Tubuhnya mendadak makin lemas hingga terduduk bersimpuh di lantai dapurnya. Airmatanya pun langsung deras mengalir tanpa permisi. Hatinya terasa lebih sakit lagi saat ini.

"Bunda!" Panggil Umar polos.

"Iya Sayang." Jawab Aini disela isakannya.

"Bunda nangis? Bunda sakit?" Tanya Umar lagi sambil mengusap pipi ibunya.

Aini berusaha tersenyum pada Umar. Ia pun menggelengkan kepalanya.

"Umar main sendiri di kamar bermain sebentar ya!" Pinta Aini halus.

Umar pun mengangguk. Ia pun mematuhi ibunya yang memintanya untuk bermain sendiri sebentar.

Aini segera membawa Umar ke kamar di mana khusus untuk bermain Umar sehari-hari. Sudah ada banyak mainan di sana. Umar pun segera bermain dengan mainannya. Aini pun menutup pintu kamar itu perlahan. Ia lalu menghampiri mertuanya yang sedang nampak sangat marah dan beradu argumen dengan putranya.

"Adit tak bisa menikah lagi Bu'! Adit sudah memiliki Aini dan Umar." Bantah Adit.

"Lalu kenapa kamu bisa berada di kamar bersama Ratri dan bahkan tanpa busana?" Cecar Suharti.

"Adit tak tahu Bu'."

"Aini tak akan mengizinkan Mas Adit menikah lagi! Dengan siapapun itu." Ucap Aini lantang.

Suharti dan Adit terkejut mendengar Aini berbicara begitu lantang pagi ini. Aini yang biasanya nampak begitu lembut, saat ini nampak sangat berbeda dari biasanya.

"Kamu mau membuat aib keluarga Subrata tersebar?" Bentak Suharti keras.

"Terserah! Pokoknya Aini tak akan mengizinkan Mas Adit menikahi wanita lain. Meskipun itu Mbak Ratri." Ucap Aini makin tegas.

Aini pun meninggalkan ibu dan anak yang sama-sama terkejut dengan sikapnya. Ia kembali menghampiri putranya yang sedang asik bermain dengan mainan-mainannya demi meredam sakit hatinya yang teramat pedih pagi ini.

Terpopuler

Comments

Rita Leo

Rita Leo

maaf berasa kurang enak di ucapin nya ya nama nya ratri. terasa gak nyaman ngucapin nya. kirain ranti

2024-02-02

1

Masiah Cia

Masiah Cia

lucu jg sih cerita nya masa sih orang tua tiba-tiba punya stok obat perangsang ,aneh

2023-10-15

2

Enih Rustini

Enih Rustini

dasar mertua tak berakhlaq

2023-02-14

1

lihat semua
Episodes
1 Kejutan
2 Tak Terduga
3 Teramat Pedih
4 Terbongkar
5 Kemarahan
6 Madu
7 Kembali
8 Semakin Jauh
9 Masa Lalu Part 1
10 Masa Lalu Part 2
11 Masa Lalu Part 3
12 Bekerja
13 Prahara Rumah Tangga
14 Tuduhan Part 1
15 Hamil
16 Tuduhan Part 2
17 Tuduhan Part 3
18 Pilihan Sulit
19 Gugatan
20 Hanya Sapaan
21 Kabar buruk
22 Lembaran Baru
23 Sepenggal Kisah
24 Siapa Aini?
25 Panggilan
26 Perdebatan
27 Kecewa
28 Urusan Pribadi
29 Tawaran
30 Kedatangan Aini
31 Keputusan Aini
32 Bertemu
33 Dokter Gilang
34 Perdebatan
35 Rencana Adit
36 Gara-Gara Kenzo
37 Tindakan Ardi
38 Kamar 507 Part 1
39 Kamar 507 Part 2
40 Pindah
41 Reaksi
42 Kabar Bahagia
43 Perhatian Ardi
44 Kedatangan Ardi
45 Sapaan Othor
46 Pembelaan
47 Diam-Diam
48 Tamu Tak Diundang
49 Telepon
50 Syarat
51 Permintaan Oliv
52 Perubahan Sikap Ardi
53 Kejahilan Ardi
54 Teringat
55 Pertemuan Tak Terduga
56 Mulai Romantis
57 Kecurigaan
58 Obrolan Part 1
59 Obrolan Part 2
60 Hal Mendebarkan
61 Pengakuan
62 Penuh Teka-Teki
63 Ancaman
64 Tukang Sosor
65 Ketahuan
66 Liburan Part 1
67 Liburan Part 2
68 Keraguan
69 Kencan
70 Bukan Saingan
71 (Masih) Kencan
72 Kencan (Lagi)
73 Kalah Telak
74 Rekan Senasib
75 Perhatian
76 Jalan-Jalan
77 Menjenguk
78 Rasa Sayang
79 Operasi
80 Kunjungan Part 1
81 Kunjungan Part 2
82 Gagal
83 Reno
84 Kemarahan Ardi
85 Mencurigai
86 Mencari Jalan Keluar
87 Menghadapinya
88 Maksud Lain
89 Mengelabuhi
90 Sebuah Pertemuan
91 Author Menyapa
92 Perlakuan Buruk
93 Terasa Nyata
94 Ditemukan Part 1
95 Ditemukan Part 2
96 Ditemukan Part 3
97 Mengatakannya
98 Kabar Aini
99 Dijemput
100 Kebingungan
101 Terkejut
102 Kebenarannya
103 Sebuah Awal
104 Pembalasan Part 1
105 Pembalasan Part 2
106 Sapaan Othor Lagi
107 Interogasi Part 1
108 Sedikit Manja
109 Permintaan
110 Bukti Baru
111 Kunjungan Ardi
112 Permainan Kata Part 1
113 Permainan Kata Part 2
114 Permainan Kata Part 3
115 Interogasi Part 2
116 Obrolan Pagi
117 Pengakuan
118 Kebahagiaan Ardi
119 Sisi Gelap Ardi Part 1
120 Sisi Gelap Ardi Part 2
121 Kekasih Aini
122 Kenyataannya
123 Nasehat
124 Cemburu
125 Penyesalan Part 1
126 Penyesalan Part 2
127 Firasat
128 Kepergian Ardi
129 Pilihan Aini
130 Kemarahan
131 Mencari Aini Part 1
132 Mencari Aini Part 2
133 Mencari Aini Part 3
134 Menemukanmu
135 Kehidupan Baru
136 Bertemu Denganmu
137 Calon Suami
138 Papa
139 Manjanya Umar
140 Mulai Romantis (Lagi)
141 Menemui Kenzo
142 Rival
143 Gagal Fokus
144 Cemburu Buta
145 Gangguan
146 Ulah Mama
147 Reuni
148 Jawaban Aini
149 Keseriusan Ardi
150 Sambutan
151 Di Rumah Imron Part 1
152 Di Rumah Imron Part 2
153 Kekhawatiran
154 Keputusan Ratna
155 Lamaran
156 Persiapan Acara
157 Sikap Ardi
158 Berjalan Lancar
159 Pengantin Baru
160 (Masih) Pengantin Baru
161 Nakalnya Ardi
162 Kejujuran
163 Biro Jodoh
164 Keputusan Ardi
165 Rencana Kunjungan
166 Mengunjungi Lapas Part 1
167 Mengunjungi Lapas Part 2
168 Menutupi
169 Menyelesaikan
170 Kesalnya Aini
171 Poligami
172 Madu (Lagi)
173 Kecurigaan Niken
174 Menanyakan
175 Mengigau
176 Bayi Kembar
177 Pesanan
178 Kelelahan
179 Pingsan
180 Memastikan
181 Permintaan Maaf
182 Rencana Membujuk
183 Dian
184 Keputusan Umar Dan Kenzo
185 Kelelahan
186 Kondisi Aini
187 Nakalnya Bumil
188 Bahagia
189 Sapaan Othor
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Kejutan
2
Tak Terduga
3
Teramat Pedih
4
Terbongkar
5
Kemarahan
6
Madu
7
Kembali
8
Semakin Jauh
9
Masa Lalu Part 1
10
Masa Lalu Part 2
11
Masa Lalu Part 3
12
Bekerja
13
Prahara Rumah Tangga
14
Tuduhan Part 1
15
Hamil
16
Tuduhan Part 2
17
Tuduhan Part 3
18
Pilihan Sulit
19
Gugatan
20
Hanya Sapaan
21
Kabar buruk
22
Lembaran Baru
23
Sepenggal Kisah
24
Siapa Aini?
25
Panggilan
26
Perdebatan
27
Kecewa
28
Urusan Pribadi
29
Tawaran
30
Kedatangan Aini
31
Keputusan Aini
32
Bertemu
33
Dokter Gilang
34
Perdebatan
35
Rencana Adit
36
Gara-Gara Kenzo
37
Tindakan Ardi
38
Kamar 507 Part 1
39
Kamar 507 Part 2
40
Pindah
41
Reaksi
42
Kabar Bahagia
43
Perhatian Ardi
44
Kedatangan Ardi
45
Sapaan Othor
46
Pembelaan
47
Diam-Diam
48
Tamu Tak Diundang
49
Telepon
50
Syarat
51
Permintaan Oliv
52
Perubahan Sikap Ardi
53
Kejahilan Ardi
54
Teringat
55
Pertemuan Tak Terduga
56
Mulai Romantis
57
Kecurigaan
58
Obrolan Part 1
59
Obrolan Part 2
60
Hal Mendebarkan
61
Pengakuan
62
Penuh Teka-Teki
63
Ancaman
64
Tukang Sosor
65
Ketahuan
66
Liburan Part 1
67
Liburan Part 2
68
Keraguan
69
Kencan
70
Bukan Saingan
71
(Masih) Kencan
72
Kencan (Lagi)
73
Kalah Telak
74
Rekan Senasib
75
Perhatian
76
Jalan-Jalan
77
Menjenguk
78
Rasa Sayang
79
Operasi
80
Kunjungan Part 1
81
Kunjungan Part 2
82
Gagal
83
Reno
84
Kemarahan Ardi
85
Mencurigai
86
Mencari Jalan Keluar
87
Menghadapinya
88
Maksud Lain
89
Mengelabuhi
90
Sebuah Pertemuan
91
Author Menyapa
92
Perlakuan Buruk
93
Terasa Nyata
94
Ditemukan Part 1
95
Ditemukan Part 2
96
Ditemukan Part 3
97
Mengatakannya
98
Kabar Aini
99
Dijemput
100
Kebingungan
101
Terkejut
102
Kebenarannya
103
Sebuah Awal
104
Pembalasan Part 1
105
Pembalasan Part 2
106
Sapaan Othor Lagi
107
Interogasi Part 1
108
Sedikit Manja
109
Permintaan
110
Bukti Baru
111
Kunjungan Ardi
112
Permainan Kata Part 1
113
Permainan Kata Part 2
114
Permainan Kata Part 3
115
Interogasi Part 2
116
Obrolan Pagi
117
Pengakuan
118
Kebahagiaan Ardi
119
Sisi Gelap Ardi Part 1
120
Sisi Gelap Ardi Part 2
121
Kekasih Aini
122
Kenyataannya
123
Nasehat
124
Cemburu
125
Penyesalan Part 1
126
Penyesalan Part 2
127
Firasat
128
Kepergian Ardi
129
Pilihan Aini
130
Kemarahan
131
Mencari Aini Part 1
132
Mencari Aini Part 2
133
Mencari Aini Part 3
134
Menemukanmu
135
Kehidupan Baru
136
Bertemu Denganmu
137
Calon Suami
138
Papa
139
Manjanya Umar
140
Mulai Romantis (Lagi)
141
Menemui Kenzo
142
Rival
143
Gagal Fokus
144
Cemburu Buta
145
Gangguan
146
Ulah Mama
147
Reuni
148
Jawaban Aini
149
Keseriusan Ardi
150
Sambutan
151
Di Rumah Imron Part 1
152
Di Rumah Imron Part 2
153
Kekhawatiran
154
Keputusan Ratna
155
Lamaran
156
Persiapan Acara
157
Sikap Ardi
158
Berjalan Lancar
159
Pengantin Baru
160
(Masih) Pengantin Baru
161
Nakalnya Ardi
162
Kejujuran
163
Biro Jodoh
164
Keputusan Ardi
165
Rencana Kunjungan
166
Mengunjungi Lapas Part 1
167
Mengunjungi Lapas Part 2
168
Menutupi
169
Menyelesaikan
170
Kesalnya Aini
171
Poligami
172
Madu (Lagi)
173
Kecurigaan Niken
174
Menanyakan
175
Mengigau
176
Bayi Kembar
177
Pesanan
178
Kelelahan
179
Pingsan
180
Memastikan
181
Permintaan Maaf
182
Rencana Membujuk
183
Dian
184
Keputusan Umar Dan Kenzo
185
Kelelahan
186
Kondisi Aini
187
Nakalnya Bumil
188
Bahagia
189
Sapaan Othor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!