Terbongkar

Mentari makin meninggi. Semakin gagah dengan sejuta kehangatannya. Menyusup perlahan diantara sudut-sudut bumi yang sedikit tertutupi. Merangkai detik demi detik dengan segala kebaikannya.

Hari semakin siang, Aini dan Adit makin diam. Adit tak tahu harus bagaimana berbicara dengan istrinya. Ia tahu, hati Aini kini sedang sangat sakit. Dan ia tak tahu bagaimana menenangkan hati itu.

Aini memilih menemani Umar menghabiskan waktunya seperti biasa. Tapi, jika biasanya Aini akan disibukkan dengan beberapa pekerjaan rumahnya, kali ini tidak. Ia masih membiarkan rumahnya berantakan.

Bukan hal yang mudah bagi Aini untuk mendamaikan hatinya. Setelah badai besar yang baru saja menghantam rumah tangganya. Bahkan, masih sangat panas terasa badai itu saat ini.

Masih terngiang jelas di benak Aini, bagaimana Adit tak bisa menjawab pertanyaannya tadi. Hati Aini makin pedih tak terkira mengingat hal itu.

Adit terdiam setelah mendengar pertanyaan Aini.

"Tega kamu Mas!" Ungkap Aini dengan airmata yang masih deras mengalir.

Ya, Adit memang beberapa kali menemui Ratri dalam dua bulan terakhir. Bahkan, Adit sempat berbohong pada Aini saat ia sedang bertemu dengan Ratri.

Aini sebenarnya tidak memata-matai Adit saat itu. Ia hanya sedang berbelanja kebutuhan sehari-harinya bersama Umar di swalayan. Tanpa sengaja, ia melihat suaminya sedang bersama teman lama yang sekaligus mantan kekasih dan cinta pertamanya, Ratri.

Aini langsung menelepon Adit kala itu. Dan Adit mengatakan pada Aini, bahwa ia sedang berada di kantor saat itu. Aini hanya tersenyum miris mendapat jawaban dari suaminya kala itu.

Aini sebenarnya tahu, jika Ratri baru saja kembali ke Jogja setelah pindah ke Singapura enam tahun lalu. Ia pun sudah menemuinya beberapa hari setelah Ratri tiba di rumahnya. Aini sangat senang saat itu, karena bisa bertemu dengan temannya sejak kecil setelah lama tak berjumpa.

Ratri dan Aini tumbuh bersama. Aini sering ikut ibunya ke rumah Ratri waktu kecil. Usia mereka yang hanya terpaut dua tahun, membuat mereka bisa dengan cepat akrab dan menjadi sahabat sejak kecil.

Kedua orang tua Ratri pun menyambut baik kedekatan Ratri dan Aini. Mereka akhirnya menyayangi Aini begitu saja. Mereka bahkan tak segan mengajak Aini berjalan-jalan bersama jika Ratri ingin menghabiskan waktu bersama mereka.

Orang tua Aini yang sama-sama berprofesi sebagai dosen, membuat Ratri bisa dengan mudah mendapatkan segala keinginannya. Apalagi, ia adalah anak tunggal.

Tapi, dibalik itu semua, tubuh Ratri cukup lemah. Ia sering sakit-sakitan sejak kecil. Dan bahkan, kedua ginjalnya sudah rusak sejak ia kecil. Maka dari itu, Aini selalu menjaga Ratri dengan sangat baik sebagai sahabat baiknya saat masih sekolah. Begitu pun sebaliknya.

Keberuntungan Aini saat itu, ia bisa bersekolah di sekolah yang sama dengan Ratri. Sekolah bergengsi dengan biaya yang tak sedikit pastinya. Dan itu ditanggung oleh orang tua Ratri. Sehingga, Aini dan Ratmini benar-benar bersyukur dan bersungguh-sungguh mencoba membalas kebaikan keluarga Ratri.

Malam harinya, kedua orang tua Adit datang ke rumah Adit. Hadi sudah memendam amarahnya sejak pagi tadi, saat istrinya menceritakan apa yang terjadi di rumah Adit saat ia berkunjung. Hadi segera mencari menantunya setelah sampai di rumah itu.

"Kamu nggak papa Nduk?" Tanya Hadi penuh perhatian sambil mengamati wajah Aini yang begitu murung malam ini setelah membukakan pintu.

Aini tak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya.

Berbeda dengan Suharti, Hadi sangat menyayangi Aini. Ia tak memandang status sosial Aini seperti apa yang dilakukan istrinya. Ia hanya melihat, Aini adalah wanita baik yang pantas untuk putranya.

"Udah Pak! Yang penting sekarang putramu. Kita harus menjaga nama baik keluarga kita sebelum hal yang kurang baik terjadi." Sela Suharti sambil nyelonong masuk ke dalam rumah.

Hadi menggelengkan kepalanya melihat sikap istrinya.

"Dit! Adit!" Teriak Suharti lantang.

Adit segera menghampiri ibunya sambil menggendong Umar yang sedang asik bermain bersamanya tadi. Ayah dan anak itu segera menyalami dua tamunya.

"Bawa Umar pergi sebentar Ni!" Pinta Hadi cepat.

"Iya Pak."

Aini segera mengambil Umar dari gendongan Adit. Ia lalu mengajak Umar ke kamar tamu yang sedari tadi ia gunakan untuk beristirahat dan menghabiskan waktu bersama Umar.

PLAK. Suara itu menggema cukup keras di rumah Adit malam ini, setelah Aini menutup rapat pintu kamarnya. Hadi menampar Adit dengan sekuat tenaga. Adit bahkan sampai terhuyung dan jatuh ke lantai.

"Pak!" Bentak Suharti tak tega melihat putranya.

"Biar Bu'! Biar dia merasakan lagi apa yang dulu dia rasakan! Mungkin saat itu, Bapak kurang keras memberinya pelajaran." Sahut Hadi keras.

"Bapak dan Ibu tak pernah mengajarkanmu seperti itu Dit. Tapi bahkan, kamu dua kali melakukan hal yang sama. Dan padahal, sekarang kamu sudah memiliki Aini dan Umar. Apa mereka tak cukup untukmu?" Bentak Hadi lebih marah.

"Sudah Pak!" Ucap Suharti sambil membantu Adit berdiri.

"Makanya Bu', jangan terlalu memanjakan Adit! Jadi begini kan sekarang." Geram Hadi.

"Sudah Pak! Mungkin Adit khilaf Pak semalam. Lagian, mana mungkin Adit bakalan melakukan hal itu kalau istrinya nggak kelayapan terus dan bisa melayani Adit dengan baik." Sahut Suharti enteng.

"Apa Ibu bilang? Adit khilaf karena Aini tak bisa melayani Adit?" Adit mulai meradang.

"Ya kalau istrimu memang istri yang baik, seharusnya kamu nggak bakal sampai melakukan itu bukan?" Imbuh Suharti santai.

"Jangan kira Adit tak tahu Bu'. Ibu kan yang ngasih obat ke minuman Adit dan Ratri semalam? Karena Ibu yang memaksa Ratri untuk mampir dan membuatkannya minuman. Padahal Ratri sendiri sudah tahu diri, itu sudah cukup larut untuk bertamu. Apalagi dia tahu, Aini sedang tidak di rumah semalam." Ungkap Adit tanpa ragu.

Suharti terdiam. Ia menelan salivanya dengan kepayahan.

"Kenapa diam Bu'? Benar kan yang Adit ucapkan? Ibu penasaran, bagaimana bisa Adit tahu tentang ulah Ibu?"

Tangan Adit mulai terulur dan menunjuk ke arah dapur rumahnya.

"Ibu menumpahkan sedikit bubuk obat yang Ibu campurkan dalam minuman Adit dan Ratri semalam di atas meja. Dan pagi ini Adit menemukan itu." Sahut Adit yakin.

Hadi menoleh pada istrinya. Ia menatap penuh amarah pada wanita yang telah dinikahinya puluhan tahun itu.

"Apa yang dikatakan Adit benar Bu'?" Tanya Hadi dingin.

Suharti diam. Ia tak mungkin bisa mengelak jika ternyata bukti telak telah ditemukan putranya pagi ini.

"Edan kowe Bu'! Edan!" Umpat Hadi kesal.

Hadi berjalan menjauhi istrinya yang sedang kebingungan, karena ulahnya ternyata langsung ketahuan oleh putranya.

"Itu nggak penting Pak! Yang penting, sekarang Adit harus bertanggung jawab pada Ratri kan? Bagaimana kalau Ratri sampai hamil?" Ucap Suharti tiba-tiba.

"Adit nggak akan mau bertanggung jawab apapun pada Ratri Bu'. Karena Adit sudah memiliki Aini dan Umar." Jawab Adit yakin.

"Kamu mau mencemarkan nama baik dua keluarga?" Bentak Suharti.

"Terserah Ibu! Karena Ibu yang melakukannya. Adit akan bertahan dengan Aini dan Umar. Mereka sudah cukup untuk Adit."

"Benarkah itu Mas? Aku dan Umar sudah cukup untukmu?" Sela Aini tiba-tiba, yang baru saja keluar kamar setelah menidurkan Umar dengan cepat.

Tiga orang yang sedari tadi bersitegang, segera menoleh pada Aini yang wajahnya ternyata sudah merah dan basah. Bahkan, airmatanya pun masih nampak mengalir deras membasahi jilbabnya.

"Tentu saja Sayang." Jawab Adit yakin.

"Lalu kenapa kamu membohongiku beberapa minggu lalu? Kamu berbohong padaku siang itu, saat kamu sedang bersama Mbak Ratri di kafe yang baru saja dibuka di depan swalayan biasanya kita berbelanja. Kamu juga beberapa kali menemui Mbak Ratri bukan, semenjak Mbak Ratri pulang dari Singapura dua bulan yang lalu. Dan kamu menyembunyikan itu dariku Mas." Marah Aini.

Hadi dan Suharti menoleh pada Adit yang tengah mendelikkan dirinya dari kemarahan Aini.

"Kamu membuntuti suamimu?" Ejek Suharti.

"Tidak pernah Aini melakukan itu pada Mas Adit Bu'. Kebetulan, ada tetangga dan teman Aini yang melihat Mas Adit dan Mbak Ratri sedang bersama. Dan mereka mengirimkan fotonya padaku agar aku tahu, bagaimana sifat Mas Adit dibelakangku." Jujur Aini.

Makin terpojoklah Adit saat ini. Ia kesulitan untuk membantah ucapan Aini yang memang benar adanya.

"Kenapa kamu tak mengatakan itu padaku Sayang?" Tanya Adit bingung.

"Aku menunggu kejujuranmu Mas. Dan itu tidak datang sampai saat ini." Jawab Aini pedih.

BUG.

Hadi tak bisa lagi menahan amarahnya. Ia berhasil mendaratkan kaki kanannya tepat di perut Adit. Adit seketika tersungkur kebelakang dengan keras dan menghantam salah satu kursi yang ada di ruang tamunya.

Suharti dan Aini segera menghampiri Adit. Mereka membantu Adit untuk bangun.

"Pak!" Bentak Suharti tak terima.

"Kenapa? Bukankah itu ulahmu?" Sahut Hadi marah

Suharti membuang muka. Ia lalu menatap marah pada Aini.

"Puas kamu sudah membuat Adit dihajar ayahnya?" Tuduh Suharti.

"Diam Bu'! Kalau Ibu tak berulah semalam, ini hanya akan menjadi ujian dalam rumah tangga kami tanpa harus melibatkan kalian dan nama baik keluarga." Jawab Adit kesal, karena tak terima Aini terus disalahkan.

Suharti membuang muka. Ia kesal, karena Adit malah membela Aini yang ingin ia sudutkan dan disalahkan karena tak bisa menjadi istri yang baik untuk Adit.

Hadi melenggang keluar tanpa sepatah katapun. Suharti pun akhirnya berlari mengikuti suaminya yang segera meninggalkan rumah Adit dan Aini.

Aini tetaplah seorang istri yang tulus menyayangi suaminya. Meski hatinya kini tengah terluka karena sang suami, ia tak akan tega melihat Adit kesakitan. Ia segera membantu Adit mengompres memar karena tendangan dari ayahnya tadi.

"Maaf Sayang!" Ucap Adit saat Aini mengompres perutnya.

Aini hanya diam. Ia lalu meninggalkan Adit begitu saja setelah ia menyadari, Adit akan merengkuhnya dalam pelukan. Ia masuk ke kamar tamu, dimana Umar tengah terlelap di sana sejak tadi. Ia pun akhirnya ikut terlelap bersama sang putra, dan membiarkan sang suami menikmati buah dari sikapnya yang kurang tepat akhir-akhir ini.

...****************...

Hari sudah berganti. Tapi sikap dingin Aini pada Adit tidak. Ia masih berusaha sangat keras berdamai dengan keadaan yang memaksanya harus mendamaikan hatinya yang terluka dalam.

Tiga hari setelah kemarahan Hadi malam itu, keluarga kecil Hadi Subrata akhirnya mengunjungi rumah Ratri. Setelah sehari sebelumnya, Aini merelakan dirinya dimadu oleh sang suami demi menjaga nama baik keluarganya. Dan pastinya, atas desakan dari sang ibu mertua.

"Nak Adit kan?" Tanya sang pemilik rumah, yang tak lain adalah ibunya Ratri, Heni.

"Iya Bu'." Jawab Adit sungkan.

Kedua orang tua Ratri, Arif dan Heni, serta Ratri sendiri, terkejut dengan kadatangan keluarga Adit ke rumah mereka malam ini. Karena memang, Adit tidak mengabari Ratri tentang kedatangan keluarganya ke rumahnya.

"Aini juga kesini sama Umar ya?" Sapa Tyas ramah.

Aini pun tersenyum pada dua orang paruh baya, yang selama beberapa tahun sudah sangat baik dan menyayanginya.

"Ada apa ya?" Tanya Arif penasaran.

Adit lantas memperkenalkan satu per satu anggota keluarganya. Dan di situ Arif dan Heni baru tahu, jika Adit adalah suami Aini. Karena memang, dulu saat Aini menikah, Arif dan Heni sedang mengunjungi Ratri ke Singapura. Jadi mereka tak tahu, jika Aini menikah dengan Adit.

"Kami ingin meminang Ratri untuk putra kami, Adit." Ucap Hadi sebagai ayah Adit.

Tiga orang pemilik rumah terkejut mendengar penuturan Hadi. Arif dan Heni segera saling pandang sejenak. Mereka lantas menoleh pada putri semata wayang mereka.

"Maaf Pak Hadi, apa saya tidak salah dengar? Bukankah Adit sudah menikah dengan Aini?" Tanya Arif tak percaya.

"Iya Pak. Kami ingin meminang Ratri." Sahut Hadi sedikit ragu.

Arif dan Heni menoleh pada Ratri.

"Tidak. Saya tidak akan menerima pinangan ini." Jawab Heni cepat.

Episodes
1 Kejutan
2 Tak Terduga
3 Teramat Pedih
4 Terbongkar
5 Kemarahan
6 Madu
7 Kembali
8 Semakin Jauh
9 Masa Lalu Part 1
10 Masa Lalu Part 2
11 Masa Lalu Part 3
12 Bekerja
13 Prahara Rumah Tangga
14 Tuduhan Part 1
15 Hamil
16 Tuduhan Part 2
17 Tuduhan Part 3
18 Pilihan Sulit
19 Gugatan
20 Hanya Sapaan
21 Kabar buruk
22 Lembaran Baru
23 Sepenggal Kisah
24 Siapa Aini?
25 Panggilan
26 Perdebatan
27 Kecewa
28 Urusan Pribadi
29 Tawaran
30 Kedatangan Aini
31 Keputusan Aini
32 Bertemu
33 Dokter Gilang
34 Perdebatan
35 Rencana Adit
36 Gara-Gara Kenzo
37 Tindakan Ardi
38 Kamar 507 Part 1
39 Kamar 507 Part 2
40 Pindah
41 Reaksi
42 Kabar Bahagia
43 Perhatian Ardi
44 Kedatangan Ardi
45 Sapaan Othor
46 Pembelaan
47 Diam-Diam
48 Tamu Tak Diundang
49 Telepon
50 Syarat
51 Permintaan Oliv
52 Perubahan Sikap Ardi
53 Kejahilan Ardi
54 Teringat
55 Pertemuan Tak Terduga
56 Mulai Romantis
57 Kecurigaan
58 Obrolan Part 1
59 Obrolan Part 2
60 Hal Mendebarkan
61 Pengakuan
62 Penuh Teka-Teki
63 Ancaman
64 Tukang Sosor
65 Ketahuan
66 Liburan Part 1
67 Liburan Part 2
68 Keraguan
69 Kencan
70 Bukan Saingan
71 (Masih) Kencan
72 Kencan (Lagi)
73 Kalah Telak
74 Rekan Senasib
75 Perhatian
76 Jalan-Jalan
77 Menjenguk
78 Rasa Sayang
79 Operasi
80 Kunjungan Part 1
81 Kunjungan Part 2
82 Gagal
83 Reno
84 Kemarahan Ardi
85 Mencurigai
86 Mencari Jalan Keluar
87 Menghadapinya
88 Maksud Lain
89 Mengelabuhi
90 Sebuah Pertemuan
91 Author Menyapa
92 Perlakuan Buruk
93 Terasa Nyata
94 Ditemukan Part 1
95 Ditemukan Part 2
96 Ditemukan Part 3
97 Mengatakannya
98 Kabar Aini
99 Dijemput
100 Kebingungan
101 Terkejut
102 Kebenarannya
103 Sebuah Awal
104 Pembalasan Part 1
105 Pembalasan Part 2
106 Sapaan Othor Lagi
107 Interogasi Part 1
108 Sedikit Manja
109 Permintaan
110 Bukti Baru
111 Kunjungan Ardi
112 Permainan Kata Part 1
113 Permainan Kata Part 2
114 Permainan Kata Part 3
115 Interogasi Part 2
116 Obrolan Pagi
117 Pengakuan
118 Kebahagiaan Ardi
119 Sisi Gelap Ardi Part 1
120 Sisi Gelap Ardi Part 2
121 Kekasih Aini
122 Kenyataannya
123 Nasehat
124 Cemburu
125 Penyesalan Part 1
126 Penyesalan Part 2
127 Firasat
128 Kepergian Ardi
129 Pilihan Aini
130 Kemarahan
131 Mencari Aini Part 1
132 Mencari Aini Part 2
133 Mencari Aini Part 3
134 Menemukanmu
135 Kehidupan Baru
136 Bertemu Denganmu
137 Calon Suami
138 Papa
139 Manjanya Umar
140 Mulai Romantis (Lagi)
141 Menemui Kenzo
142 Rival
143 Gagal Fokus
144 Cemburu Buta
145 Gangguan
146 Ulah Mama
147 Reuni
148 Jawaban Aini
149 Keseriusan Ardi
150 Sambutan
151 Di Rumah Imron Part 1
152 Di Rumah Imron Part 2
153 Kekhawatiran
154 Keputusan Ratna
155 Lamaran
156 Persiapan Acara
157 Sikap Ardi
158 Berjalan Lancar
159 Pengantin Baru
160 (Masih) Pengantin Baru
161 Nakalnya Ardi
162 Kejujuran
163 Biro Jodoh
164 Keputusan Ardi
165 Rencana Kunjungan
166 Mengunjungi Lapas Part 1
167 Mengunjungi Lapas Part 2
168 Menutupi
169 Menyelesaikan
170 Kesalnya Aini
171 Poligami
172 Madu (Lagi)
173 Kecurigaan Niken
174 Menanyakan
175 Mengigau
176 Bayi Kembar
177 Pesanan
178 Kelelahan
179 Pingsan
180 Memastikan
181 Permintaan Maaf
182 Rencana Membujuk
183 Dian
184 Keputusan Umar Dan Kenzo
185 Kelelahan
186 Kondisi Aini
187 Nakalnya Bumil
188 Bahagia
189 Sapaan Othor
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Kejutan
2
Tak Terduga
3
Teramat Pedih
4
Terbongkar
5
Kemarahan
6
Madu
7
Kembali
8
Semakin Jauh
9
Masa Lalu Part 1
10
Masa Lalu Part 2
11
Masa Lalu Part 3
12
Bekerja
13
Prahara Rumah Tangga
14
Tuduhan Part 1
15
Hamil
16
Tuduhan Part 2
17
Tuduhan Part 3
18
Pilihan Sulit
19
Gugatan
20
Hanya Sapaan
21
Kabar buruk
22
Lembaran Baru
23
Sepenggal Kisah
24
Siapa Aini?
25
Panggilan
26
Perdebatan
27
Kecewa
28
Urusan Pribadi
29
Tawaran
30
Kedatangan Aini
31
Keputusan Aini
32
Bertemu
33
Dokter Gilang
34
Perdebatan
35
Rencana Adit
36
Gara-Gara Kenzo
37
Tindakan Ardi
38
Kamar 507 Part 1
39
Kamar 507 Part 2
40
Pindah
41
Reaksi
42
Kabar Bahagia
43
Perhatian Ardi
44
Kedatangan Ardi
45
Sapaan Othor
46
Pembelaan
47
Diam-Diam
48
Tamu Tak Diundang
49
Telepon
50
Syarat
51
Permintaan Oliv
52
Perubahan Sikap Ardi
53
Kejahilan Ardi
54
Teringat
55
Pertemuan Tak Terduga
56
Mulai Romantis
57
Kecurigaan
58
Obrolan Part 1
59
Obrolan Part 2
60
Hal Mendebarkan
61
Pengakuan
62
Penuh Teka-Teki
63
Ancaman
64
Tukang Sosor
65
Ketahuan
66
Liburan Part 1
67
Liburan Part 2
68
Keraguan
69
Kencan
70
Bukan Saingan
71
(Masih) Kencan
72
Kencan (Lagi)
73
Kalah Telak
74
Rekan Senasib
75
Perhatian
76
Jalan-Jalan
77
Menjenguk
78
Rasa Sayang
79
Operasi
80
Kunjungan Part 1
81
Kunjungan Part 2
82
Gagal
83
Reno
84
Kemarahan Ardi
85
Mencurigai
86
Mencari Jalan Keluar
87
Menghadapinya
88
Maksud Lain
89
Mengelabuhi
90
Sebuah Pertemuan
91
Author Menyapa
92
Perlakuan Buruk
93
Terasa Nyata
94
Ditemukan Part 1
95
Ditemukan Part 2
96
Ditemukan Part 3
97
Mengatakannya
98
Kabar Aini
99
Dijemput
100
Kebingungan
101
Terkejut
102
Kebenarannya
103
Sebuah Awal
104
Pembalasan Part 1
105
Pembalasan Part 2
106
Sapaan Othor Lagi
107
Interogasi Part 1
108
Sedikit Manja
109
Permintaan
110
Bukti Baru
111
Kunjungan Ardi
112
Permainan Kata Part 1
113
Permainan Kata Part 2
114
Permainan Kata Part 3
115
Interogasi Part 2
116
Obrolan Pagi
117
Pengakuan
118
Kebahagiaan Ardi
119
Sisi Gelap Ardi Part 1
120
Sisi Gelap Ardi Part 2
121
Kekasih Aini
122
Kenyataannya
123
Nasehat
124
Cemburu
125
Penyesalan Part 1
126
Penyesalan Part 2
127
Firasat
128
Kepergian Ardi
129
Pilihan Aini
130
Kemarahan
131
Mencari Aini Part 1
132
Mencari Aini Part 2
133
Mencari Aini Part 3
134
Menemukanmu
135
Kehidupan Baru
136
Bertemu Denganmu
137
Calon Suami
138
Papa
139
Manjanya Umar
140
Mulai Romantis (Lagi)
141
Menemui Kenzo
142
Rival
143
Gagal Fokus
144
Cemburu Buta
145
Gangguan
146
Ulah Mama
147
Reuni
148
Jawaban Aini
149
Keseriusan Ardi
150
Sambutan
151
Di Rumah Imron Part 1
152
Di Rumah Imron Part 2
153
Kekhawatiran
154
Keputusan Ratna
155
Lamaran
156
Persiapan Acara
157
Sikap Ardi
158
Berjalan Lancar
159
Pengantin Baru
160
(Masih) Pengantin Baru
161
Nakalnya Ardi
162
Kejujuran
163
Biro Jodoh
164
Keputusan Ardi
165
Rencana Kunjungan
166
Mengunjungi Lapas Part 1
167
Mengunjungi Lapas Part 2
168
Menutupi
169
Menyelesaikan
170
Kesalnya Aini
171
Poligami
172
Madu (Lagi)
173
Kecurigaan Niken
174
Menanyakan
175
Mengigau
176
Bayi Kembar
177
Pesanan
178
Kelelahan
179
Pingsan
180
Memastikan
181
Permintaan Maaf
182
Rencana Membujuk
183
Dian
184
Keputusan Umar Dan Kenzo
185
Kelelahan
186
Kondisi Aini
187
Nakalnya Bumil
188
Bahagia
189
Sapaan Othor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!