Misi Menyelamatkan Hati

Misi Menyelamatkan Hati

PROLOG

BILA ada yang bertanya apa arti cinta pertama. Maka aku akan menjawab dengan bangga bahwa cinta pertama adalah Zeev, ketua OSIS sekaligus cinta pertamaku sejak awal masuk kelas satu SMA. Tidak peduli ia mengingatnya atau tidak. Namun, kaleidoskop saat pertama kita berjumpa masih berputar jelas di hipokampus. Kala itu aku amat ceroboh karena lupa memasukan minuman ke dalam tasyang seharusnya aku kumpulkan di hari pertama masa orientasi sekolah.

Tak dinyana, Zeev yang anugerahi kepekaan yang pekat melebihi siapa pun itu, spontan memberiku sebotol air mineral untuk aku kumpulkan. Ia membiarkan dirinya dihukum oleh kakak-kakak panita yang sok galak itu. Padahal kala itu kami tidak saling mengenal. Namun, kebaikan Zeev tidak pernah pandang bulu sehingga ia lebih memilih mengorbankan dirinya untuk dimarahi dan dijemur mentari demi kebaikan orang lain, termasuk aku.

Terdengar cukup klise. Namun, nampaknya jatuh cinta memang kerap datang dengan cara yang paling sederhana. Kupikir, tidak berlebihan bila aku menyebutnya sebagai keajaiban cinta. Ya, karena cinta memang benar-benar ajaib dengan segala kemampuan di luar nalarnya. Begitulah cara pandangku sehingga akhirnya memutuskan untuk menjadi penggemar rahasia Zeev. Dan siapa nyana bahwa jiwa penggemar rahasiaku bertahan hingga kami sama-sama duduk di banku kelas tiga.

“Kok, berenti?” heran Viona, mengerutkan dahi manakala menatapku diam mematung. Nampaknya Viona masih belum bosan mendengar kisah asmaraku yang sudah berulang kali aku ungkapkan hanya padanya.

“Kembalian gue belum diambil!” seruku, teringat kembali tentang uang sepuluh ribuan yang lupa kuambil di tukang es doger yang berjualan di depan gerbang sekolah. Niatnya uang itu akanku gunakan untuk membayar kas minggu ini.

“Kenapa gak dari tadi?” dengus gadis berikat kuda, barangkali geram dengan kecerobohanku. “Males gue kalau balik lagi ke depan. Jauh!” Viona sudah memberikan penolakan bahkan ketika aku belum sempat memintanya.

“Yaudah, lo tunggu sini, deh! Gue ambil uang gue dulu!” balasku sebelum akhirnya bergegas ke kantin, enggan ditinggal Viona menuju kelas sendirian.

“Lari!” pekiknya, memberi pacuan kepada kedua sepatuku untuk secepat mungkin melintasi lorong dan keluar menuju pelataran.

Viona adalah sahabat terbaik sekaligus sabahat satu-satunya yangku miliki. Bukan karena aku tidak memiliki banyak teman, sebab aku berteman baik dengan semua orang. Hanya saja Viona memiliki tempat yang sedikit lebih istimewa dibandingkan yang lainnya. Ia adalah satu-satunya tempat di mana aku bisa mengadu nasib, baik sebagai remaja dengan uang saku pas-pasan, remaja dengan segudang tugas tiada batas, atau pun remaja dengan segala ketertarikan namun selalu menemukan kesulitan dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain, Viona selalu siap menjadi tempat sampahku untuk membuang segala keluh kesahku, termasuk tentang segala perasaan terpendamku terhadap Zeev.

Karena Viona adalah orang yang berharga bagiku – tentunya setelah Zeev – di sekolah, maka nuraniku hanya dapat mematuhi titahnya dengan berlari kencang hingga ke luar gedung utama sekolah.

*BRUK*!

Terdengar suara benda terjatuh yang amat keras di hadapan, nyaris menimpa kepalaku bila saja raga ini maju tiga langkah lagi. Namun, sebenarnya hal ini bukanlah sebuah berita bagus, mengingat saat ini aku baru saja menyaksikan bagaimana seseorang mimilih untuk menghembuskan napas terakhir dengan cara terjun bebas dari atas gedung DI-HA-DA-PAN-KU. Keadaan kian memburuk sebab tidak lain dan tidak bukan, orang itu adalah cinta pertamaku – Zeev Mahendra. Zeev yang kini telah terbujur kaku bersama cairan merah segar yang terus mengalir dari kepalanya.

*Zeev*!

Tidak ada yang dapatku lakukan selain lunglai dan mendarat di pelataran yang sama dengan Zeev. Aku hanya dapat terkulai lemah manakala melihat Zeev yang membawa senyumku terbenam untuk selamanya. Kepedihan yang datang secara sekaligus langsung menyerang rongga-rongga jiwa dan raga, membuatku terpaku dan kalah telak hingga tak ada sedikit pun bunyi yang mampu keluar dari seluk-beluk pita suara.

*Kenapa kamu harus pergi dengan cara paling kejam, Zeev*?

Terpopuler

Comments

Mayrima Najma

Mayrima Najma

kk dan mendukungmu , cerita mu keren. kk membawa like yang banyak..kita sam mendukung ya,, mampir juga di tempat kk..I.love Uncle Hot. Terimakasih

2022-03-06

0

Kirana Pramudya

Kirana Pramudya

Halo...
Aku mampir Kak..
Yuk, saling mendukung..
aku akan baca pelan-pelan ya..
semangat✊🏻

2022-02-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!