Part 3
Akupun menghampiri, abangku dengan Dea di sebelahku dengan semangat mengikuti langkahku. "Hai.....!! Bocah..., bocah abang, bagaimana kabar hari ini, apa tidak ada masalah?." Menatap penuh selidik.
Akupun berbicara dengan Dea.
"Dea, itu sudah ada mobil jemputan mu." Tanganku menunjuk kearah mobil Fortuner hitam yang terparkir di depan kami.
Dea pun menoleh malas, yah wajarlah kalau ada abangku, walau hujan badai apapun, mana Dea peduli.
Dea pun menyahut juga, "ooh iyaa.., Pamit dulu yaah... Ayu" memelukku mesra dan berbisik pelan di dekat telingaku.
"Ayu, ingat nanti malam. nonton, dengan abang mu."
dengan suara yang sangat pelan, menatap abangku dengan manja. "Abang Andre, Dea pamit dulu, tersenyum manis dan melambaikan tangannya."
Abang Andre membalasnya dengan senyuman pula yang tak kalah manisnya dengan Dea, melambaikan tangannya juga, begitu juga denganku.
Dea pun berlalu menuju mobilnya, membuka pintu mobilnya,masuk dan berlalu.
Abangku menarik lenganku, mendekatkan badanku, dan memasang helm di kepalaku. Akupun naik motor abangku, dan memeluknya erat. Aroma parfum khasnya, sudah jadi candu untukku, karna akulah yang selalu memilihkan jenis parfum yang baunya sesuai seleraku.
Terkadang aku sangat kesal dia sangat hobi membawaku belanja perlengkapannya, bahkan pakaian dalamnya juga, sampai di pamerkan didepan wajahku, terkadang aku malu dilihat orang, tapi Abangku tidak peka tetap minta pendapatku, rasanya mau meninju mukanya sampai berdarah, buat malu saja.
Kadang aku suruh dia membalikkan badannya ke belakang, dan kusuruh membungkukkan badannya yang tinggi, baru aku lingkarkan lenganku dilehernya dan mencekiknya dengan lenganku, dan berbisik.
"Abang......, berhenti sodorkan ****** ***** kamu Abang!! dasar tidak tahu malu."
Abang Andre pun tertawa dan mengangkat ku ke atas punggungnya, membawaku berkeliling. Diatas punggungnya, tentu saja menjadi pusat perhatian tapi karna sifat manjaku, aku terkadang cuek dan sangat suka melihat orang salah faham terasa sangat menyenangkan dalam hatiku.
Motor Abang pun melaju membelah jalan, melaju menyusuri kota menuju rumah kami. Dikawasan Elit, Kota Bandung.
Jika kami berpapasan dengan lampu merah, seolah semua mata memperhatikan kami, dengan tatapan kagum dan iri. melihat aku yang tak melepaskan pelukan di abangku, menyandarkan wajahku di punggungnya.
Apalagi abangku, sekali kali mengelus tanganku, yang melingkar di bagian perutnya. Akupun senyum senyum sendiri, membuat orang salah faham, sangat menyenangkan.
Jika kami tidak bersaudara kami memang mungkin pasangan yang sangat serasi, tidak terasa sampailah kami di rumah, mulai memasuki pagar tinggi rumah kami.
abangku pun memarkir motor sport besarnya yang berwarna hitam di garasi.
Kami punya 3 mobil pribadi di garasi besar disamping rumah, tapi nanti jika diperlukan baru dipakai, Abangku lebih senang memakai motor untuk menghindari macet.
Abangku, menarik lenganku dan membantuku melepas helm ku. Dia sangat memanjakan ku, semoga pacarku kelak. seromantis abangku padaku.
Akupun tersenyum sendiri, tentunya abangku kepo, dan jiwa detektifnya kambuh.
Dia pun menjepit kedua pipiku, dengan kedua jarinya, dan memajukan wajahku dengan bibirku yang lagi monyong kedepan, mendekatkan wajah abangku, menyentuh hidungnya, sedikit bersentuhan langsung dengan bibirnya.
"Tunggu...!! kayak ada yang mencurigakan, yang disembunyikan di kepalamu ini, jangan - jangan !! masalah cowok yah !!!."
Membelalakkan mata, akupun mencoba melepaskan tangannya, dan menggeleng. "Ah....ah..., sakit Abang..., tidak kok...." dengan mata sendu, dan memohon.
Abangku pun melepasnya, segera turun dari motornya dan memasang standar kaki motornya, merangkul ku kembali dengan lengannya dan membawaku masuk kedalam rumah.
Tampak Mamaku yang masih sangat cantik, menyambut kami dengan pelukannya. kamipun seperti biasa. mencium kedua pipi Mama, secara bersamaan.
Kebiasaan Mama, memukul kedua pantat kami. "Ayo!! makan!!" menyuruh kami makan.
Mama secara langsung, dengan bibi memasakkan kami. Mama adalah sosok ibu rumah tangga yang sejati.
Tidak berselang lama, suami kesayangannya pun, datang. Papa pun langsung memeluk ibu, mencium kedua pipinya mesra, bahkan bibirnya.
Akupun bergidik ngeri, seperti biasa Abangku tersenyum melihatku, jika papa sudah melihatku, pipiku pun diserangnya habis habisan, seperti anak bayi.
"cup..cup...!!!! mencium ku gemes dan memutarkan bibirnya di pipiku dan menahan kepalaku dengan telapak tangannya, agar pasrah diciumi.
Sama Abang jika datang gilanya, jika dia jadian lagi sama cewek yang ditaksirnya, atau ada yang membuatnya senang, akupun habis dipeluk dan diciumi kayak ayah mencium ku saat ini.
Aduh...., !!! Tuhanku ... !!. Kapan mereka menganggap ku wanita dewasa, aku bukan anak BALITA lagi, pekik ku dalam hati.
"Wah!! enak sekali masakannya"
Begitulah Papa selalu memuji, apapun yang Mama buat.
kedua orang yang kucintai itupun, bergabung makan dengan kami, sesibuk apapun Papa, Beliau tetap pulang kerumah. Menikmati makan bersama dengan keluarga tercintanya.
Sesekali, kami pun tertawa bersama. Papa suka bergurau, ada ada saja candanya, yang membuat kami tertawa.
Akupun mengambil kesempatan, agar abangku mengantarku nanti malam dengan Dea nonton bioskop.
"Papa sayang..." Panggilku manja. Abang ku pun langsung menoleh, dengan tatapan penuh kecurigaan, seolah sudah paham maksudku. Papa pun, menatapku mesra.
"Ada apa sayangku?" dengan lemah lembut, aku pun mulai melancarkan aksiku yang pastinya abangku, tidak bisa nolak.
"Papa, nanti malam, ada film tuh, Ade suka. Sudah lama tuh Ade tungguin, suruh Abang dong Papa antar. Tapi saya mau nonton dengan Dea juga Karna SDH lama tuh kami tungguin."
Papa seperti biasa, mengangguk - angguk setuju, melirik di abangku, yang sudah meremas kasar mukanya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, serta tersenyum dipaksakan sesekali, mendelik mata tajam ke arahku.
Aku tahu, jika sebut Dea, abangku malas sekali, karna dia tahu kalau aku sangat gigih , menjadi Mama Comblang Dea dengan dia.
Papa pun buka suara. "Andre, dengar adikmu!, nanti malam antar dia..!" dengan suara tegas.
Mama hanya bisa tersenyum lucu, karna dia tahu kalau aku selalu, tidak pantang menyerah jodohkan Dea dengan Abangku. Dan abangku pun untuk kesekian kalinya, mengusap kasar mukanya yang ganteng itu, matanya mendelik tajam kepadaku.
Bodoh amat pikirku tersenyum sangat manis padanya, akupun tersenyum puas dengan kemenangan yang mutlak, sesekali, menjulurkan lidahku ke abangku, yang sudah tahu jika Ayuni Wardana sudah ada keinginan dia tidak bisa menolak.
Akupun tersenyum manis, menyelesaikan makananku secepat mungkin, di seberang sana sudah ada mata frustasi yang melihatku dengan sangat menderita.
Ini Khan malam Minggu, kayaknya ada lagi wanita yang jadi korban playboy nya, emang gue pikirin, senyumku pun selalu menghiasi bibirku sampai selesai makan, senyum kemenangan.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments