Part 4
Selesai melahap makananku sampai habis, akupun beranjak dari meja makan, tidak memperdulikan abangku, yang menatapku frustasi.
Terdengar suara Papa mesra merayu Mama. "Ayolah sayang, kita ke kamar kita, melanjutkan cinta kita yang tadi malam yang belum tuntas"
ibu pun mencubit papa. sebel. "ih...papa, malu didengar anak anak kita, mereka sudah dewasa lho!." Akupun bergidik ngeri lagi, mendengarnya, Abang Andre yang kesal pun tersenyum tipis melihatku.
Kedua Pasang suami istri itupun, yakni kedua orang tuaku yang selalu mesra walau di depan anaknya yang selalu dianggap anak kecil yang tidak tahu apa - apa, berlalu pergi.
Tiba tiba sebuah tangan menyekap mulutku, memeluk ku dari belakang, membawaku ke arah kamarku, masuk ke dalam kamarku serta menutupnya, siapa lagi kalau bukan abangku. Aku pun berteriak. "Abang.....,!!...,
Abannnnng..!!!." Pekikku, Abangku pun melepas telapak tangannya yang menutup bibirku.
Akupun terduduk dipinggir kasur, menatapnya kesal. Abang ku mulai berceramah seperti biasanya.
"Ayu, sayang yang paling ku sayangi, please yah, jangan jodoh - jodohkan lagi Abang, dengan Dea. please."
Aku pun mulai membela sahabatku. "Abang saja yang bodoh, Dea cantik, modis, apa sih kurangnya dari pacar - pacar Abang yang tidak jelas itu."
Abang ku pun menghempaskan pantatnya duduk di sebelahku, menarik wajahku mengarah ke dia, menyimpan kedua telapak tangannya dikedua pipiku, sambil mengelusnya lembut, serta mencubitnya lembut.
"Ayuni Wardana, tersayang, cinta itu, tidak bisa dipaksakan." Akupun ngotot dan bersuara. "Abang!! apa salahnya sih, menyenangkan temanku!!."
Abangku pun menarik wajahku, mencium keningku lembut. "Sayang, aku tidak mencintainya seperti gadis lain, makanya jika bosan saya putuskan, Abang tidak mau menyakiti perasaan sahabat baikmu itu, jika ku putuskan, Karna Abang belum mencintainya."
Akupun menyela lagi, tidak mau kalah dengan argumen Abangku.
" Makanya Abang, jangan putuskan Dea biarkan Dea menjadi istrimu dimasa depan."
Abangku pun meremas rambutnya dan mengusap wajahnya kasar, mulai menggerutu kesal. " Aduh...!!Anak bocah ini...,!! betul - betul menjengkelkan". Aku pun menyela kata Abang Andre lagi.
"Tapi Abang, cinta akan datang tidak terduga, Ayu yakin Dea bisa Abang cintai."
Tiba-tiba keningku sakit, keningku di pitak oleh Abangku dengan kedua jari jemarinya. Akupun teriak kesal.
"Aduh...!!" Akupun teriak, aku pun mengusap keningku berulang.
"Abang sakiiiiiit tauuuu...,!!!." memonyongkan bibirku.
Abangku pun berdiri, "dengar yah, teruslah bermimpi." Berlalu meninggalkanku yang masih memegang keningku yang berdenyut sakit yang untuk kesekian kalinya di pitak Abangku.
Begitulah jika aku ngotot dengan argumenku, yang Abangku tidak sepaham denganku, jika kami berdebat tentang Dea.
Aku pun meneriaki abangku, "Iya Abang, aku akan bermimpi, anak anakmu nanti dengan Dea, satu lusin, biar penuh rumah."
Tiba tiba, abangku nongol, dan tertawa dan memelukku, menggendongku dan membaringkan badanku di kasur menggelitik ku, aku pun berteriak kegelian.
"Ha...ha...ha....,geli Abang!!" teriakku kegelian.
"Dasar otak mesum kamu yah!!" kata Abangku dengan senyum lebarnya.
Aku pun tertawa dan berteriak minta ampun, akupun terguling di kasur dan badan Abang Andre terguling pula menindih badanku, badan Abang Andre sudah ada diatas badanku, dia merebahkan kepalanya di atas dadaku.
Aku membiarkan dia, tapi badannya terasa berat, akupun mengangkat wajahnya, kami saling berpandangan, tampak abangku, menatapku aneh, dan segera bangun.
"sudahlah, tidak usah dibahas lagi, agak canggung dan meninggalkanku, akupun masa bodoh, tetap dipihak Dea.
Siang pun beranjak sore, berganti malam, aku selesai mandi, mulai dandan, menyisir rambutku yang lurus sepunggung, mulai mencatok gulung di ujung rambutku agar bergelombang, memakai bedak tipis, walau wajahku sudah sangat putih bersih,
Aku sudah belanja dengan Dea peralatan make up remaja serta lipstiknya, belajar di internet cara memakainya.
Belanja di butiknya gaun selutut berwarna coklat muda, ada sulaman bunga kainnya dipinggir bawahnya, sangat kontras dengan kulitku yang putih bersih.
Baju anak gadis jaman sekarang, aku mulai mengganti bajuku, selesai dandan, akupun pangling dengan wajahku sendiri.
Ayuni Wardana, kamu cantik sekali kalau dandan, akupun beranjak dari tempat meja rias ku, memakai sepatu cantik model remaja, yg senada warnanya dengan gaunku serta tas kecilku yang ada talinya panjang yang warnanya senada juga, supaya nampak serasi.
Pasti keluargaku nanti, akan pangling dan memujiku, aku khan sudah anak SMA, bukan anak SMP lagi, aku sudah anak gadis remaja sekarang.
Dea juga akan dandan seperti aku pastinya, kita khan sudah janjian memakainya, aku pun beranjak keluar kamarku, bibi yang berpapasan denganku, mulutnya menganga berbentuk O.
Bibi pasti terpukau dan takjub melihatku, aku balas dengan senyuman manis, segera aku berlalu meninggalkannya, keluar keruang keluarga tempat keluarga berkumpul jika malam hari.
Sesampai disana, Papa dan Mama sudah menganga, mulutnya juga berbentuk O seperti Bibi, melihatku datang.
Bahkan Abang pun, sampai terjatuh barang yang dipegangnya, terpana melihatku, Papa pun datang memelukku.
"Cantik sekali anak Ayah" menciumiku lembut, akupun mengeluh manja.
"Pa, nanti bedak ku luntur nih." Sungut ku manja, Papa pun menggodaku, dan mau menciumiku lagi.
Tapi Mama datang menyelematkan ku.
"Papa jangan dong, ganggu Dea, lihat anak kita sudah jadi anak gadis yang cantik sekali" Puji Mama, membetulkan, serta merapikan bajuku.
Mereka sangat pangling melihatku dandan tidak seperti biasanya, karna biasanya anaknya ini, dandan dengan kaos dan jeans.
Tiba tiba Abang datang memegang lenganku, dan mau membawaku dikamar.
"Kamu mau nonton atau cari pacar, ayo ganti pakaianmu". Akupun menepisnya dengan cepat. "Abang, Ayu Khan sudah dewasa, wajarlah dandan."
"Anak ini, dibilangin tidak mau dengar, biar tidak dandan begini kamu cantik kok"
"Pokoknya Ayu sudah dewasa, Abang"
Tiba tiba aku, melayang dan sudah dalam gendongan abangku, ringan sekali dia mengangkat ku.
Suara Papa, memecah perdebatan kami.
"Andre, adikmu benar, dia sudah dewasa, cantik kok, tidak ada salahnya. Wanita memang harus dandan.
Mendengar pembelaan Ayahku, akupun segera turun dari gendongan abangku, dan datang memeluk Papa. Memang Papa selalu jadi My Hero, gumam ku dalam hati.
Mama pun ikut membelaku berkata, "dulu Mama suka dandan seperti ini, belum menikah dengan Papamu ini, memang sudah waktunya Ayu, dandan.
Sampai sekarangpun Mama selalu berpenampilan begini kok jika bepergian. seperti Dea.
Akupun tersenyum penuh kemenangan, abangku sangat frustasi melihatku. dan mulai berbicara.
"Awas saja nanti, jika matamu membalas tatapan pria-pria diluar sana, aku akan terus mencium mu. biar mereka tidak berani mendekatimu" Dengan raut wajah mengejek.
Akupun kesal, bagaimana kalau ada nanti pria yang akan kucintai. dan abangku tidak berhenti mencium ku.
Pikiranku melanglang buana. Ooooooh tidaaaaak...., dan tercetuslah ide ku "Abang!! Cium Dea saja, pasti senang kok" dengan menjulurkan lidahku.
Dibalas tatapan mata yang sudah melebar, menambah kegantengan abangku bagi lajang lajang kelaparan diluar sana, tapi bukan untukku, bagiku mas Andre. sangat menyebalkan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments