Drrrrtttttt Drrrrrrttt Drrrrtttttt Drrrrrrrttttttt
Ponsel Fira bergetar.
Setelah mengangkat telpon, Fira berjalan menuju Leony yang sedang sibuk merancang desain bangunan.
"Mel, kita ada tawaran nih," Fira duduk didepan Leony.
"Tawaran apa tuh?" Leony terlihat penasaran.
"Ada tawaran dari seorang pengusaha rumah penginapan, dia punya lokasi strategis. dia nawari untuk kita bangun. dia terima persenan agak miring harganya."
"Ooyaa, menurut kamu gimana?"
"Dia nawarin murah sih, kalo usaha dah mulai jalan dia cuman minta 10% dari pendapatan bulanan, hitung-hitung biaya sewa lahan." Fira melanjutkan "sebenernya gak tertarik sih, yang ada aja baru mulai udah mikirin yang lain."
"iya, fokus aja dulu. Kalo dia mau suruh tunggu sebagian blok perumahan selesai di bangun."
"Katanya sih mau kesini besok, nanti biar aku aja yang ngomong. kamu santai aja, kamu kan gak terlalu pandai ngomong."
"iya Fir makasih ya, kamu selalu bantu aku."
Fira membalas perkataan Leony dengan senyuman.
"Di depan cuma ada Bian yang kerja, si Nurin kemana ya?"
"Dia bantu ibunya panen sayur Fir."
"Ooh, gitu."
"Besok katanya baru kerja. " ucap Leony agak lesu.
"Yang sabar ya!" ucap Fira menggoda Leony.
Leony mencibir perkataan Fira yang selalu berusaha menggodanya itu.
*******
Di ladang Nurin membantu ibunya memanen, ditemani seorang perempuan cantik yang membawakan bekal menggunakan rantang. Perempuan itu terlihat berpakaian modis dan longgar.
"Ibuk, mas Nurin ayo makan siang dulu!"
Nurin dan ibunya menoleh kearah suara perempuan cantik itu.
"Iya ndok, sebentar lagi," sahut ibu Nurin.
Tak lama kemudian mereka makan bersama di pondok kecil. Bekal sangat lengkap dibawakan perempuan cantik itu.
"Masak sendiri ya ndok?" tanya ibu Nurin.
"Bukan buk, bi Sumi yang masak."
"Oh iya, kamu kan lagi mabok ya ndok, gak bisa cium bau masakan."
"Iya buukk." perempuan itu tersenyum kecut.
"Ayo Nita, kamu juga cepet makan bareng!" kata Nurin mengambil piring hendak makan.
"Iya mas."
Mereka makan bersama siang itu, dengan menu yang sudah dihidangkan. Sayur sop yang masih hangat, ayam goreng, sambel dan beberapa camilan.
Setelah makan siang, Nita pamit untuk pulang.
Sejak kedatangan dan kepergian Nita, raut wajah Nurin terlihat suram dan tak banyak bicara membuat Nita juga menjadi canggung .
*******
Leony menyodorkan kertas desain rumah minimalisnya kepada Fira. Tak diragukan lagi, keahlian Leony dalam mendesain dan urusan ukur mengukur memang Leony juaranya, "cantik gak?" tanya Leony kepada Fira.
"Lumayan."
"Ini ke-4 kali aku bikin, kayaknya ini yang paling cocok."
"Bagus, lumayan. Ini type 36 ya, coba deh kamu bikin yang type 45 sekalian 60 juga."
"Nih." Leony menyodorkan beberapa helai kertas kepada Fira.
"Bagus, ngomong-ngomong kita gak perlu kontraktor kan, Nurin sama Bian aja udah bisa diandalkan koq."
"iya bener, mereka juga punya beberapa temen yang ahli. jadi kita gak perlu repot soal itu."
Leony dan Fira tersenyum puas, rasanya mereka seperti sedang mengudara. Tak lupa juga mereka selalu menghubungi Ningsih, meminta pendapat Ningsih.
Tak terasa waktunya sudah dekat, perkataan Leony kepada Nurin yang mengatakan kalau Leony akan segera kembali. Memikirkan hal itu membuat Leony susah untuk terlelap tidur.
Jantungnya berdegup kencang bila memikirkan semuanya. Setatus mereka yang sudah berbeda, akankah Nurin minder nantinya. Memikirkan itu membuat Leony sangat takut. Wajah nya yang juga berbeda, akankah cintanya nanti masih akan tetap sama.
********
Hari sudah sore, Nurin dan ibunya pulang kerumah. Di rumah ternyata sudah ada bapak, bapaknya baru saja pulang menengok orang tuanya di kampung sebelah. Setelah membersihkan diri semua bersiap makan malam.
"Gimana pak keadaan ibu apa sehat-sehat saja?" tanya ibu kepada bapak.
"Alhamdulillah sehat buk, cuma batuk nya gak sembuh-sembuh. maklumlah penyakitnya orang sudah tua."
"Minggu besok kita tengok Mbah bareng-bareng, tunggu selsei panen. Jadi modalnya juga agak tebel"
mereka menyantap hidangan dengan lahap dan bahagia. Hanya Nurin yang terlihat lebih pendiam dari biasanya.
"Rin, gimana hubungan kamu sama Nita?" tanya bapak.
"Yah, begitulah pak. Nggak gimana-gimana." ucap Nurin lesu.
"Terus, si Leony sudah ada kabar apa belum?".
mendengar pertanyaan bapak tentang Leony semakin sulit untuk Nurin menjawabnya.
"Belum ada kabar pak," suasana hening seketika.
"Kamu kalau menolak perjodohan ini gak papa koq Lee, daripada nanti kamu gak bahagia." ucap bapak lirih.
"gak papa pak, Leony masih muda masih banyak laki-laki diluar sana yang mau sama dia." ucap Nurin semakin lirih.
"Le, tanggal pernikahan udah ditetapkan sama orangtuanya Nita, gimana? mau dimundurkan tanggalnya atau gimana bapak sama ibuk terserah kamu," bapak berkata dengan nada pelan.
"Nggak papa pak, Nurin manut aja lebih cepat lebih baik buat kandungannya Nita," mendengar ucapan Nurin membuat bapak dan ibunya merasa sangat bersalah kepada anak sulungnya itu.
Sedangkan Bian diam seribu bahasa mendengarkan perbincangan bapak ibu serta kakaknya malam itu.
*******
Hari yang cerah Bian memantau eksavator yang membuat jalan dan parit-parit. Sesekali Bian dan supir eksavator bercanda dengan teriakan-teriakan mereka yang sangat nyaring namun tertelan suara mesin.
Hari itu bulek Sum tetangga Leony juga ikut berjualan disana atas perintah Leony. Lumayan untuk menambah pundi-pundi uang.
Dan di kantor pemasaran Leony dan Fira sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.
Hari itu Nurin tidak bekerja lagi, bukan karena sibuk. Dia hanya ingin tidur seharian dirumah, bukan juga karena lelah bekerja. Melainkan karena kesedihannya.
Sudah berjam-jam dia mencoba memejamkan mata namun tak kunjung tertidur. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi bekerja.
Kedatangan Nurin ke kantor pemasaran membuat semua orang senang, terutama Leony.
"kemana aja mas?" tanya Leony
"sibuk dikit tadi mbak." Nurin duduk di dekat Leony, membuat jantung Leony semakin berdebar.
"Ada yang nyariin loh Rin." celetuk Fira.
"ooyaa, siapa mbak?" Nurin berfikir mungkin itu Nita.
"Siapa ya, lupa deh namanya." ucap Fira sambil berlalu mengambil kumpulan kertas-kertas.
Leony yang sadar Fira menyindir dirinya hanya bisa pasrah dengan sindiran temannya itu.
"Gimana panennya,lumayan mas?" tanya Leony.
"Iya mbak, lumayan bagus dan banyak."
"Bagus dan banyak koq lemes gitu mas?"
"Nggak, biasa aja koq mbak. Ngomong-ngomong sudah waktunya Leony pulang dari kerjaannya ya mbak?"
degh!
Leony mulai gelagapan.
"Iiya ya mas, moga cepat kembali ya mbak nya."
"Iya mbak, ada yang perlu saya sampaikan ke dia secepatnya." ucap Nurin lirih.
"ooh gitu, semoga aja mbaknya cepat pulang ya mas." Leony sangat penasaran apa yang sebenarnya mau dikata Nurin padanya.
Dilihat dari raut wajahnya, sepertinya bukan sesuatu yang bakalan enak didengar nanti.
Siang itu membuat Leony tidak fokus bekerja, teringat semua perkataan Nurin padanya.
Sementara eksavator sudah berhenti bekerja mereka semua mampir ke warung Bulek sum untuk makan-makan siang dan ngemil.
sesekali Leony mencuri pandang ke Nuri , dilihatnya laki-laki itu kini banyak bercanda. Tak ada tanda-tanda kegalauan lagi. Leony sedikit lega.
"Fir, kayaknya orang yang tadi pagi telpon gak jadi datang ya?"
"Iya Mel, tadi dia chat katanya besok aja."
"Yasudah kalau gitu."
siang itu mereka habiskan dengan bercengkrama ria. Melupakan masalah masing-masing sejenak. Hingga malam tiba, hanya masing-masing hati yang merasakan sendirian dalam kegalauan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments