Di lain tempat, Leony yang baru saja tersadar dari komanya mulai membuka mata.
Dia melihat sekeliling, hanya ada dia di kamar yang luas itu. Leony mencoba turun dari ranjang.
"Aduh.... " Leony merintih kesakitan, tak sanggup rasanya dia menahan sakit di sekujur tubuhnya.
Tiba-tiba muncul sosok wanita cantik. "Pelan-pelan nona, nanti bisa jatuh."
Suaranya lembut namun tegas.
"Anda siapa? Dan kenapa saya bisa disini? Ini dimana?"
"Nama saya Ningsih, Saya menemukan kamu terbaring dipinggir jalan. Kamu terluka cukup serius."
Leony mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Perlahan dia ingat, namun apakah ingatan itu nyata atau tidak masih membingungkan.
"Kelihatannya kamu mengalami penganiayaan, dan luka bakar yang kamu alami cukup parah. Kamu hampir sekarat selama seminggu."
Leony kaget dengan perkataan wanita cantik didepannya, rupa-rupanya ingatannya itu nyata, bukanlah mimpi.
Leony meneteskan air mata, mengingat kejadian itu.
"Kamu jangan bersedih, ceritakan lah perlahan pada saya apa yang sudah kamu alami, siapa tahu saya bisa membantumu."
"Saya tidak terlalu bisa mengingat semuanya, semua kejadian itu sungguh tak terduga."
Leony kembali meneteskan air mata.
"Saya ingat, seseorang menawarkan saya pekerjaan. Kami minum di sebuah cafe, tiba-tiba saya merasa sangat bergairah...tapi sungguh, saya tidak pernah seperti itu sebelumnya. Laki-laki itu menuntun saya kesebuah kamar, dia bilang dia akan bayar saya dengan mahal asalkan malam itu tidur dengannya." Leony kembali meneteskan air mata.
"Setelah sampai di kamar, ada seseorang memanggilnya dari luar. Dia keluar kemudian saya dengar mereka mengobrol sebentar. Dan dia pergi.. kemudian masuklah seseorang ke kamar dan menarik tangan saya. Tapi saya tidak mau, dia memaksa saya keluar dari pintu belakang. Tidak lama kemudian, istrinya datang kemudian...." Leony tersendu tak dapat melanjutkan kalimatnya lagi.
"Istrinya menyeret saya bersama dengan banyak orang, dan terjadilah penganiayaan itu." Wanita itu menarik nafas panjang.
"Apakah kamu mengenal siapa saja mereka?"
Leony menggeleng.
"Saya cuma ingat sama laki-laki yang minum dengan saya di cafe, itupun baru pertama bertemu. Saya bisa mencarinya lewat teman saya."
"Saya akan membantumu, apakah harus kita melaporkan penganiayaan ini ke polisi?"
"Bagaimana mungkin, saya melaporkan itu sementara saya hampir saja tidur dengan suami orang?" ucap Leony sedih.
"Itu bukan kemauanmu, bukankah kamu dijebak?"
"Saya sedikit bersyukur istrinya datang saat itu, tapi saya sedih diperlakukan seperti binatang."
Ningsih menarik nafas panjang.
"Baiklah, sepertinya kamu butuh ketenangan dulu. Beristirahatlah!"
********
Sudah berhari-hari Leony tak berdaya, sesekali dia mencari udara di halaman rumah, Ningsih selalu menemani dan membantunya berjalan.
Di tempat tinggal Ningsih, Leony diperlakukan bagai saudara kandung perempuan yang saling mengasihi.
Sesekali Leony berusaha untuk memasak meskipun kondisinya masih sangat buruk. Namun Ningsih melarangnya melakukan pekerjaan rumah.
Ningsih hanya tinggal sendirian disana, dia punya rumah yang besar. Orang yang sangat kaya raya namun kebahagiaan tak berpihak padanya. Dia kehilangan suami dan anaknya serta kerabatnya. Bukan karna mereka semua telah tiada. Ningsih juga enggan menceritakan kehidupan lalu nya itu kepada Leony. Sepertinya lukanya juga belum kering.
Setiap Leony menatap mata Ningsih, disana tergambar kehampaan.
Sekian tahun sudah berlalu, hidup sendirian dengan kemewahan.
Kini kehadiran Leony tentulah merupakan sedikit hadiah dari Tuhan, mungkin.
"Kelihatannya kondisimu sekarang sudah jauh lebih baik."
"Iya mbak, cuma rasanya bosen. Gak bisa jalan cepat. Di rumah aja bikin saya bosan."
"Iya, kamu kan terbiasa kerja ya?"
Leony mengangguk.
"Kamu kerja apa?"
"Saya kasir di swalayan mbak, saya terbiasa kerja dari pagi sampai jam 10 malam."
"Oyaa? pantes saja kamu bosen di rumah."
Leony tersenyum dan mengangguk.
"Tapi kerja keras seperti itu badan kamu cukup berisi loh, biasanya kerja seperti itu bikin badan jadi kurus."
"Iya mbak saya kan suka makan, jadi suka masak juga. Kalo lagi males masak saya beli aja."
"Baguslah itu, supaya kamu gak mudah sakit."
"iya mbak."
"Leony?"
"Iya mbak?"
"Setelah kamu bisa berjalan, saya mau kamu operasi plastik wajah kamu." ucapan Ningsih mengejutkan Leony.
"Maaf mbak, tapi saya gak punya uang sepeserpun untuk melakukan itu."
"Kamu tenang saja, jangan kamu fikirkan biayanya, saya akan tanggung semua. Kamu mengalami luka bakar yang serius. Kamu juga masih muda, kamu harus bangkit dan memulai lagi semua dari awal."
"Tapi mbak, biaya operasi itu sangat mahal. Bagaimana mungkin saya membalas semua kebaikan mbak. Biarlah mbak, saya buruk rupa pun sudah takdir Tuhan. Lagipula, kalo saya jelek mau dioperasi bagaimanapun tetap saja nanti keturunannya juga jelek kayak saya."
Ningsih tersenyum agak geli mendengarnya.
"Siapa bilang kamu jelek? kulit kamu putih bersih dan juga manis, pipi kamu bulat cabi. Saya suka, sayangnya luka bakar itu akan meninggalkan bekas selamanya kalo tidak dioperasi, dan kalo kamu mau menganggap kamu harus mengembalikan uang saya itu gampang. Kita bisa jadi mitra bisnis nanti. Saya akan tangani semuanya itu."
Leony bingung, apakah dia harus tersenyum atau menangis. Dia hanya mengatakan terima kasih dengan sangat haru.
******
Leony adalah seorang anak yatim piyatu, diadopsi oleh seorang petani yang juga seorang janda. Namun ibu angkatnya itupun sudah meninggal dunia jauh sebelum Leony dewasa.
Selama ini dia mengandalkan hasil bumi dari ladang almarhum ibu angkatnya untuk menyambung hidup.
Hanya dengan belas kasih teman2 almarhum ibu angkatnya dahulu Leony mendapat arahan dan pendidikan.
Setelah mendapatkan ijazah SLTA dia merantau ke kota. Namun kehidupan di kota tak seindah bayangannya, sangat jauh sekali dengan desa.
Di desa dia mendapat penghasilan dari ladang namun di kota dia harus bekerja lebih keras hanya untuk sekedar mencari makan.
Setelah 1 tahun bekerja, musibah dan penganiayaan tiba-tiba saja dia dapatkan. Dan berkat pertolongan dari Ningsih dia kini bisa menjalani kehidupan yang baru lagi.
Setelah menjalani operasi plastik wajah dan sebagian tubuhnya, operasi berjalan sangat baik dan wajahnya berubah 90%. Orang yang dulu mengenalnya sekarang tak mungkin dapat mengenali dirinya yang sekarang. Setelah melakukan operasi, Ningsih meminjamkan uang untuk modal awal bisnisnya.
Pertama-tama yang dilakukannya adalah mengolah lahan orang tua angkatnya di kampung.
Kampung yang sangat dirindukannya, hampir setahun dia meninggalkannya.
Dia juga teringat kekasihnya Nurin .
Setelah kejadian dia dibakar di gudang, dia tak bisa menemukan ponselnya lagi.
Leony bingung, apa yang akan dia katakan ke Nurin kekasihnya itu nanti, sedangkan wajahnya saja sekarang sudah berbeda.
Dia bingung harus bagaimana. Dan juga apa yang akan dikatakan tetangga dan teman-teman almarhum ibunya nanti. Dia menjadi sangat bimbang dan takut.
Dalam kegelisahannya, leony mengambil air wudhu dan mendirikan sholat. Sudah lama dia tidak sholat. Kali ini dia sholat dengan sangat khusyuk.
Selesai sholat hatinya menjadi sangat tenang. Dia mutuskan untuk pergi ke kampung besok.
Dia berharap di kampungnya nanti bisa membuat perekonomian menjadi berkembang. kampung halamannya, tempat dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Malam itu Leony tersisir nyenyak, belum pernah dia tidur senyenyak itu sejak dia mengalami trauma penganiayaan yang didapatnya.
Mungkin ini jalan yang Tuhan berikan, untuk membuatnya menjadi lebih kuat.
Di perjalanan menuju kampung halamannya senyumnya selalu menghiasi bibirnya.
Dia sudah memikirkan apa yang nanti akan dikatakannya kepada orang-orang nanti. Dia sudah memikirkannya, namun hanya pemikiran yang berdasarkan insting belaka.
Leony sendiripun sebenarnya tak pandai berbohong. Namun dia tak punya pilihan.
sesekali terlihat dia menarik nafas panjang. Perjalanan panjang, juga perjuangan yang masih sangat panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
🤗🤗
apakh ini jebakan
2022-10-12
0
🤗🤗
semoga rasa sakit itu lekas hilang
2022-10-12
0
Umi Syifa
😃😃😃😃
2022-04-24
0