Desa Makmur

Setelah segalanya menjadi semakin real. Kepuasan Leony tergambar jelas diwajahnya, setiap hari bahkan setiap jam dia memandang segala sesuatunya dengan senyuman, terlebih kepada Nurin. Lelaki yang sangat dicintainya itu selalu mendampinginya.

Di desa kecil ini, siapa sangka dia dapat mewujudkan keinginannya itu. Berawal dari ingin memiliki sebuah rumah di kota. Siapa sangka dia sekarang dapat membangun sebuah komplek perumahan.

Griya Makmur Residens.

Begitulah dia memasang plang nama kantor pemasarannya.

"Gimana mbak? Udah sip belum??" tanya Nurin 

"Ya, bagus kerja mu Rin," sahut Fira.

"Siapa dulu tukang nya."

"Kamu, dipuji dikit aja udah gede bajunya."

Nurin hanya tersenyum membalas perkataan Fira .

"Ngomong-ngomong adik kamu katanya mau kesini bantuin kamu?"

"Iya mbak, sebentar lagi dateng kayaknya mbak."

"Bagus deh kalo gitu, jadi kamu kerjanya ada yang bantuin."

"Iya mbak."

Tidak lama adik Nurin pun tiba di lokasi. Bian, adik Nurin sedikit berbeda dari Nurin yang lebih banyak diam. Adiknya sangat pintar bergaul dan bercanda. Leony paham betul karakteristik mereka berdua. Seharian Nurin dan Bian adiknya bekerja keras menyelesaikan bangunan kantor pemasaran.

Sangat indah, suatu pencapaian yang sangat indah di tahun ini. Dan sangat mengejutkan. Hanya itu yang selalu dikatakan Leony kepada Fira teman yang selalu mendampinginya.

"Melani, kamu belum ingin Nurin tau yang sebenarnya kalo kamu itu sebenarnya Leony?" tanya Fira.

"Nanti aja Fir, entah kenapa aku belum siap."

"Terus kapan siapnya?"

"Gak tau Fir, aku cuman ngikutin feeling aja."

"Sampai kapan? nanti Nurin keburu melupakan Leony loh. Laki-Laki itu putus satu tumbuh seribu."

"Iya Fir, gak tau kenapa rasanya kayak ingin ngikutin feeling aja."

"Yaaah, terserah kamu aja."

Malam hari, Leony memikirkan perkataan Fira. Hingga membuatnya agak sulit memejamkan mata malam itu.

******

Besok pagi, Leony ikut bercocok tanam di ladang. Meskipun dia membayar petani, dia tak sungkan langsung turun tangan.

Membuatnya mudah akrab dengan para pekerja, meskipun sebenarnya dia sudah sangat mengenali semua para pekerja itu.

Tak lupa juga Melani memetik sayuran segar yang sudah siap panen. Dia memetik untuk dimasak di rumah. Sangat tidak sabar rasanya memasak sayuran segar yang baru dipanen. Tak lupa juga dia memetik agak banyak untuk dibagikan kepada tetangganya.

Sudah sore, Leony bersiap untuk pulang dengan membawa banyak sayuran.

"Saya bantu mbak." Nurin mengejutkan.

"Loh, Mas Nurin mau kemana? Koq bisa ada di ladang?"

"Iya, saya juga bantu ibu di ladang tadi sebentar." ucapnya sambil mengangkat semua sayuran.

Sesampainya di rumah, Leony menyiapkan kopi dan mereka duduk di teras.

"Nih,kopinya. Diminum mas."

"Makasih mbak."

"Sama-sama jangan sungkan ya."

"Kopi buatan kamu enak, kayak Leony aja. Dia juga pinter bikin kopi."

Leony terkejut, tiba-tiba Nurin membahas tentang Leony.

"Ma-masa sih mas?"

"Iya, ngomong-ngomong suara kamu juga sama persis sama dia, tinggi badan kamu, agak gemukan juga." Nurin berkata sambil menyeruput kopinya dengan santai.

Dalam sikap santai Nurin dia tak memperhatikan sikap Leony yang gelagapan.

"A-apa iya sih mas??"

"Iya,serius. Kamu betah gak sih mbak tinggal di desa, di desa kan gak kayak di kota?"

Leony lega Nurin mengganti topik pembicaraan.

"Ya betah lah mas, di desa tuh adem. Gak kayak di kota, panas. Sumpek. Di sini pandangannya bagus, udara masih bersih. Apalagi ada kamu mas... makin adeeemmm," Leony tertawa kecil.

"Hahaha jangan gombal dong mbak, nanti kalo saya naksir mbak gimana dong pacar saya Leony, udah gak pulang-pulang lagi?" kata Nurin sambil menggaruk kepalanya.

"Hemmm ada yang kangen nih sama ceweknya."

"Iya dong mbak, makanya kalo nanti mbak dapat kabar dari dia, bilangin cepetan pulang. Nanti aku dijodohin sama ibu bapak ku." Nurin tertawa kecil.

"Emangnya ada yang lagi Deket sama kamu mas?"

"Kali aja ada,hahaha."

"Siapa,hayoo??"

"Mau tau aja apa mau tau banget mbak?"

"Nah, nanti aku bilangin mbak Leony loohh."

"Makanya, suruh Leony cepat pulang mbak Mela" Nurin kembali tertawa kecil.

"Iya iya, nanti saya kasih tau deh!"

"Ngomong-ngomong mbak belum jawab pertanyaan saya kemarin?"

"Pertanyaan apa mas?"

"Leony kerja apa sih mbak sebenarnya?"

"Ooh... Itu, sebenernya mbak Leony itu dipinjemin saham sama bos nya. Cuman, dia di suruh ngerjain ladang bosnya dulu di luar negeri mas"

"Ooh,gitu. Tapi koq buru-buru banget ya mbak. Kenapa gak tunggu dia pulang aja baru dia garap lahan disini?"

"Ya, itu sih kemauannya saya. Saya yang menyanggupi untuk langsung turun tangan tanpa mbak Leony."

"Ooh, begitu ya mbak, sekarang udah jelas kan kalo orang-orang nanya saya bisa jawab."

"Iya mas."

Lumayan lama mereka bercengkrama tak terasa sudah mulai petang, Nurin pun pulang. Dalam langkah mereka pulang. Terdapat kegalauan yang siapapun tak dapat menebaknya.

Sesampainya di rumah, Nurin menuju dapur dengan gontai. Mengambil piring makan dan duduk untuk makan.

"Dari mana Rin, koq lemes gitu?" tanya ibu

"Dari rumah bos buk."

"Gimana, belum ada kabar dari Leony ?"

"Belum buk," ucap Nurin lesu.

"Yang sabar ya nak."

"Iya buk."

"Besok kamu kerja lagi?"

"Kayaknya enggak buk, kerjaan cuma sedikit biar Bian aja yang kerjain."

"Besok bapakmu kerumah Mbah, jadi gak ada yang bantuin ibu angkat sayuran. Besok kamu bantu ibu ya!"

"Iya bukkk."

***********

Malam hari, Leony dan Fira memasak makan malam. Malam ini memasak sayur kangkung segar yang baru dipetik tadi sore. sedangkan lauknya mereka hanya beli 4 potong ayam bakar. Begitulah keasyikan mereka berdua. Selesai makan di meja makan mereka asyik bermain handphone.

"Fir, rumah ini haruskah di renovasi lagi menurut kamu?"

"Emmm, gimana ya? kalo aku sih gak pilih-pilih sebenernya. cuman, apa salahnya sih rumahnya dibikin lebih kuat aja. Tiang-tiangnya, terus lantainya juga di keramik biar lebih bersih. rumah inikan kecil, jadi biayanya juga gak seberapa."

"Nanti aku minta mas Nurin kerjain lagi ya?" ucap Leony santai

tapi Fira meliriknya dengan lirikan meledeknya.

Leony menyadari reaksi Fira.

"Gak jadi deh suruh mas Nurin, adeknya si Bian juga boleh koq, kenapa mesti mas Nurin?" ucap Leony sambil memainkan handphone nya.

"Gak cukup kalo cuma chat kan, mau telpon juga malu, emang lu siapa??"

ucap Fira sambil beranjak pergi.

Leony tersenyum malu kalo sedari tadi Fira sudah tahu dia selalu mengirimi Nurin pesan chat.

malam yang dingin, membuat Fira cepat-cepat tarik selimut dan Leony mengerjakan sholat isya yang sedikit terlambat.

Setelah itu mereka memainkan handphone sebelum benar-benar tertidur pulas.

Tak lupa sesekali Leony memperhatikan tulisan Fira. sketsa kasar yang digambar oleh Fira. Lama-lama membuat Leony kagum dengan bakat yang dimiliki Fira. padahal mereka seumuran, tapi seakan-akan Fira jauh lebih berpengalaman tentang segalanya.

Leony hanya memandang punggung Fira yang tertidur di ranjang sebelah.

Dia penasaran tentang kehidupan Fira. suatu saat nanti dia ingin bertanya mengenai hal itu.

Dan dia sangat bersyukur kepada Tuhan sudah mengirimkan sosok-sosok malaikat yang membantunya melewati kehidupannya selama ini. Orang-orang disampingnya sungguh adalah suatu anugrah terindah.

Malam itu, mereka berdua tertidur dengan lelap .

Episodes
1 Gadis Malang
2 Malaikat Penolong
3 Kembali ke Kampung Halaman
4 Desa Makmur
5 Kegalauan
6 Bertemu Kembali
7 Hati yang Tersakiti
8 Bunuh Diri
9 Kepergian Leony
10 Sendirian
11 Pekerja Keras
12 Suasana Baru
13 Pernikahan
14 Suami Istri
15 Anjar
16 Pulang
17 Ganjaran
18 Risih
19 Rencana Liburan
20 Zahra
21 Terjatuh
22 Ikhlas
23 Si Mulut Pedas
24 Keputusan
25 Kasih Sayang Ayah
26 Perpisahan
27 Rindu
28 Keluarga Adam
29 Masa Depan
30 Ramadhan
31 Kesibukan
32 Pertunangan
33 Pernikahan Bian
34 Kehidupan Setelah Menikah
35 Tagihan
36 Ingin Pulang
37 Obat
38 Bagian
39 Hadiah dari Ibu Mertua
40 Dress Pink Fanta
41 Tamu Istimewa
42 Ada Apa?
43 Perubahan
44 Kejutan....!
45 Kasir itu...?
46 Noda Pink
47 Memendam
48 Grand Opening
49 Kepergian
50 Resah
51 Lupa
52 Angin Puting Beliung
53 Kedatangan Adam
54 Hunian
55 Terendus
56 Apartemen
57 Tes Pack Beda Warna
58 Curiga
59 Anak CEO
60 Faisal
61 Sampai di Sini
62 Menyebalkan
63 Liburan Adam
64 Mantan
65 Bangkai Tercium Juga
66 Ledakan
67 Melahirkan
68 Kehadiran Baby Boy
69 Tolong !
70 Pilihan
71 Kunjungan Hangat
72 Babak Belur
73 Pilihan Untuk Adam
74 Pertemuan dengan Rizka
75 Di Selamatkan
76 Tanpa Adam
77 Tamu Tak di Undang
78 Pernikahan Adam
79 Sampai Kapan?
80 Lamaran Nurin
81 Takdir Gadis Desa
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Gadis Malang
2
Malaikat Penolong
3
Kembali ke Kampung Halaman
4
Desa Makmur
5
Kegalauan
6
Bertemu Kembali
7
Hati yang Tersakiti
8
Bunuh Diri
9
Kepergian Leony
10
Sendirian
11
Pekerja Keras
12
Suasana Baru
13
Pernikahan
14
Suami Istri
15
Anjar
16
Pulang
17
Ganjaran
18
Risih
19
Rencana Liburan
20
Zahra
21
Terjatuh
22
Ikhlas
23
Si Mulut Pedas
24
Keputusan
25
Kasih Sayang Ayah
26
Perpisahan
27
Rindu
28
Keluarga Adam
29
Masa Depan
30
Ramadhan
31
Kesibukan
32
Pertunangan
33
Pernikahan Bian
34
Kehidupan Setelah Menikah
35
Tagihan
36
Ingin Pulang
37
Obat
38
Bagian
39
Hadiah dari Ibu Mertua
40
Dress Pink Fanta
41
Tamu Istimewa
42
Ada Apa?
43
Perubahan
44
Kejutan....!
45
Kasir itu...?
46
Noda Pink
47
Memendam
48
Grand Opening
49
Kepergian
50
Resah
51
Lupa
52
Angin Puting Beliung
53
Kedatangan Adam
54
Hunian
55
Terendus
56
Apartemen
57
Tes Pack Beda Warna
58
Curiga
59
Anak CEO
60
Faisal
61
Sampai di Sini
62
Menyebalkan
63
Liburan Adam
64
Mantan
65
Bangkai Tercium Juga
66
Ledakan
67
Melahirkan
68
Kehadiran Baby Boy
69
Tolong !
70
Pilihan
71
Kunjungan Hangat
72
Babak Belur
73
Pilihan Untuk Adam
74
Pertemuan dengan Rizka
75
Di Selamatkan
76
Tanpa Adam
77
Tamu Tak di Undang
78
Pernikahan Adam
79
Sampai Kapan?
80
Lamaran Nurin
81
Takdir Gadis Desa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!