Sesampainya di kampung, dia sudah memikirkan semuanya. Apapun akan dia hadapi sekarang. Dia pulang ke gubuknya yang sudah reot. Dia membersihkan seluruh rumah.
"Assalamu'alaikum, Ndook Ndook kamu sudah pulang to ndok?"
Leony kaget dan bingung, dia mengenali suara itu, suara bude Sum.
"Maaf bude, bude cari mbak Leony ya?"
Orang tua itu sangat kebingungan karena yang dilihatnya bukan Leony.
"Ini bukan dek Leony ya, terus siapa ini ya? dek leony nya mana?" tanya bude Sum berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Jawa yang sangat kental.
"Bude, Kenalin saya Melani saya temennya mbak leony. Saya sedang membantu mbak Leony untuk sedikit urusan di sini. Tapi sayang, mbak Leony gak bisa datang kesini karena sibuk kerja."
"Ooh... Begitu?"o. Bude sum masih terheran-heran dan duduk di kursi yang ada disampingnya.
Lama mereka berdua mengobrol, rasanya ingin Leony memeluk orang tua yang sangat perhatian dengannya itu.
Ingin rasanya dia menceritakan semua keluh kesah dan perjalannya di kota selama ini. Sesekali, Leony berkaca-kaca memperhatikan bude sum bercerita dan bercanda dengannya.
Untuk saat ini dia tidak bisa menceritakan semuanya, tidak semua yang dialaminya semua orang harus tahu.
Leony juga meminta tolong kepada bude sum, untuk menceritakan jika ada yang bertanya tentang dirinya Melany ditugaskan Leony untuk mengelola ladang peninggalan ibunya.
Dia berencana untuk membangun perumahan di sekitar desanya nanti, namun dia memilih lokasi yang sudah tidak dapat ditanam lagi alias tandus. Dia membeli beberapa hektar tanah untuk kemudian dibangun perumahan.
Sudah 2 hari di desa, Nurin kekasih Leony yang mendengar kabar seseorang menempati rumah Leony, dengan sigap mendatangi Leony.
Dengan kecewa Nurin tak dapat menemukan Leony disana.
"Maaf mbak, Leony nya kenapa gak ikut pulang ke sini ya?"
Leony sangat bingung harus jujur atau berbohong saja.
"Em, sebenarnya mas emmmm." Leony sangat bingung harus berkata apa.
"Sudah lebih dari sebulan kami kehilangan kontak mbak, saya sangat khawatir saya takut terjadi apa-apa. Tapi melihat mbak disini disuruh sama Leony mengelola miliknya yang ada d kampung ini. Mungkin dia gak mau pulang kerumahnya lagi."
Leony faham dengan maksud Nurin . Yang dia maksud bukan 'gak mau pulang kerumah lagi' tapi 'tak mau menemui dia lagi'.
Sakit sekali mendengar Nurin berkata seperti itu rasanya .
"Kalo begitu saya pamit pulang dulu mbak, permisi."
Nurin berbalik pulang.
"Mas tunggu."
"Iya mbak, ada apa?"
Nurin agak heran dengan Melani.
"Emm Mas, anu itu kmaren mbak Leony pesen, katanya kalo mas Nurin nyariin mbak Leony, mbaknya lagi diluar negeri."
"Di-di luar negeri?? Luar kota mungkin mbak??"
"I-iya mas luar negeri. Mbak Leony dapat kerjaan di sana."
"Apa iya mbak?"
"Iii-iyaa masss tapi gak lama koq, cuma 6 bulan."
"Yang bener mbak??? Leony gak pernah bilang tuh mau kerja sampai ke luar negeri."
"Iyaa mas, karena ini tu dadakan banget katanya mbak Leony juga sudah coba hubungin mas, tapi sinyalnya susah."
"Masa iya sih mbak?"
"Iyaaa mas." Leony alias Melani tersenyum kecut .
"Katanya kalo udah selesai kerjaannya langsung pulang ke kampung mas!"
"Ooh, begitu. Yaudah makasih kamu sudah kasih tau saya,kalo begitu saya pamit dulu. Gak enak sama tetangga kelamaan ngobrol.
"Iya mas."
"Yasudah, saya permisi ya." Nurin berbalik.
"Mas, tunggu!"
"Iya mbak?"
"Saya mau minta tolong kalo boleh?"
"Iya mbak, minta tolong apa ya?"
"saya gak tau nih harus minta tolong sama siapa, mas bisa cariin saya tukang gak? buat pasang seng kamar mandi. atau mungkin kalo mas bisa nukang saya minta tolong sama mas aja."
"Iya mbak, boleh-boleh. Besok saya kesini lagi."
"beneran nih mas??"
"iya mbak nanti saya yang nukang, kebetulan saya juga lagi belum ada kerjaan nih."
"Alhamdulillah makasih banyak kalo gitu ya mas, saya tunggu besok ya."
"sama-sama mbak, saya pamit pulang dulu."
Malam hari, suasana desa sangat sepi. Sangat berbeda dengan di kota. Leony memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya nanti, tidak mungkin dia terus menerus menyembunyikan identitasnya. Lama kelamaan orang lain bisa saja curiga. Dia juga sangat mencintai Nurin . Apakah nanti yang akan dikatakannya kepada Nurin nantinya.
Dia melirik tas abu-abu yang nampak jelas antara tumpukan barang-barangnya. Tas itu berisi banyak uang yang dibutuhkannya nanti.
Dia sengaja meminjam uang sebagian secara cas karena kampungnya jauh dari bank dan ATM . Dan dia juga masih gelagapan untuk menggunakan kartu ATM .
Leony tidur dalam fikirannya yang masih berkecamuk.
Besok pagi, Nurin sudah tiba di rumah. Leony menyerahkan uang untuk belanja keperluan perbaikan rumah.
"Tolong ya mas!" Leony menyodorkan beberapa helai uang kertas.
"Siap mbak."
Nurin berbalik ke sepeda motornya untuk membeli bahan bangunan.
Senang rasanya bisa melihat Nurin lagi hari ini.
Dia memang laki-laki yang sangat dapat diandalkan, selain sikapnya yang tenang,tidak banyak bicara, sebagai kuli bangunan biasa dia bekerja dengan profesional.
Namun Leony harus bergegas pergi untuk menyelesaikan pembelian lahan. Jadi tak bisa lama-lama memandang kekasih yang sangat dirindukannya setiap hari itu.
Proses pembelian lahan memerlukan waktu lama. Namun Leony menjalaninya dengan sabar dan telaten. Dibantu asisten Ningsih, Fira .
Fira bekerja dengan sangat profesional. Dia juga tinggal di rumah Leony untuk sementara.
Dan sebentar lagi semua keinginan Leony akan terealisasi. Dia menghirup nafas lega. Andaikan, ibu nya sekarang masih ada. Menyaksikan semua ini...
"Mbak." Nurin mengagetkan lamunan Leony
"Ah,iya??"
"Sudah selesai mbak, saya pulang dulu."
Nurin telah selesai mengerjakan pekerjaannya.
"Sini dulu mas, kita ngobrol dulu."
Nurin duduk di kursi depan Leony.
"Mbak Fira nya mana ya mbak?"
"Koq nyari mbak Fira sih mas?"
"Enggak soalnya gak kelihatan dari tadi pagi."
"Dia ke kota tadi siang, sebentar lagi juga datang koq, kamu sudah makan?"
"Udah mbak."
"Kalo belum makan dulu dibelakang tadi saya masak."
"Iya mbak, sudah.mkasih mbak."
Tiba tiba bulek Inah datang.
"Dek Melani, kamu baru beberapa Minggu disini sudah banyak perubahan ya."
Leony terheran.
"Iya bulek, biar gimanapun rumah ini kan harus tetap diperbaiki supaya tetap awet."
"Bukan rumahnya yang saya maksud, kamu datang kesini ngaku disuruh dek Leony, kamu disini menempati rumah ini dan membeli tanah berhektar-hektar. Memangnya apa sih kerja nya Leony koq bisa bayar dan suruh kamu seperti ini?!"
Degh!
Inilah pertanyaan yang paling dihindari dan ditakuti Leony.
"Begini bulek, Leony sekarang sudah sukses. Saya cuma partner kerja dia saja. Beberapa bulan lagi Leony akan kembali kesini."
"Sebenernya saya gak percaya sama semua omongan kamu Melani."
"Maksud bulek apa ya?"
"Saya takutnya kamu mencuri lahan milik peninggalan almarhum ibu Leony. Setahu saya Leony itu kerja di kota. Kalo dia pulang lihat rumahnya ditempati kamu dan lahannya di garap kamu bisa kena masalah nanti!"
"Bulek, bulek tenang saja saya bukan pencuri. Apa yang saya katakan benar adanya."
"Bukan apa-apa dek Melani, saya ini juga temannya ibu Leony. Saya khawatir harta peninggalan almarhum dikelola sama orang yang tidak dikenal, rumah beliau juga direnovasi sebagus ini. Saya takut ada oknum-oknum yang bermain dibalik layar dek!"
"Gak papa bulek, bulek tenang saja saya berkata jujur. Bulek gak perlu khawatir soal itu." Bulek Inah pulang setelah mengatakan apa yang ingin dikatakannya . Inilah yang aku khawatirkan.
"Mbak maaf, sebenarnya Leony kerja apa sih mbak? Koq bisa dia melakukan semua ini. Sementara terakhir kmi berkomunikasi, dia bilang dia cuma kerja di swalayan."
Mendengar ucapan Nurin seperti menambah fikiran Leony.
"Mas, sebenarnya...."
Breemmmm
Mobil Fira datang, membuat Leony menghentikan perkataannya.
Fira datang menenteng kiri kanan penuh jajan dan mkaanan "Ini, makan aja.Aku beli dijalan tadi." Fira meninggalkan semua yang ditentengnya di meja.
Suasana hening seketika.
"Kamu tadi mau bilang apa mbak ?"
Leony semakin canggung
"Enggaak mas, gak jadi. Besok aja."
Nurin menjadi curiga, sejak awal pertemuannya Nurin memperhatikan cara bicara Melani yang seakan akan menyimpan suatu rahasia.
"Mas, saya mau tanya."
"Iya mbak, nanya apa ya?"
"Kalo proses jual beli lahan sudah selsai, dan proyek perumahan sudah siap. Kamu mau kan jadi asisten diplover saya? kamu kan faham tentang arsitek dan bangunan."
"Maaf mbak, saya cuma kuli bangunan biasa. Saya gak faham arsitek atau apalah itu namanya. Apa mbak gak punya kenalan lain?"
"Saya gak punya kenalan mas, saya juga baru pertama menjalankan usaha seperti ini."
Nurin menjadi semakin curiga terhadap Melani.
"Saya minder mbak. Tapi kalo mbak perlu bantuan, saya bisa bantu dikit-dikit mbak."
Mendengar perkataan Nurin seperti itu membuat Leony menjadi sumringah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
🤗🤗
injeh mbok.
2022-10-12
0