Bab 2 Ocehan Mertua

Saat menjelang siang hari, ibu mertuanya datang seperti apa yang dikatakan oleh Apandi tadi malam. Dia datang ke rumah anaknya jika akan mengambil uang bulanan yang selalu Apandi sisihkan dari uang gajinya. Sebenarnya Amanda tidak masalah jika suaminya itu selalu memberi uang pada ibu mertuanya. Akan tetapi, terkadang Amanda merasa tidak adil karena dia hanya diberi uang 50 ribu untuk jatah hariannya.

Setiap kali berkunjung ke rumah anaknya, selalu saja ada yang dikomentari oleh Bu Sopiah, ibunya Apandi. Entah itu tentang kedua anaknya yang rewel, entah itu tentang rumahnya yang terlihat berantakan. Bahkan soal penampilan Amanda pun, dia tidak segan untuk berkomentar. Seperti hari ini, Bu Sopiah terlihat tidak suka melihat penampilan Amanda.

"Manda, kamu itu istri jaksa! Masa pakai bajunya hanya daster begini, lihat tuh istrinya Pak Mantri Amir! Meski sudah berumur tapi selalu modis, mengikuti trend masa kini," cela Bu Sopiah.

Amanda hanya tersenyum menanggapi omongan ibu mertuanya, sedikit pun dia tidak ingin menyanggahnya. "Iya, Bu!" sahut Amanda.

"Tetangga ibu juga ada yang masih muda seperti kamu, dia punya anak balita tapi selalu berpenampilan modis, ditambah dia juga punya penghasilan sendiri tidak seperti kamu yang hanya mengandalkan uang gaji suami. Coba kamu tuh belajar berjualan apa kek yang sekiranya menghasilkan uang. Jangan mengandalkan suami terus," cerocos Bu Sopiah seperti kereta api yang tidak mengenal rem saat sudah berjalan.

"Manda juga ingin kerja lagi seperti dulu, Bu! Tapi kata Mas Pandi, gak ada yang jagain anak." Amanda merasa pusing kalau ibu mertuanya sudah datang berkunjung ke rumahnya. Mulut lemesnya selalu tidak bisa di rem.

"Ya makanya kamu usaha sampingan yang sekiranya bisa sambil menjaga anak," sanggah Bu Sopiah.

"Iya, Bu! Nanti Manda bicarakan dengan Mas Pandi," ucap Amanda pasrah dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya.

"Kalau kamu berpenampilan seperti ini terus, jangan salahkan anakku jika mendua!" ketus Bu Sopiah.

Degh!

Jantung Amanda mendadak berdetak lebih cepat dari biasanya. Kenapa tiba-tiba mertuanya bicara seperti itu, apa mungkin suaminya memang sudah memiliki yang lain di hatinya.

"Ibu, kenapa bicara seperti itu? Apa Ibu tahu kalau Mas Pandi punya simpanan?" tanya Amanda kaget.

"Ya mana Ibu tahu! Ibu bilang kan seandainya," ralat Bu Sopiah.

Tak lama kemudian, datang Kia yang baru pulang bermain bersama anak tetangga rumahnya, dia terlihat senang saat melihat neneknya.

"Nenek, kapan datang?" tanya Kia lalu mencium punggung tangan neneknya.

"Ya ampun Kia, kenapa dekil sekali? Apa bunda kamu tidak bisa merawat anak dengan baik sampai kamu jadi kurus dekil seperti tidak terurus," cerocos Bu Sopiah seraya membolak-balikkan badan Kia.

Astaga Ibu! Apanya yang dekil? Kalau kurus memang iya karena Kia susah makan, batin Amanda.

Amanda lagi-lagi hanya bisa mengelak ucapan mertuanya itu di dalam hati, dia tidak pernah berani membantah apa yah dikatakan oleh ibu mertua ataupun suaminya.

"Oh, iya Ibu! Mas Pandi nitip uang, katanya untuk kuliah Dimas." Amanda langsung mengalihkan pembicaraan, karena biasanya kalau sudah mendapatkan uang, mertuanya pasti langsung pulang.

Saat dulu Amanda masih bekerja, mertuanya itu baik pada Amanda. Tidak pernah bicara menyinggung perasaannya, tapi semenjak berhenti kerja karena memiliki anak, mertuanya itu terkadang bicara tidak pernah dipikir dulu.

"Oh! Berapa yang dititipkan Pandi untuk Ibu," Bu Sopiah mulai menurunkan nada bicaranya saat mendengar kata uang.

"Dua juta, Bu! Nanti aku ambilkan dulu!" ucap Amanda seraya beranjak pergi masuk ke dalam kamarnya.

"Kenapa sedikit sekali, Manda? Uang segitu hanya cukup untuk bayar kuliah Dimas saja, lalu untuk ibunya mana?" tanya Bu Sopiah yang malah mengikuti Amanda ke kamarnya.

"Astagfirullah! Ibu bikin aku kaget saja! Ibu tunggu dulu sambil menjaga Kia, Azka sedang tidur, Bu! Takut terganggu kalau berisik," dalih Amanda saat melihat mertuanya itu akan mengikutinya masuk ke kamar.

Setelah mendapatkan uangnya, Bu Sopiah pun pamit pulang pada Amanda.

***

Sementara di lain tempat, Apandi diajak rekan kerjanya untuk membeli alat tulis untuk kebutuhan kantor sekalian mereka makan siang di sebuah Mall terbesar di kota itu.

Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, mereka pun memutuskan untuk makan siang di restoran Solaria yang tidak jauh dari toko buku tempat tadi mereka berbelanja.

Apandi dan temannya Roni sudah memesan makanan, sampai datang dua orang gadis cantik menghampirinya. Terlihat mereka memakai seragam kerja dengan rok span setengah paha dan baju slim fit yang memperlihatkan lekuk tubuh kedua gadis cantik itu.

"Udah lama, Mas?" tanya Siska pada Roni yang menjadi pacarnya, "oh, iya kenalin ini temanku Citra," lanjutnya.

Apandi pun bersalaman dengan Citra karena dengan Siska dia sudah mengenalnya.

"Apandi!"

"Citra!"

Cantik juga nih cewek, body-nya itu wow banget. Kalau aku jadiin simpanan, kira-kira dia mau gak ya? batin Apandi

Apandi terus menatap Citra, sepertinya dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang SPG produk kecantikan di Mall itu.

Obrolan mereka pun berlanjut begitu hangat sampai keduanya saling bertukar nomor handphone.

Setelah selesai acara makan siangnya, Apandi dan temannya kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Citra gimana, Mas? Cantik kan?" tanya Roni.

"Iya, dia cantik! Wajah dan badannya juga terawat!" jawab Apandi dengan tersenyum simpul.

***

Hari pun terus berlalu, kini Amanda sudah bersih dan rapi untuk menyambut kedatangan suaminya, dia sengaja membeli sayur dan lauk dari warung nasi karena tadi anaknya rewel sehingga tidak sempat untuk memasak.

Apandi pulang dengan muka kusut, sepertinya dia sedang ada masalah di kantornya. Dia hanya melihat ke arah Amanda sekilas saat tadi istrinya itu menyambut kepulangannya.

Saat dia di meja, kekesalannya memuncak karena Amanda lupa membeli kerupuk untuk teman makan suaminya, ditambah rasa masakannya berbeda dengan yang biasa dia makan.

"Manda kerupuknya mana? Ini lagi rasanya gak enak begini? Kamu tuh seharian hanya di rumah tidak sempat untuk memasak sampai harus beli ke warung nasi," sungut Apandi.

"Maaf, Mas! Tadi Azka rewel ingin di gendong terus, dia nangis kalau aku ajak ke dapur katanya takut," kilah Amanda yang masih menggendong anak bungsunya.

"Alasan saja kamu! Bilang saja kamu tidak ingin menyiapkan makanan untukku! Aku tuh heran sama kamu, rawat tubuh gak bisa, masak juga malas, kerjaan kamu apa selama aku kerja? Teman kerja Mas di kantor semuanya pintar merawat tubuh, tidak seperti kamu yang semakin hari semakin dekil. Pakai baju juga hanya yang itu-itu saja. Memangnya kamu tidak punya baju lain selain baju daster?" Apandi seperti emak-emak komplek yang bicaranya nyerocos lupa ngrem.

Selalu saja begitu, membandingkan aku dengan rekan kerjanya. Mereka bisa ke salon karena di beri uang untuk perawatan dari suaminya. Itu lagi, kenapa Azka takut saat aku ajak ke dapur? Mungkin besok aku harus minta tolong sama Pak Ustadz, batin Amanda.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Sunarti

Sunarti

mertua aja perilakunya gak baik setelah Amanda gak kerja ternyata jelek hati hati nya apalagi dng perlakuan Apandi yg makin lama slalu buat keributan hanya karna mslh sepele keduanya sama busuknya

2023-09-16

1

Revina Darajati

Revina Darajati

punyaa suami cm mau cakep luarnyaa aja..kacau..digoda dikit Langsung tergoda

2023-02-25

1

DEWI PERTIWI

DEWI PERTIWI

mertuaa bangkeeee

2023-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Mungkin bosan
2 Bab 2 Ocehan Mertua
3 Bab 3 Mulai berbenah diri
4 Bab 4 Ke Salon
5 Bab 5 Berharap pujian suami
6 Bab 6 Mulai Curiga
7 Bab 7 Terbongkar
8 Bab 8 Semakin menjadi
9 Bab 9 Sebaiknya Melepaskan
10 Bab 10 Pilih aku atau dia?
11 Bab 11 Cerai
12 Bab 12 Awal yang baik
13 Bab 13 Konveksi rumahan
14 Bab 14 Join
15 Bab 15 Banyak Duit
16 Bab 16 Reuni
17 Bab 17 prospek
18 Bab 18 Kerjasama
19 Bab 19 Harta Gono Gini
20 Bab 20 Gosip
21 Bab 21 Bertemu Mantan
22 Bab 22 Saat hujan
23 Bab 23 Takdir
24 Bab 24 Duda
25 Bab 25 Bertemu Mantan Istri
26 Bab 26 Anak
27 Bab 27 Kesiangan
28 Bab 28 Rujuk?
29 Bab 29 Rencana pindahan
30 Bab 30 Bertemu Rival Cinta
31 Bab 31 Pindah
32 Bab 32 Pernikahan plus Lamaran
33 Bab 33 Meminta restu
34 Bab 34 Resmi
35 Bab 35 Figur Seorang Ayah
36 Bab 36 Bertemu Calon Mertua
37 Bab 37 Percayalah padaku!
38 Bab 38 Pemilik
39 Bab 39 Makan Siang
40 Bab 40 Pengkhianat dikhianati
41 Bab 41 Terpuruk
42 Bab 42 Maafkan Ayah
43 Bab 43 Shopping
44 Bab 44 Menikah
45 Bab 45 Tobat
46 Bab 46 Buka Puasa
47 Bab 47 Pamit
48 Bab 48 Tendangan Citra
49 Bab 49 Hukuman orang jahat
50 Bab 50 Ibu Kena Stroke
51 Bab 51 Hasutan Melani
52 Bab 52 Pencuri
53 Bab 53 Kematian Citra
54 Bab 54 Berbeda
55 Bab 55 Langit Putraku!
56 Bab 56 Sebar Benih
57 Bab 57 Permintaan Langit.
58 Bab 58 Periksa Kandungan
59 Bab 59 Terlihat Sempurna
60 Bab 60 Kedatangan Melissa
61 Bab 61 Mencari Bukti
62 Bab 62 Rama Ngidam
63 Bab 63 Pelukan Langit
64 Bab 64 Pesta Kemenangan
65 Bab 65 Ikhlas Memaafkan
66 Bab 66 Melisa Insyaf
67 Bab 67 Akibat Kesalahan
68 Bab 68 Welcome Baby Boy
69 Bab 69 Pesan Terakhir Apandi
70 Bab 70 Memaafkan (End)
71 Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
72 Promo Janda Sebelum Menikah
73 Promo Simpanan Abang Angkat
74 Promo Mainan CEO Arogant
75 Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1 Mungkin bosan
2
Bab 2 Ocehan Mertua
3
Bab 3 Mulai berbenah diri
4
Bab 4 Ke Salon
5
Bab 5 Berharap pujian suami
6
Bab 6 Mulai Curiga
7
Bab 7 Terbongkar
8
Bab 8 Semakin menjadi
9
Bab 9 Sebaiknya Melepaskan
10
Bab 10 Pilih aku atau dia?
11
Bab 11 Cerai
12
Bab 12 Awal yang baik
13
Bab 13 Konveksi rumahan
14
Bab 14 Join
15
Bab 15 Banyak Duit
16
Bab 16 Reuni
17
Bab 17 prospek
18
Bab 18 Kerjasama
19
Bab 19 Harta Gono Gini
20
Bab 20 Gosip
21
Bab 21 Bertemu Mantan
22
Bab 22 Saat hujan
23
Bab 23 Takdir
24
Bab 24 Duda
25
Bab 25 Bertemu Mantan Istri
26
Bab 26 Anak
27
Bab 27 Kesiangan
28
Bab 28 Rujuk?
29
Bab 29 Rencana pindahan
30
Bab 30 Bertemu Rival Cinta
31
Bab 31 Pindah
32
Bab 32 Pernikahan plus Lamaran
33
Bab 33 Meminta restu
34
Bab 34 Resmi
35
Bab 35 Figur Seorang Ayah
36
Bab 36 Bertemu Calon Mertua
37
Bab 37 Percayalah padaku!
38
Bab 38 Pemilik
39
Bab 39 Makan Siang
40
Bab 40 Pengkhianat dikhianati
41
Bab 41 Terpuruk
42
Bab 42 Maafkan Ayah
43
Bab 43 Shopping
44
Bab 44 Menikah
45
Bab 45 Tobat
46
Bab 46 Buka Puasa
47
Bab 47 Pamit
48
Bab 48 Tendangan Citra
49
Bab 49 Hukuman orang jahat
50
Bab 50 Ibu Kena Stroke
51
Bab 51 Hasutan Melani
52
Bab 52 Pencuri
53
Bab 53 Kematian Citra
54
Bab 54 Berbeda
55
Bab 55 Langit Putraku!
56
Bab 56 Sebar Benih
57
Bab 57 Permintaan Langit.
58
Bab 58 Periksa Kandungan
59
Bab 59 Terlihat Sempurna
60
Bab 60 Kedatangan Melissa
61
Bab 61 Mencari Bukti
62
Bab 62 Rama Ngidam
63
Bab 63 Pelukan Langit
64
Bab 64 Pesta Kemenangan
65
Bab 65 Ikhlas Memaafkan
66
Bab 66 Melisa Insyaf
67
Bab 67 Akibat Kesalahan
68
Bab 68 Welcome Baby Boy
69
Bab 69 Pesan Terakhir Apandi
70
Bab 70 Memaafkan (End)
71
Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
72
Promo Janda Sebelum Menikah
73
Promo Simpanan Abang Angkat
74
Promo Mainan CEO Arogant
75
Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!