Sepulang dari Mall, Amanda membereskan rumahnya yang terlihat berantakan bekas Apandi makan kacang di ruang televisi. Dia juga merasa kaget karena seprai kamarnya terlihat berantakan. Merasa kesal karena rumahnya menjadi berantakan, membuat Amanda lupa dengan apa yang dikatakan Tania saat tadi di mall. Apalagi si bungsu rewel karena saat tadi turun dari mobil Tania, tidurnya terganggu.
Amanda pun langsung membereskan rumahnya seraya menggendong Azka yang tidak mau diturunkan dari gendongannya. Di saat dia sedang membereskan rumah, terdengar bunyi handphone yang dia simpan di dalam tas yang tadi dipakai ke mall.
Amanda langsung menggulir tombol hijau saat terlihat nama suaminya yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo, Assalamu'alaikum." Amanda langsung mengucap salam duluan setelah panggilan telepon tersambung.
"Wa'alaikumsalam. Manda, Mas mungkin pulang telat karena ada kasus yang Mas urus," uap Apandi di seberang sana.
"Loh, Bukannya hari ini libur? Kenapa ke kantor?" tanya Amanda heran.
"Tadi ada tugas dadakan dari atasan, kan lumayan nanti bonusnya. Ya sudah, Mas mau lanjut kerja lagi. Assalamu'alaikum." Apandi langsung menutup teleponnya tanpa menunggu Amanda menjawab salamnya.
"Wa'alaikumsalam," lirih Amanda.
Amanda melanjutkan kembali pekerjaannya sampai terdengar suara adzan ashar barulah semua pekerjaannya beres.
Ibu dari dua orang anak itu, memilih untuk segera membersihkan dirinya. Biasanya saat suaminya bilang pulang telat, saat adzan magrib pasti sudah pulang. Selesai mandi, Amanda mematutkan diri di depan kaca besar yang sengaja dia pasang di kamarnya. Dilihatnya , model rambut baru yang dia pilih dengan model segi layer. Dia menepuk-nepuk pipinya yang terasa kenyal dan terlihat kinclong.
Benar kata orang duit bisa membeli segalanya. Wajahku yang terlihat kusam kini jadi kinclong. Semoga saja Mas Pandi jadi kembali lagi seperti dulu, batin Amanda.
Amanda terlihat gelisah karena sudah Magrib tapi suaminya belum pulang juga. Amanda pun memilih untuk menidurkan kedua anaknya lebih awal. Mengingat keduanya tidak tidur siang dengan benar, karena mereka hanya tertidur saat tadi di mobil.
Selepas Isya, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumahnya. Dia yakin pasti itu suaminya yang baru datang. Amanda segera membuka pintu depan rumahnya untuk menyambut kedatangan suaminya sekaligus ingin memperlihatkan penampilan barunya.
"Manda, kenapa kamu tidak menutup pintu gerbang rumah? Kalau ada maling masuk bagaimana? Ceroboh sekali!" Bukannya memberi salam, Apandi langsung memarahi Amanda karena pintu gerbang tidak dia tutup bekas tadi Tania mengantarnya.
"Maaf, Mas! Aku kelupaan, tadi sepulang dari rumah Tania, Azka rewel karena tidurnya terganggu," terang Amanda.
"Alasan saja kamu! Apa kamu habis memasukkan lelaki ke rumah?" tuduh Apandi.
"Astagfirullah, Mas! Kalau ngomong suka asal, Meski uang belanja yang Mas kasih kurang, tapi aku tidak pernah berpikir untuk selingkuh. Karena setahuku jika seorang istri suka berselingkuh, hari tuanya akan sengsara dan aku tidak mau seperti itu."
"Halah kamu tuh pinter ngeles! Lalu dari mana kamu mendapatkan uang untuk pergi ke salon dan beli baju baru? Potong rambut modelnya kho begini? Ini lagi, beli baju yang gombrong gini. Kolot banget sih selera kamu! Memang kamu gak bisa pilih baju yang ketat, yang terlihat seksih" hina Apandi yang membuat hati Amanda seperti ditusuk ribuan jarum.
"Mas, kenapa bicaranya sangat keterlaluan? Aku sengaja mengambil uang tabunganku agar terlihat cantik di depanmu. Kenapa kamu malah menghinaku? Bukankah dari pertama kita kenal, aku tidak pernah memakai baju seksih seperti apa yang kamu katakan. Kenapa sekarang kamu mempermasalahkannya?" Amanda sangat kesal karena bukannya mendapatkan pujian dari suaminya, dia malah mendapatkan hinaan.
Mendengar apa yang dikatakan istrinya, Apandi jadi tidak bisa menjawabnya. Memang benar apa yang istrinya katakan. Sedari awal mereka bertemu, Amanda memang tidak pernah memakai baju yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Dia selalu memakai baju yang terlihat sopan meskipun belum sesuai dengan syariat agama yang dianutnya.
"Sudahlah, Mas capek mau mandi. Suami datang bukannya disediakan apa kek, malah diajak berantem," sungut Apandi langsung berlalu pergi ke kamar mandi. Dari sebelum pulang ke rumah dia memang sudah merasa kesal karena acara kuda-kudaan terganggu. Saat tadi atasannya menelpon untuk membereskan kasus yang tidak kelar-kelar. Sehingga dia terpaksa pergi ke kantor padahal dia main baru setengah jalan.
Sementara Amanda hanya menghela napas dalam, dia masih berharap suami yang dicintainya akan kembali seperti dulu lagi.
Setelah Apandi selesai mandi dan makan, dia pun pergi ke teras rumahnya untuk menghisap sebatang benda bernikotin seraya memainkan handphone.
Amanda datang dengan nampan di tangannya. Sudah menjadi kebiasaan Apandi dia merokok di teras rumah ditemani dengan secangkir kopi dan cemilan. Setelah menyimpan apa yang dibawanya, Amanda pun duduk di kursi teras di seberang kursi yang diduduki oleh suaminya.
"Mas, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Amanda hati-hati karena dia tidak ingin bertengkar lagi dengan suaminya.
"Mau tanya apa?" Matanya masih terfokus pada benda pipih canggih miliknya.
"Aku mau tanya, Mas pergi dengan siapa saat ke kondangan temannya Tania?" tanya Amanda.
"Tidak dengan siapa-siapa! Mas hanya bertemu dengan gadis itu di sana dan kita hanya mengobrol. Tiba-tiba saja Tania datang dan menanyakan kenapa tidak datang denganmu? Mas bilang, kamu sibuk dengan anak-anak. Dia juga tanya siapa gadis yang bersama Mas? Mas jawab saja kalau itu adik Mas." Apandi memaparkan kejadian yang tidak sepenuhnya bohong.
"Lagian temanmu itu kepo dengan urusan orang. Dia terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga kita sampai mengatakan hal yang akan membuat kita bertengkar. Mulai sekarang, jangan terlalu dekat dengan sahabatmu itu! Dia hanya akan membawa pengaruh buruk pada rumah tangga kita. Memangnya kamu ingin, anak-anak menderita karena perceraian orang tuanya?" berondong Apandi mencoba mencari cara agar istrinya tidak mencurigainya lagi.
"Selama ini, Tania tidak pernah menjelekkan atau menyuruhku untuk membantah Mas. Dia sering membantuku," bela Amanda.
"Itu karena kamu mudah percaya pada orang. Kamu tuh terlalu naif Manda! Selalu menganggap semua orang itu baik. Padahal banyak yang ingin menghancurkan kamu dengan cara halus, seperti Tania mengatakan hal yang membuat kamu curiga pada suamimu sendiri." Apandi menghisap rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
Sementara Amanda dibuat bingung dengan apa yang dikatakan suaminya. Di satu sisi, dia percaya sahabatnya tidak mungkin menghianati dirinya, karena selama dia mengenal Tania, dia selalu membantunya dan menjadi tempat untuk mencurahkan segala keluh kesahnya. Tapi di sisi lain, apa yang dikatakan suaminya itu ada benarnya. Kita tidak boleh terlalu percaya pada orang lain, karena tidak ada yang tahu isi hati manusia selain orang itu sendiri.
Mungkin, aku harus jaga jarak dengan Tania. Aku tidak ingin pernikahanku hancur karena rongrongan dari luar, batin Amanda.
...~Bersambung~...
...Dukung Author ya kawan! Dengan klik like, comment, vote, rate, gift dan favorite....
...Terima kasih!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KAN LO YG NGAJAKIN BRANTEM, SUAMI BANGSAT😡😡😡😡😡
2024-01-01
1
Sunarti
slalu aja lelaki klo di mintai penjelasan akan memutar balikkan fakta takut ketauan bohong dan perselingkuhan nya
2023-09-16
1
Marsiyah
manda kuper apa terlalu polos ?
2023-01-01
0