Menggoda Brandon

Bia mengambil gelas minuman itu dan mengamatinya. Walaupun ada terbesit keraguan tapi dia tetap saja menenggaknya hingga habis.

Setelah meminum segelas minuman beralkohol itu dengan sekali teguk. Bia merasa kepalanya sangat pusing. Dirinya juga seperti mulai berimajinasi.

Namun, rasa candu yang diberikan dari alkohol itu membuatnya meminum lagi dan lagi.

"Bia, kau sudah meminum tiga gelas. Sekarang waktunya kita pulang!"

"Tidak. Aku ingin lagi. Ayo, berikan aku minumannya lagi!" racau Bia dengan tubuh yang mulai terhuyung-huyung. Bahkan, berat badannya sendiri pun tak sanggup lagi ia tumpu.

"Sial! Apakah dia sudah mabuk? Bukankah dia hanya meminum tiga gelas? Lalu, bagaimana bisa dia mabuk secepat ini," gerutu Tasya. Tasya bangkit dari duduknya dan berdiri di belakang sahabatnya.

Tasya menghela nafas, lalu dia bertanya pada bartender yang juga sedang melihat ke arah mereka.

"Hey, alkohol jenis apa yang kau berikan padanya? Kenapa dia bisa langsung mabuk seperti ini?" tanya Tasya.

"Itu adalah absinth. Jenis minuman keras yang kadar alkoholnya paling tinggi, yakin 90%," jawab sang bartender.

Absinth adalah hasil penyulingan dari fermentasi jamu serta dedaunan.

Tasya menghela nafas frustasi.

"Kenapa kau memberikan itu padanya? Kau ini, membahayakan sahabatku!" ketus Tasya kesal, menatap sang bartender dengan tatapan tak suka.

"Maaf, Nona. Aku hanya memenuhi permintaan pelanggan."

Ahh benar juga, tapi bagaimana ini. Dia sudah mabuk. Bagaimana caranya aku membawanya pulang!

Tasya berteriak dalam hati, merasa kesal dengan kecerobohan sahabatnya.

"Mana minumanku? Cepat berikan padaku!" teriak Bia dengan gaya terhuyung-huyung.

"Kau sudah mabuk, sialan! Jangan menyusahkanku lagi dengan meminta yang aneh-aneh atau aku akan meninggalkanmu di sini," ancam Tasya.

"Hahahaha. Kau itu sahabat terbaikku. Bagaimana mungkin kau tega melakukannya, Tasya Ayunda?" ejek Bia menantang.

Tasya menggemeretakkan giginya, dia benar-benar kesal dengan orang mabuk di hadapannya ini. "Kau benar-benar menguji emosiku, Bia!"

Saat dia sedang sibuk dengan Bia yang tingkahnya mulai aneh. Ada seseorang memanggil Tasya, yang suaranya sangat dikenali oleh Bia dan Tasya.

"Tasya! Tasya Ayunda!" panggil orang itu terlihat sambil melambai-lambaikan tangannya ke atas untuk menarik perhatian orang yang dipanggilnya.

"Gavin?" seru Tasya sambil tersenyum sumringah. Terlihat dia sangat senang saat melihat kehadiran kekasihnya di sana.

"Jangan coba-coba meninggalkan aku, Tasya!" kecam Bia. Wajahnya sesekali terlihat tersenyum dan sesekali tampak sedih.

Tasya tak mempedulikan kata-kata Bia. Dia hanya fokus pada Gavin yang memanggilnya.

Tasya melambaikan tangannya agar Gavin datang padanya. Jarak mereka memang tak terlalu jauh. Namun, pandangan mereka sesekali terhalang karena banyaknya orang-orang yang berlalu lalang.

"Kenapa, Sayang?" tanya Gavin setelah dia mendekat pada Tasya.

"Vin, Bia mabuk. Tolong bantuin rangkul dan Carikan taxi dong," pintanya memelas. Dia memang benar-benar sudah kehabisan cara.

"Nanti saja pulangnya. Kita kumpul dulu sama mereka, yuk? Nanti aku antar," bujuk Gavin dan dijawab dengan anggukan oleh Tasya.

Gavin membantu merangkul Bia, membawanya ke tempat dia berkumpul dengan saudara-saudara seumurannya.

Setelah mendudukkan Bia di kursi, Gavin dan Tasya pun ikut duduk.

"Kenalin, ini Hansel dan itu Hilsa," tunjuknya pada sepasang anak kembar yang wajahnya terlihat sangat mirip.

"Yang itu Arga." Gavin kembali menunjuk pada seorang pria yang sibuk bermain gadget.

"Kami semua sepupuan," ucapnya lagi. Sepupu-sepupu yang diperkenalkan oleh Gavin tadi turut menyapa Tasya, kecuali satu orang yang sedang sibuk dengan pemikirannya sendiri.

"Yang ini Brandon Wirastama, dia pamanku!" ucap Gavin.

Saat mereka masih saling menyapa, tiba-tiba perhatian mereka teralihkan pada Bia yang tiba-tiba naik ke atas pangkuan Brandon yang sedang duduk sambil bersandar. Dia memegangi wajah Brandon yang dipenuhi janggut dan mengelusnya perlahan.

"Uncle, kamu sangat tampan!" puji Bia sambil sesekali terkekeh.

Tasya menepuk jidatnya, merasa malu dengan tingkah Bia. Meskipun wanita itu sedang mabuk, itu tetap saja memalukan. Sepertinya, membawanya ikut bergabung memang bukan pilihan yang tepat.

"Gavin, lebih baik aku pulang saja, ya?" bisik Tasya pada kekasihnya.

Tasya merasa sangat sungkan kala melihat wajah Brandon yang tak bersahabat. Berbeda dengan yang lain, mereka tertawa melihat Brandon dilecehkan oleh wanita muda yang sedang mabuk.

"Tidak apa-apa, santai saja."

Jawaban Gavin tak membuat Tasya tenang. Dia menghela nafasnya kasar sambil bermonolog dalam hati.

Keterlaluan kau Bia! Kenapa kau selalu saja menyusahkan aku? jerit Tasya dalam hatinya.

Tak ada yang menghentikan aksi Bia yang semakin lama bertambah kurang ajar. Bahkan dia berani menggerayangi tubuh Brandon.

"Hey pemabuk, singkirkan tanganmu!" sergah Brandon sembari menghempaskan tangan Bia.

Bia terkekeh menyengir kuda, memperlihatkan sederet gigi putihnya yang rapi.

"Sudahlah Uncle, tidak perlu berpura-pura polos. Kamu pasti menikmatinya, kan?" pungkas Bisa sambil terus membelai wajah dan tubuh Brandon.

Brandon berdecak kesal, melihat wanita muda di hadapannya dengan jijik.

"Jangan menatapku seperti itu, Uncle! Kau membuat hatiku terpanah karena tatapan mautmu itu!" ucap Bia melantur.

Rex Club sangat ketat dengan penjagaannya. Karena merasa sudah sangat kesal dengan wanita yang masih duduk di pangkuannya, Brandon memanggil beberapa bodyguard bertubuh besar.

"Kalian, kemari!" titahnya sambil menjentikkan jari.

Melihat Brandon yang memanggil beberapa orang Bodyguard, Tasya semakin tidak tenang. Walaupun dia kesal dengan perlakuan sahabatnya itu, tapi dia tetap merasa khawatir jika sampai terjadi sesuatu yang akan membahayakan Bia.

"Gavin, apa yang akan dilakukan oleh Pamanmu? Apakah dia akan memukul Bia sampai mati?" tanya Tasya cemas.

"Tidak akan. Kita lihat saja, jika dia melakukan sesuatu yang berbahaya, aku akan mencegahnya," ucapnya menenangkan.

Tasya mengangguk, dia kembali memperhatikan ke arah Bodyguard yang kini sedang menunduk hormat pada Brandon.

"Ya, Tuan? Apakah ada perintah dari Anda?"

"Angkat wanita ini dan buang ke tempat sampah! Sangat menjijikan!" titahnya.

"Uncle, kau kejam sekali!" celetuk Bia yang masih setia bergelayut manja di tubuh Brandon. "Bagaimana bisa kau mau menyingkirkan gadis secantik diriku ini?" racaunya.

Bia malah melakukan hal di luar dugaan mereka semua. Dia melingkarkan tangannya di leher Brandon, mengeratkan pelukannya dan tak lupa dia juga melingkarkan kakinya di pinggang Brandon. Membuat semua orang membulatkan matanya lalu menahan tawa, kecuali Brandon.

Para bodyguard yang tadinya siap untuk beraksi pun mendadak gagu.

"Lihat apa? Cepat lepaskan lilitan ular sawah ini dariku!" teriak Brandon kesal karena para bodyguard itu hanya berdiri diam di tempatnya.

"Ta-tapi, Tuan. Ka-kami takut menyakiti Anda," jawab mereka terbata-bata.

"Ckck, kalian mau aku pecat? Aku sudah hampir kehabisan oksigen karena lilitannya sangat kuat!" pekiknya dengan sorot mata tajam.

Mereka serempak menggeleng. Dengan terburu-buru mereka mengerubungi Brandon dan mencoba melepaskan pelukan Bia dari tubuh Brandon.

Tapi, yang tidak mereka ketahui adalah, gara-gara mereka mengerubungi Brandon, pria itu menjadi sesak dan sulit untuk menghirup udara yang dianugerahkan Tuhan pada umatnya. Apalagi pelukan Bia semakin kencang, membuat wajah tampan Brandon berubah merah karena tercekik dan hampir mati.

Merasa marah dengan perbuatan para bodyguard yang menurutnya hanya bermodalkan tubuh besar, namun tak punya otak, Brandon berteriak kencang.

"Minggir kalian semua!" teriaknya kencang membuat para bodyguard itu minggir dan berbaris teratur seperti sedang melaksanakan upacara di sekolah dasar.

Brandon berdiri dan berkacak pinggang. Karena Bia memeluknya terlalu erat, saat Brandon berdiri wanita itu pun ikut terbawa.

Dan sekarang, Bia bergelantungan di tubuh tegap Brandon seperti kera yang sedang menyusu pada induknya.

"Kalian ingin mencekik ku sampai mati, ya?" dengusnya kesal dengan urat wajah yang timbul.

"Ti-tidak, Tuan. Wanita itu memeluk Anda terlalu kencang, kami hanya berusaha untuk melepaskannya saja," jawab mereka.

"Uncle, jangan marah-marah. Nanti kalau ketampananmu hilang bagaimana?"

"Diam kau!" bentak Brandon. Dia tak terlalu peduli dengan ucapan-ucapan aneh Bia. Karena dia tahu kalau Bia sedang meracau karena mabuk.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Meski ragu, Brandon mencoba melingkarkan tangannya memeluk tubuh Bia. Dia berjalan ke arah lift, entah kemana tujuannya.

"Gavin, Pamanmu mau membawa temanku ke mana?"

Tasya sudah berdiri, mau mengejar Brandon. Khawatir kalau sahabatnya akan dilecehkan atau dibunuh oleh Brandon.

"Duduklah," pinta Gavin sambil menarik tangan Tasya. "Pamanku tidak pernah tertarik pada wanita, jadi kau tenang saja."

"Pamanmu gay? Pantas dia semarah itu pada Bia," ucapnya.

"Bukan, dia hanya belum menemukan wanita yang cocok saja. Yang bisa membuat hatinya bertekuk lutut," sahut Hilsa sambil tertawa renyah.

Dukung karya ini dengan berikan like, komentar, gift dan vote sebanyak-banyaknya.

Jangan lupa untuk berikan rate 5 juga, ya! ❤️❤️❤️

Terima kasih yang sudah berkenan mampir dan memberikan dukungan di sini.❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Kurnaesih

Kurnaesih

🥰🥰👍

2024-07-03

0

Arik Purwaningsih

Arik Purwaningsih

seru nich

2023-08-17

0

Nur Lizza

Nur Lizza

smbungn dr novel istri miskin presedir kn thor.ini kisah brandon adikny bara dn bele dn gavin cs adlh ank2 dr bara dn embun.r2.dn daniel bele meraka uda pd gedek semua.brati tinghal brandon yg blm ada pasngnny smg brandon brjodoh sm bia

2023-02-18

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!