Sejak malam itu, Kanaya terbaring dengan tubuh lapar.
Kanaya gelisah, ia tidur di kasur yang empuk namun sangat tersiksa karena lapar, akhirnya ia hanya minum air putih sebagai pengganjal laparnya.
Pagi telah menyapanya, Sebelum ia berangkat bekerja, ia sudah memasak nasi dan hanya berlauk telur saja, namun ... sebelum menyantap makanannya, ia berolahraga terlebih dahulu.
Ia melihat di artikel tentang semua alat olahraga yang ada di ruangan itu, dan semua nya ia gunakan.
Keringat sudah bercucuran, namun ... tidak membuat Kanaya berhenti.
Ia melihat jam, masih jam 6 pagi, dengan segera ia menyelesaikan olahraga nya, capek sangat terasa, Setelah berolahraga, Kanaya membersihkan tubuhnya.
Lalu berlari lagi menuju me perusahaan, sekarang jarak nya sudah dekat.
Sesampainya Kanaya di perusahaan nya, Kanaya sudah di tunggu oleh Safira.
"Nay, semalam kau ada dimana ... ? aku datangi tempatmu, kamu malah tidak ada ... bahkan lampunya tidak kau hidup kan"ucap Safira
"Itu ... itu ya ... aku ada kok, cuma listrik ku mati, kenapa kau tidak menghubungiku ... ?" kilah Kanaya dengan salah tingkah.
Saat mereka berbincang ... Alina tidak sengaja melihat Kanaya, tubuh yang sangat ia benci itu masih berdiri, dengan wajah nya yang menyebalkan.
Alina terlihat Emosi, namun ... ia tidak menghampiri Kanaya, malah ia berjalan begitu cepat menuju keruangan Ilyas, Padahal Alina sudah membicarakan ini pada Mamanya Ilyas, dan menyuruhnya untuk memberhentikan Kanaya dari perusahaan.
Pintu ruangan Ilya terbuka paksa oleh Alina yang mana karyawan sudah menahannya.
Beberapa orang yang ada di ruangan Ilya menoleh kearah pintu.
Ilyas terlihat emosi namun segera ia tahan.
Ia menatap beberapa karyawan nya yang ada dalam ruangan nya, dan memberi isyarat gara mereka keluar terlebih dahulu.
Mereka pun keluar dengan memberi hormat.
Terlihat nafas Alina naik turun sambil menatap beberapa karyawan yang menatap kearah ya
"Kenapa kalian menatap ku ... ! mau kalian ku pecat !" Sungut Alina dengan kesal.
Mereka semua pun menutup pintu ruangan Presdir nya.
Sedangkan mata Ilyas kini menatap Alina penuh dengan kekesalan.
"Kenapa wanita gendut itu masih bekerja disini ... ? aku sudah mengatakan nya kan ... kenapa belum kau pecat ...!" Alina berkata dengan penuh emosi.
"Kamu siapa di sini ... ? apa hak mu mengatur ku dalam mempekerjakan karyawan ku ...!" Ilyas membuat mulut Alina terbungkam seketika.
Kata siapa kamu, sudah menunjukkan betapa Alina tidak punya kedudukan sama sekali di kehidupan Ilyas.
"Ilyas, kau ... ! akan aku adukan sikapmu ini pada papa ku, agar ia dengan segera mencabut sahamnya dari perusahaan mu" ancam Alina.
Ilya melempar berkas kearah Alina, beruntung nya berkas itu tidak mengenai wajah Alina.
"Itu yang paling aku benci darimu Alina, kau selau mengancam dengan kata papa dan saham, silahkan ... adukan saja pada papa mu, setalah itu jangan harap papa mu bisa menjalin bisnis lagi dengan perusahaan ku ... !
Kau wanita yang egois, lelaki mana yang akan tertarik pada wanita seperti dirimu ... " Ilyas menatap Alina dengan penuh kesal.
"Tante pasti akan memarahimu, aku ... aku akan membuat monster itu tidak betah di perusahaan ini ... !" Alina pergi dengan rasa marah.
Ilyas mengusap kasar wajahnya, ia sudah cukup bersabar menghadapi sikap Alina.
Ia paling benci saat Alina main pecat karyawan nya saat Ilyas tidak ada.
Dengan rasa marah, Alina mendatangi ruangan Kanaya, disana ia meluapkan semua amarahnya.
Alina membuang semua yang ada di meja Kanaya.
Kanaya yang hanya diam ketakutan, menjadi tontonan para karyawan lainnya.
"Dasar monster " Alina melempar berkas tepat ke wajah Kanaya.
"Sekarang ... apa kesalahan saya Nona" ucap gugup Kanaya
"Kesalahanmu adalah karena kau terlahir ke dunia dengan tubuh dan wajah yang menakutkan.
Kenapa kau tidak ikut mati saat di lahir kan ... ! Sekarang ... kau angkat kaki dari perusahaan ini, cepat ... !" Teriak Alina
"Cukup ... !"
Suara Ilyas mampu menghipnotis para karyawan yang ada di ruangan itu.
Ini pertama kalinya Presdir nya akan ikut campur dalam amarah tunangannya.
"Cukup Alina, dia bukan karyawan disini, tapi dia siswi magang, jika kau ingin memecatnya, maka datanglah ke kampus nya, tapi akan ku pastikan ... kau akan menanggung akibat dari tindakan mu ini" Ilyas menatap Alina penuh dengan marah.
Sedangkan yang lainnya, menatap ke arah Kanaya.
Apakah ada yang spesial dari Kanaya, sehingga mendapat kan pembelaan langsung dari Presdir mereka.
"Pergi dari sini sekarang, atau jangan pernah datang kembali kesini ... ?" kini Ilyas benar-benar tidak bisa membiarkan tingkah Alina.
Semakin di biarkan, maka sifat sombong nya akan semakin keterlaluan, yang membuat Ilyas heran adalah, mengapa mamanya malah menyukai wanita semacam itu untuk di jadikan menantu.
Alina pergi dengan rasa marahnya.
Sebelum ia pergi, ia menatap Kanaya penuh dengan benci.
Dan saat berjalan melewati Ilyas, Alina berhenti dan menatap penuh marah pada tunangan nya itu.
Ia tidak bisa terima, jika Ilyas lebih membela monster itu dari pada dirinya.
"Kalian semua kembali lah bekerja" Tian berkata namun tatapannya tertuju pada Kanaya yang memunguti beberapa berkas nya.
Tidak ingin terjadi salah faham lagi, Ilyas berlalu meninggalkan devinisi itu.
Tanpa mereka sadari, mata Kanaya sudah menetes, Hanya karena kemaren ia tidak sengaja menabrak Alina, ia malah menjadi tontonan tiap harinya.
Waktu istirahat berlalu, Safira yang mendengar tentang Kanaya yang di hina lagi, langsung berlari keruangan sahabatnya itu.
"Kau tidak apa-apa ...?" tanya Safira
"Aku tidak apa-apa, tidak usah cemas begitu ..." Kanaya berkata seraya membenarkan kaca matanya.
"Kita ke kantin yuk" ajak Safira
"Kau sendiri ya kali ini, maaf ... aku ... aku masih banyak pekerjaan, biar aku makan disini saja" ucap Kanaya merasa tidak nyaman.
Safira melihat Kanaya, ia mengerti kalau Kanaya ingin sendiri saat ini.
"Baiklah, aku akan kembali dengan cepat, setelah itu ... aku akan kesini lagi" Safira tersenyum saat melihat Kanaya tersenyum.
Safira pun berlalu dari ruangan Kanaya, dan segera menuju keruangan Presdir nya.
"Kenapa harus terulang lagi, bukankah ... kau bilang cukup kemaren saja?" tanya Safira pada Presdir nya yang ternyata adalah sepupunya sendiri. m
"Aku sudah berusaha tadi, apakah kau tidak dengar, aku juga tidak tahu cara menghadapi sifat egois Alina, kau tahu sendiri bagaimana mama begitu menyayangi perempuan itu" ucap Ilyas.
Safira sepupu Ilyas dari sang papa, tepatnya sepupu jauh, tapi karena kejadian kemaren Safira berusaha bicara dengan sepupunya itu untuk pertama kali.
Kemaren, Safira menemui Ilyas saat jam pulang.
"Aku Safira, anaknya pak Ramli, sepupu papa mu, aku boleh minta tolong ...?"ucap Safira tanpa basa-basi.
"Aku tahu, kau magang disini ... apa yang ingin kau minta, selain menaikkan nilaimu ... aku tidak bisa" jawab Ilyas.
"Bukan, masalah tunangan mu, bisakah kau memastikan agar dia tidak lagi menghina sahabatku Kanaya ... ?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
sabar Kanaya.buktikan usaha mu
2022-06-17
0
Cicih Sophiana
aq penasaran nti Alina liat Kanaya jd cantik😀😘
2022-04-11
1
hidagede1
lanjut... 😊
2022-04-09
0