...BAB 5...
...SAPU TERBANG...
...a novel by youmaa...
...❝Rasa yang tidak biasa, apakah kamu percaya itu?❞...
...Happy Reading♥...
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Shaula, kenapa kamu senyum-senyum sendiri seperti orang gila?"
Tudingan asal dari Adara membuat sinyal kesadaran Shaula kembali pada tubuhnya. Dia langsung menatap sang lawan bicara dengan kerjapan mata disertai dengan tatapan polos.
Kemudian Shaula langsung merubah air mukanya seperti semula. "Aku tidak apa-apa," balasnya.
Adara tersenyum jahil pada Shaula seraya menyikut lengannya pelan. "Yang benar saja? Aku merasakan ada kupu-kupu yang hinggap padamu," katanya.
Shaula berdecak pelan, lalu mengibaskan tangannya. "Kamu ini kenapa berbicara melantur? Tidak ada hal yang terjadi padaku," dustanya.
Adara melipat kedua tangannya didepan dada. "Jadi, hal lain apa yang terjadi padamu?" tanyanya, penuh selidik.
Shaula menghela napasnya pelan. "Kamu ini berbicara apa? Aku tidak mengerti," tanyanya.
Adara mendengus pelan, lalu kembali fokus pada makanannya. "Kamu tidak pandai berbohong, Shaula. Jadi—emphh."
Shaula sepontan mendekap mulut Adara yang terkesan berbicara sembarangan. Karena tingkah konyol mereka berdua membuatnya menjadi panen sorotan dari murid lainnya.
Shaula menatap Adara seraya memplototinya tajam.
"Aku sudah bilang. Jangan bicara sembarangan," desis Shaula, kesal.
"Diam. Jangan katakan hal aneh lagi, mengerti?" lanjutnya.
Adara menggangguk pelan dengan tatapan yang masih terkejut karena ulah Shaula. Hena yang baru datang, tersentak ketika melihat tingkah Adara dan Shaula yang saling tertumpuk badan.
Sepertinya gadis itu salah paham dengan situasi yang saat ini terjadi.
Hena hanya menatap keduanya sekilas dan langsung duduk ditempat. "Kenapa lagi dengan makhluk itu?" tanyanya, menceletuk.
Shaula merasa tidak percaya dengan perkataan yang baru saja Hena lontarkan. Dia menyebut Adara dengan sebutan makhluk, namun tidak salah juga dengan perkataannya.
"Tidak ada," balas Shaula.
Hena terkekeh pelan dengan menahan tawa, sehingga matanya itu menyempit. "Sepertinya Adara mengatakan hal konyol lagi padamu," tebaknya.
Bahkan Hena sampai hafal dengan tingkah ajaib yang Adara lakukan tadi tanpa melihatnya secara langsung.
Adara mencebikkan bibirnya kesal. "Kalian jahat padaku, aku merasa paling tersakiti!" keluhnya, mendramatisir.
Sedangkan Shaula dan Hena hanya bisa menghela napas mereka secara kompak karena perkataan Adara yang ajaib. Setelah itu keduanya kembali pada kegiatan masing-masing.
"Ah~ kalian tahu bukan jika ada murid asrama Ravenclaw yang berkelahi dengan El?" sahut Adara, tiba-tiba.
"UHUK! UHUK!"
Karena perkataan dari Adara, membuat Shaula tersedak makannya sendiri. Seseorang yang dimaksud oleh gadis itu adalah Lee Soobin. Karena setahu Shaula hanya Soobin yang berkelahi dengan seseorang bernama El.
Adara terkejut ketika Shaula tiba-tiba terbatuk. "Kenapa, Shaula?" tanyanya, khawatir.
Shaula langsung menyabet minuman dan menegaknya hingga tandas setengah, kemudian dia menepuk dadanya pelan.
"Apakah dia murid baru? Aku tidak pernah melihatnya sebelum ini," timpal Hena.
Bahkan Shaula baru mengetahui jika kedua temannya ini akan mengira jika Soobin adalah murid baru. Sepertinya benar apa yang dipikirkan oleh dia sebelumnya.
Soobin adalah murid baru Hogwart.
Adara menopang dagunya dengan kedua siku yang berada diatas meja. "Kalian tahu? Dia langsung diserbu oleh para murid perempuan," katanya.
Hena menggeleng tidak percaya. "Wah~ sepertinya posisi Ankaa sebagai murid tertampan tergeser dengan murid baru itu," tambahnya diakhiri dengan kekehan.
Adara juga nampak ikut tertawa mendengar perkataan dari Hena. Sedangkan Shaula hanya diam dengan pikirannya sendiri, jika ikut menimbruk pun dia tidak akan tahu ranah pembicaraan ini.
Adara menatap Shaula yang tengah sibuk dengan pikurannya saat ini. "Kamu pasti belum tahu tentang Ankaa bukan?" tanyanya menepuk pundak Shaula pelan.
Shaula mendongakkan pandangannya, lalu menatap Adara. "Tidak tahu dan tidak ingin tahu," ucapnya.
Adara memutar bola matanya malas. "Kamu belum tahu saja seberapa tampan seorang Ankaa Alberan," katanya, menginterupsi.
Hena menggangguk menyetujui perkataan Adara. "Benar apa kata Adara," timpalnnya.
Shaula menghela napasnya gusar. "Aku tidak akan tertarik padanya," finalnya.
Hena menatap Shaula penuh selidik. "Baiklah. Terserah padamu," katanya.
"Nanti kita akan satu kelas dengannya dikelas pelatihan sapu terbang," lanjutnya.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Astaga, dimana letak buku sialan itu."
Shaula menggerutu sejak tadi. Bahkan dia sudah hampir setengah jam hanya untuk mencari letak buku ramuan yang nantinya akan dibacanya. Dia sudah mencari satu persatu, hingga menjadi pusing sendiri.
Shaula mendongakkan pandangan, lalu matanya terpaku pada rak yang ada diatas kepalanya.
Shaula berdecak pelan. "Kenapa harus ada diatas sana?" gumamnya, kesal.
"Butuh bantuan?"
Shaula tersentak ketika telinganya secara tidak sengaja mendengar suara berat. Dia mengenal suara ini dimana pun, lantas dirinya sepontan melempar tatapan ke belakang tubuhnya.
"Soobin? Kenapa kamu ada disini?" kejut Shaula.
Soobin tidak langsung menjawab yang dikatakan oleh Shaula, justru dia melangkah mendekat ke arahnya. Sedangkan gadis itu sepontan memundurkan langkah hingga punggungnya menabrak rak buku.
Tangan Soobin teraih untuk mengambil buku yang ada dirak atas.
Jarak Shaula dengan Soobin sangat dekat. Tanpa sadar, jantung Shaula berdegup kencang karena hal ini. Dia berharap jika sang lawan bicaranya tidak dapat mendengarnya.
"Soobin, bisakah ka—"
Soobin tiba-tiba menjauh dari Shaula, lalu tangan laki-laki itu mengulur ke arahnya. "Ini buku yang kamu cari 'kan?" tanyanya.
Shaula menatap buku yang sudah berada ditangan Soobin dan meraihnya. "Terima kasih," katanya.
Soobin hanya menggangguk sebagai jawaban, tanpa mengatakan apapun. Mendadak suasana menjadi hening seketika karena kejadian yang baru saja terjadi.
"Kenapa dia hanya diam?" gumam Shaula, pelan.
Soobin tiba-tiba menarik tangan Shaula dari area rak buku. Untuk kesekian kalinya dia menarik gadis ini tanpa izin.
"Ikut denganku."
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Baiklah, kalian boleh kembali dan melanjutkan kegiatan lain."
Sekarang hanya tinggal Shaula yang masih berada di lapangan utama Hogwart. Dia menyuruh Adara untuk kembali terlebih dulu, karena dia masih ada kelas pemeliharaan makhluk gaib.
Sedangkan Shaula tidak ada kelas lagi.
Shaula memejamkan matanya dengan kedua tangan yang bertumpu ke belakang. Saat ini dia tengah terduduk ditepi lapangan dengan kepala yang mendongak ke atas menatap langit.
Perlahan dia membuka mata.
Shaula tersenyum tipis. "Aku merasa beruntung sekali bisa berada ditempat ini," gumamnya.
Shaula membaringkan tubuh disamping pohon rimbun yang tidak jauh darinya. Dia mengulurkan jemarinya diantara udara untuk memainkan awan yang ada diatas langit.
Dia nampak seperti menggambar sesuatu pada awan tersebut.
Shaula suka berkhayal seperti ini. Menurutnya hal ini adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Dia juga suka menjadikan langit biru itu sebagai kanfasnya.
Kanfas yang sangat luas dan hanya terlukiskan awan putih dengan matahari yang melengkapinya.
"Kenapa kamu belum kembali?"
Shaula tersentak ketika telinganya tidak sengaja mendengar sebuah bias suara. Arah pandangannya pun terlempar ke arah dimana suara itu berasal.
Ketika Shaula mengetahui siapa pelakunya, dia pun kembali melanjutkan kegiatannya.
"Aku tidak ada kelas saat ini," jawab Shaula, singkat.
Soobin menggangguk pelan sebagai jawaban, lalu dia ikut terbaring disamping Shaula. "Kalau seperti itu kita sama," balasnya.
Shaula hanya menatap Soobin dengan pikiran yang berlarian. Apakah telinganya tidak salah mendengar dan matanya tidak salah melihat?
Benarkah dia adalah Lee Soobin yang saat ini terbaring disampingnya?
"Jangan bercanda. Kamu tidak bolos kelas 'kan?" tebak Shaula tanpa menatap Soobin sedikit pun.
Soobin terkekeh samar. "Kamu selalu tahu jika aku sedang bolos kelas hari ini," kekehnya.
Apakah ada hal yang terkesan lucu? Shaula pun ikut tertawa garing, sehingga terkesan seperti terpaksa.
Soobin bangkit dari posisinya, lalu dia menekuk lutut. Sedangkan Shaula hanya melihat tingkah misterius yang sempat laki-laki itu lakukan.
"Tunggu disini sebentar, aku akan segera kembali!" seru Soobin kemudian berlari dari tempat itu.
"Ma—"
Menyebalkan sekali. Lihatlah saat ini, Soobin langsung saja pergi tanpa mendengar apa yang Shaula katakan. Sehingga perkataan gadis itu tertahan diujung bibir.
"Shaula, lihatlah aku sebentar!" seru Soobin.
Teriakan Soobin membuat Shaula tersentak. Sepontan gadis itu pun menegakkan badan menjadi posisi terduduk. Dia melihat jika Soobin tengah terbang menggunakan sapu terbang miliknya.
Shaula mendongak untuk dapat menatap Soobin yang mulai mengeluarkan tongkat sihirnya. Dia menganga tidak percaya dengan salah satu tangan yang menutup mulut.
Bagaimana dia tidak terkejut saat ini?
Soobin melakukan atraksi layaknya sirkus dan seenaknya diatas sana seraya memainkan awan. Laki-laki pemilik dimple itu menggambar sesuatu menggunakan awan dengan bantuan tongkat sihirnya itu.
Apakah dia sudah gila saat ini?
"Soobin, turunlah! Jangan lakukan hal gila," teriak Shaula.
"Tidak akan, sebelum kamu melihat semua maha karyaku ini!" teriak Soobin yang terdengar samar.
Shuala berdecak pelan seraya menekuk lutut dengan kedua tangan yang menopang dagu. Pikiranku saat ini terpaku pada Soobin yang melakukan hal aneh ini disiang terik seperti sekarang.
Jika dia terus melakukan hal ini setiap hari, jantung Shaula tidak karuan nantinya. Apakah dia sengaja melakukan hal ini?
Sudah beberapa menit berlalu, Soobin pun akhirnya menginjakkan kakinya ditanah kembali.
"Untuk apa kamu melakukan hal ini?" tanya Shaula, ketus.
Soobin belum mengatakan hal apapun lagi, dia pun langsung melenyapkan tongkat sihir dan sapu terbangnya. Setelah itu, dia menatap ke arah Shaula dengan manik mata beningnya.
"Tidak kah kamu melihat jika aku sedang menggambar dilangit?" sungut Soobin.
Alisku mengerut. "Maksudmu?" tanyanya.
Soobin berdecak pelan. "Lihatlah dilangit saat ini," sambarnya.
Arah tatapan Shaula terdongak untuk menatap langit dengan gambar sebuah lambang. Awan itu tergambar lambang asrama Ravenclaw dengan Hufflepuff yang ada disampingnya.
Apakah maksud dari gambar itu?
"Apa artinya itu?" tanya Shaula, binggung.
Soobin mengangkat salah satu sudut bibirnya tipis. "Pikir saja sendiri. Jika kamu bisa berpikir dengan benar," finalnya.
Soobin langsung pergi meninggalkan Shaula yang masih terpatung kerena perkatan dari laki-laki itu.
"Dia kenapa?"
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Profesor, ada undangan terbuka dari negara Demon."
Sang Profesor yang baru saja menerima sebuah amplop dengan balutan emas. Sudah dia duga jika itu adalah undangan dari negara Demon.
Negara sihir hitam jahat yang selama ini menjadi musuh abadi negara Kuan—negara sihir ini.
Profesor Aludra perlahan membaca undangan terbuka itu dengan seksama. Ketika dirinya baru saja membaca, alisnya langsung menyatu. Kemudian tangannya terkepal dan menghantam kursinya keras.
"Apa ini? Mereka mau merenggut darah murni untuk memusnahkan sinar Moon Goodnes," sentak Profesor Aludra, gahar.
"Profesor Nebula, kita harus memperketat penjagaan disini. Banyak murid dari Asrama Hufflepuff yang memiliki darah murni," lanjutnya.
Profesor Nebula menggangguk paham. "Tentu, profesor. Tanpa diperintah pun anggota keamanan akan mengamankan semua murid," balasnya.
Profesor Aludra duduk kembali dengan memijit pelipisnya pelan. "Dia pasti mengincar gadis itu," katanya.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
...See you next part~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
smithswift
semangat terus thor🤗
yuk kak mampir keceritaku juga
"sesakit inikah mencintaimu"
langsung klik profil aja
terima kasih
2020-12-06
0