...BAB 3...
...MAGICAL HOGWART...
...a novel by youmaa...
...❝Kami adalah misteri masing-masing, apakah kamu keberatan dengan hal itu?❞...
...Happy Reading♥...
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Apakah kamu adalah murid baru?"
Shaula terkejut ketika telinganya mendengar suara seorang gadis. Lantas dia langsung memutar pandangannya—menatap ke arah sang lawan bicara.
Gadis itu melambaikan salah satu tangannya. "Hai," katanya seraya tersenyum.
Shaula masih terdiam dengan pikirannya sendiri saat ini. Seolah-olah itu adalah sebuah kepentingan yang lebih urgensi daripada membalas sapaan tersebut.
Merasa jika Shaula hanya diam ditempat, Profesor Aludra langsung melemparkan tatapannya ke arahnya dengan sorot mata binggung.
"Shaula, apa kamu baik-baik saja?" sahut Profesor Aludra.
Shaula tersentak dengan suara berat dari sang profesor. Lalu dia ber-oh ria dan menggangguk pelan sebagai jawaban. Setelah itu, Profesor Aludra melempar tatapannya ke arah gadis dengan pakaian seragam Hufflepuff.
"Dia adalah teman satu kamarmu," kata Profesor Aludra.
Gadis itu membungkukkan badannya. "Baik, profesor. Saya akan mengantarnya menuju kamar asrama dan menjelasakan semua peraturannya," jelasnya.
.........
"Jadi setelah seleksi topi dilakukan, kamu adalah murid asrama Hufflepuff?"
Shaula menggangguk sebagai jawaban dari sang lawan bicara. Sudah banyak sekali hal yang diperbincangkan oleh kedua gadis satu asrama ini. Ternyata Adara tidak seburuk apa yang sempat dikpikirkannya.
BRUGH!
Tiba-tiba, tubuh Shaula tidak senggaja menabrak seseorang. Karena insiden tersebut, sontak membuat gadis itu terhyung dan terjatuh ditempat. Sedangkan pelakunya malah kabur berlari entah kemana.
Mereka berdua berlari seperti kilat.
"Si—siapa tadi?" tanya Shaula, terkejut.
Adara menatap tajam ke arah dimana kedua laki-laki iseng itu pergi. "Sepertinya mereka bertiga tidak akan kapok," gumamnya.
Setelah mendengar hal tersebut, justru membuat Shaula binggung dengan perkataan Adara. Dia sama sekali tidak paham dengan ranah pembicaraan ini.
Shaula manautkan kedua alisnya. "Bertiga?" ulangnya seraya menaikkan satu oktaf.
"Jangan kaget karena mereka selalu bertengar tanpa alasan yang jelas," balas Adara.
Setelah mendengar perkataan dari Adara, Shaula mendadak merasa penasaran dengan apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya. Dia merasa tertarik untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka bertiga tadi.
"Aku akan menyelidikinya," gumam Shaula, pelan.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Seberapa seringnya kamu melakukan hal ini?"
Adara menyengir tidak berdosa setelah mendengar perkataan dari Shaula. Dia baru saja meletakkan tongkat sihir setelah menerbangkan bukunya. Kemudian gadis itu duduk dan membaca buku tersebut dengan tenang.
"Aku suka melakukan hal ini," balas Adara.
Shaula pun ikut duduk bersila seraya mendekati Adara yang sudah tenggelan dalam bacaannya. "Ajari aku juga," renggeknya.
Adara menggangguk pelan. Lalu dia mengajari Shaula sedikit ilmu sihir dari tingkat yang paling mudah hingga ke tingkat yang tersulit. Jika dipelajari lebih mendalam, ternyata ilmu sihir susah untuk dikuasai juga.
Setelah gagal sebanyak beberapa kali, akhirnya Shaula pun dapat melakukannya.
"Ah~ akhirnya aku bisa melakukannya," seru Shaula seraya menepuk tangannya.
Adara tertawa renyah hanya karena tingkah absurd dari Shaula yang menurutnya lucu. Mereka berdua tetap bermain sihir itu hampir selama dua jam non stop—mungkin cuma Shaula yang melakukannya.
"Shaula," sahut Adara.
Shaula kini menatap ke arah Adara dengan tatapan tanya, lalu bergumam untuk membalasnya. Adara nampak menutup bukunya dan menatap gadis itu balik dengan sebuah senyuman yang tercetak pada wajahnya.
Adara pun memperlihatkan eye smile yang menggemaskan.
"Nanti kamu ikut aku ke suatu tempat," pinta Adara seraya menggenggam tangan Shaula.
Shaula mengerutkan keningnya karena binggung dengan sikap teman satu kamarnya. "Kemana?" tanyanya.
"Nanti kamu pasti akan mengetahuinya sendiri," final Adara.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Cepatlah, kamu berjalan seperti siput!"
Adara menarik Shaula entah kemana, hingga akhirnya langkah kedunya tertuju pada kafetaria Hogwart. Disana sudah banyak murid dari berbagai asrama yang mendatangi tempat tersebut.
Setiap asrama memiliki warna kebanggannya masing-masing.
"Adara, kita akan makan sesuatu? Bukankah seharusnya kita masuk kelas terlebih dahulu?" tanya Shaula, beruntun.
Adara berdecak pelan. "Sekarang adalah hari libur, apakah kamu tidak menyadarinya?" sungutnya.
Shaula membulatkan matanya dengan bibir yang terbuka sedikit. Begitu terkejutnya dia, sehingga memasang muka seperti itu. Dia melupakan sesuatu jika saat ini adalah hari libur.
"Astaga. Kenapa kalian berada ditengah jalan seperti ini?"
Bias suara dari salah seorang gadis yang berjalan membuat Shaula sedikit tersentak. Benar juga apa katanya, jika mereka berdua tengah berada ditengah jalan.
Ingatlah untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, karena firasatku tidak enak sejak tadi.
Shaula terkejut karena indera pendengarannya secara tidak sengaja mendengar suara malaikatnya lagi. Hampir saja dia berteriak karena terkejut, namun beruntungnya dia dapat mengendalikannya dengan baik.
Adara menarik Shaula tanpa gadis itu sadari. Setelah itu, langkah keduanya terhenti pada seorang gadis yang nampak duduk seorang diri. Setelah itu, Adara menyuruh agar Shaula duduk disampingnya.
Sedangkan gadis itu hanya menatap kedua gadis itu dengan tatapan datar.
Gadis itu mengode Adara dengan gerakan dagu. "Siapa ini?" tanyanya, tanpa suara.
Adara ber-oh ria karena sahutan dari gadis yang ada didepannya saat ini. Lalu dia menyenggol lengan Shaula pelan, seolah-olah mengode untuk memperkenalkan diri.
Untung saja dia paham akan kode itu.
Shaula mengulurkan tangan ke arah gadis misterius itu dengan sebuah senyuman. "Shaula," katanya.
Gadis itu menggangguk seraya tersenyum tipis. Sebuah senyum yang manis dan nampak sangat cantik. Dia pun membalas uluran tangan Shaula untuk menjabat tangannya.
"Hena," katanya.
"Senang bertemu denganmu," kata Shaula.
Namun ada sesuatu yang membuat wajah Hena berubah walaupun tidak nampak jelas. Lantas dia langsung melepas jabat tangan itu dan beranjak dari duduknya.
"Aku akan pesankan makanan," sahut Hena, tiba-tiba.
Shaula mengganggukkan kepalanya yang diikuti oleh Adara. Namun Shaula dapat merasakan perubahan air muka Hena yang mendadak berubah. Dia begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada teman barunya itu.
"Ada apa dengannya?" gumam Shaula, pelan.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
Shaula memutuskan untuk pergi menuju kamar mandi untuk menenangkan diri. Dirinya bahkan masih tidak percaya dengan semua keganjalan ini. Dia masih mengira jika hal ini hanyalah sebuah mimpi.
Mungkin dengan mencuci muka diwastafel, akan menghilangkan beban pikirannya sehingga kembali segar.
Saat ini, arah tatapan Shaula jatuh pada pantulan dirinya pada cermin yang ada didepannya. Dengan kedua tangan yang memegang ujung wastafel, manik matanya terpusat pada pantulan itu.
"Siapa sebenarnya aku?" gumam Shaula, bermonolog.
Shaula tidak lagi mendengar suara malaikatnya itu sejak dirinya sudah berada di Hogwart. Apakah makhluk itu hanya hinggap disaat dirinya susah?
Mungkin seperti itu.
Shaula pun memejamkan matanya perlahan. Dia masih memikirkan jati diri yang sesungguhnya. Apakah dia harus mencarinya?
Lalu matanya terbuka secara perlahan.
Shaula menatap ke arah luar, bahkan dia sama sekali tidak menyadari jika dirinya sudah lama berada disini. Hingga dia pun berniat untuk keluar dari tempat ini segera.
BRUGH!
Setelah keluar dari sini, tubuh Shaula secara tidak sengaja menabrak punggung seseorang. Karena hal tersebut, sontak langsung membuat sang empunya mendengus pelan.
Siapa yang berdiri didepan jalan seperti ini?
Karena inseden tersebut, sontak membuat Shaula jatuh mengenaskan diatas lantai. Setelah itu dia mengelus pàntatnya yang terasa sakit.
"Aduh," keluh Shaula, pelan.
Laki-laki bertubuh bongsor itu menatap ke bawah, tepatnya dia menatap ke arah Shaula yang saat ini tengah jatuh diatas lantai. Tatapan laki-laki itu langsung terlempar padanya dengan sotot mata yang nampak tajam dan datar.
"Kenapa kamu berdiri ditengah jalan?" sungut Shaula.
Merasa perkataannya sama sekali tidak diindahkan oleh sang lawan bicara Shaula menjadi kesal sendiri. Dia pun langsung mendengus pelan, lalu bangkit dari posisinya.
"Memangnya punya kakekmu!" lanjutnya, ketus.
Laki-laki itu langsung melempar tatapannya ke arah Shaula, lalu menaikkan alisnya sebelah. "Kamu yang menabrak. Kenapa aku disalahkan?" sambarnya, ketus.
Tatapan tajam laki-laki itu, langsung membuat Shaula kesal setengah mati. Lantas dia mendengus dengan tatapan yang tidak kalah tajam dari sang lawan bicaranya.
Shaula meremat ujung pakaiannya. "Minta maaf padaku segera, atau aku akan—"
"Kau akan apa?" potong laki-laki itu, dingin.
"Pergi dan menjauh dari hadapanku segera," lanjutnya.
Setelah mengatakan hal tersebut, laki-laki itu langsung meninggalkan tempat tersebut. Dia meninggalkan Shaula seorang diri yang saat ini tengah menjadi pusat perhatian setiap pasang mata.
Namun wajah laki-laki itu memanglah tampan.
GREP!
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
...See you next part~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments