Hufflepuff Auror
...BAB 1...
...PERSPEKTIF WAKTU...
...a novel by youmaa...
...❝Sebuah tempat dimana kamu akan menemukan sebuah keajaiban.❞...
...Happy Reading♥...
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"STOP BIKIN HIDUP GUE HANCUR!"
BRUGH!
Sosok gadis bersuarai coklat itu baru saja mendorong tubuh ringkih lawan bicaranya hingga tersungkur. Pemandangan ini memang sangat biasa dilihat oleh semua murid yang ada disini.
Layaknya hal itu adalah hal yang lumrah.
"Ta—tapi aku sama sekali nggak bikin hidup ka—"
"CUKUP!" potong gadis itu.
Gadis dengan surai coklat tergerai itu membuang mukanya ke arah lain—seperti enggan untuk menatap sang lawan bicaranya. Terlihat dengan jelas name tag yang ada diseragamnya itu. Bahkan nama itu dikenal oleh seluruh penjuru sudut sekolah.
Leya Aldria.
"Ley, kayaknya perlu kita kasih pelajaran ini anak," sahut salah satu teman Leya.
Gadis malang itu hanya bisa diam dengan posisi terduduk dengan muka yang tertunduk. Bahkan dia sama sekali tidak menatap kedua gadis yang ada didepannya saat ini.
Leya dan Frea.
GREP!
Tiba-tiba, Leya menarik kerah seragam sekolah gadis malang itu kuat-kuat. Namun tetap saja sama, gadis itu diam tak memberontak sama sekali.
Memangnya siapa yang berani melawan anak dari penyumbang sekolah? Mungkin jika saja dia melawan Leya, dia akan didepak dari sekolah.
Gadis malang itu meringgis kesakitan, ketika tangan Leya beralih meremas rambutnya kuat.
Gadis itu mencoba untuk melepaskan cengkramam itu. "Sa—sakit. Lepasin," katanya.
Leya mendekatkan wajah ke arah gadis malang itu dengan tatapan tajamnya. "Itu semua nggak seberapa dengan apa yang lo lakuin ke Suhail," katanya.
"Ley, kita harus cabut," bisik Frea.
Merasa ada sesuatu yang menghambatnya, kedua gadis itu langsung pergi meninggalkan tempat. Tanpa mengatakan hal apapun, keduanya langsung pergi meninggalkan tempat.
Gadis itu meraih name tag yang tergeletak didekatnya. Dibenda itu tercetak sebuah nama yang tertulis rapi namun sedikit kabur.
Armetha Shaula.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Shaula, ini bekalmu."
Shaula sedikit tersentak dengan suara wanita paruh baya yang berlari menuju ke arahnya. Lantas dia langsung mengulas senyuman manis yang dia lemparkan pada wanita itu.
Ibu panti asuhan.
Miris sekali bukan? Mengetahui sebuah fakta jika gadis itu adalah seorang anak dari panti asuhan. Bahkan lebih malangnya lagi, dia sama sekali tidak mengetahui orang tuanya.
Hanya terdapatkan sebuah pesan yang tertulis diatas secarik kertas. Dengan tertuliskan permintaan tolong dan juga sebuah nama.
"Shaula, pamit dulu ya ibu?" sahut Shaula.
Ibu panti mengganggukkan kepalanya. Setelah itu, Shaula langsung pergi meninggalkan tempat untuk pergi bekerja paruh waktu. Padahal dia pamit kepada wanita itu dengan alasan untuk kerja kelompok bersama temannya.
Hanya itu yang dapat dia lakukan agar ibu panti asuhan tidak terlalu mencemaskannya.
Shaula mengayuh sepedanya menuju ke sebuah taman hiburan. Setelah dia sampai disana, gadis itu memakirkan sepeda tuanya disamping tenda. Tanpa menunggu waktu, dia langsung pergi masuk ke dalam tenda untuk berganti pakaian.
Tentu saja untuk menjadi badut taman hiburan.
Ketika dirinya bekerja keras untuk menghibur, dibalik kostum itu dia menahan semua rasa gerah serta hawa panas. Walaupun demikian, dia harus tetap semangat dan terus berusaha keras untuk tetap kuat.
"Boleh minta foto bareng?"
DEG!
Shaula terkejut ketika telinganya tidak sengaja mendengar suara berat yang sangat dia kenal. Lantas dia membalikkan badannya untuk menghadap ke sumber suara. Ternyata dugaan gadis itu benar, jika seseorang yang ada dipannya ini adalah orang yang dia kenal.
Suhail Lentera.
Kenapa dia ada disini, batin Shaula.
"Boleh 'kan foto bareng?" ulang Suhail.
Shaula hanya menggangguk serta mengeluarkan kedua jempolnya sebagai balasan. Untung saja wajahnya tidak terlihat dan tertolong dengan kostum badut ini. Sehingga Suhail tidak menggenal atau mempergokinya bekerja di taman hiburan ini.
"Buka kostumnya," pinta Suhail.
Shaula makin panik ketika dirinya mendengar perkataan dari laki-laki dingin itu. Dengan mengumpulkan keberanian, dia membuka kostum badut itu sehingga seluruh wajahnya nampak.
Suhail mengangkat kedua sudut bibirnya tipis, sedangkan Shaula hanya diam dengan kepala yang tertunduk.
"Angkat dagu lo. Kenapa nunduk gitu sih?" sungut Suhail, ketus.
Shaula perlahan mengangkat dagu, lalu manik matanya pun kini terpaku pada wajah tampan Suhail. Mengingat perkataan dari Leya, dia langsung membuang muka dan beranjak dari duduknya.
Suhail menaikkan salah satu alisnya. "Kenapa?" tanyanya, binggung.
"Aku masih ada pekerjaan. Jangan bikin aku kena pecat sama bosku," balas Shaula.
GREP!
Suhail mencekal pergelangan tangan Shaula, sehingga membuat gadis itu menghentikan langkahnya. Perlahan dia menatap tangannya yang saat ini digenggam oleh Suhail.
Shaula menghela napasnya gusar. "Suhail, gue harus kerja!" serunya seraya menaikkan beberapa oktaf.
Suhail mengarahkan dagunya ke kursi yang ada disampingnya. "Duduk," pintanya.
"Tapi—"
"Gue bilang duduk!" potong Suhail seraya menaikkan beberapa oktaf.
Shaula hanya bisa pasrah dan menurut. Dia pun duduk disamping laki-laki tampan itu—mungkin sebentar saja, tidak akan lama.
"Minum," kata Suhail seraya memberi botol air mineral.
Shaula tersentak karena dengan tiba-tiba, seorang Suhail Lentera sangat perhatian padanya. Bukannya dia terlalu percaya diri untuk mengatakan hal itu, tapi hal ini sudah sekian kali dirasakannya.
Suhail sepertinya menyukainya.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," sahut Suhail.
Shaula yang baru saja menegak air, langsung melempar arah tatapannya ke sang lawan bicara. Air mukanya langsung berubah seratus delapan puluh derajat karena tatapan tajam dari Suhail yang membuatnya kikuk.
"A—ada apa?" tanya Shaula, gugup.
Ah, kenapa dia menjadi tergagap seperti ini?
Suhail tidak akan mengungkapkan sesuatu padanya jika laki-laki itu menyukainya. Karena dia sangat sadar akan posisinya—Suhail tidak akan pernah melakukan hal itu.
Tidak akan pernah.
Suhail menghela napasnya tipis dengan kepala tertunduk. "Gue suka sama lo," katanya.
Shaula terkejut setengah mati ketika dirinya mendengar kata sakral yang terlontar dari Suhail. Dia bahkan sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh laki-laki itu.
"A—apa?" tanya Shaula, terkejut.
"Kenapa? Lo nggak denger? Apa kurang jelas?" sambar Suhail, ketus.
Bukan seperti itu yang Shaula maksud. Tapi kenapa bisa seperti ini? Bagaimana bisa Suhail menyukainya dengan perkataan yang sangat ketus itu?
Sangat tidak masuk akal.
"Suhail, aku nggak mau berhubungan sama kamu lagi."
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
Shaula berlari menuju ke kereta yang akan melaju menuju ke suatu tempat. Mungkin dengan melakukan liburan seorang diri akan meringankan beban pikirannya.
Kereta menuju ke Museum akan segera berangkat.
Shaula membuka jendela kereta api itu, sehingga membuat angin berhembus menerpa wajah dan anak rambutnya. Kedua lengannya terlipat dengan dagu yang mendarat diatasnya.
Obsidian hazel itu kini menatap ke arah luar jendela kereta api yang tengah melaju.
"Permisi, nona."
Shaula langsung melempar tatapannya ke arah sumber suara. Hingga manik matanya bertemu dengan seseorang yang sepertinya adalah staff kereta api.
"Bolehkah saya melihat tiket anda, nona?" tanyanya.
Shaula mencari-cari tiket tersebut, namun dia tidak menemukan benda itu dimana pun. Mendadak dia menjadi panik karena hal ini.
"Dimana tiket itu?" gumam Shaula, pelan.
"Ada masalah, nona?"
Shaula kembali menatap ke arah staff itu. "Maaf, pak. Saya—"
"Dia datang bersama dengan saya, ini tiketnya."
Shaula terkejut ketika ada seorang pria langsung muncul dihadapannya dan mengatakan hal tersebut. Bahkan sekarang, pria itu pun duduk disampingnya—layaknya sudah mengenal lama.
Staff kereta api itu mengambil tiket tersebut. "Saya permisi dulu," finalnya.
Sekarang hanya tinggal pria itu dan juga Shaula yang dilanda keheningan. Secara diam-diam, Shaula menjauhkan posisi duduknya sedikit lebih jauh.
"Maaf, anda ini siapa?" tanya Shaula.
Pria itu hanya menatap Shaula sekilas lalu kembali membuang mukanya. "Saya adalah penyelamatmu," balasnya.
Salah satu alis Shaula naik sebelah. "Penyelamat?" ulangnya.
Pria itu hanya menggangukkan kepalanya. "Nanti kamu juga akan tahu sendiri," katanya.
Setelah mengatakan hal tersebut, pria misterius itu pun pergi meninggalkan tempat. Sedangkan Shaula hanya bisa menatap kepergian pria itu tanpa berbuat apapun.
Lalu dia menggeleng pelan.
Setelah beberapa menit, Shaula pun bisa keluar dari kereta api. Ketika langkahnya baru saja hendak menginjakkan kaki, pergerakan itu mendadak terhenti.
Kini arah pandangan Shaula tertuju pada tempat asing yang menurutnya bukanlah tempat tujuan yang ada ditiketnya. Lantas dimana dia berada sekarang?
Sebuah hutan yang nampak rimbun.
Mendadak, pandangan Shaula menggelap secara tiba-tiba. Tanpa dia ketahui sebab dan apa sumbernya—yang jelas, ada sesuatu yang menariknya.
ZLAP!
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
...See you next part~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
smithswift
hai thor👋
like meluncur untukmu😉
yuk kak mampir keceritaku juga🤗
"sesakit inikah mencintaimu"
langsung klik profil aja
terima kasih
2020-12-06
0
wien nay
nyimak
2020-11-28
1
H.Key
lanjut baca
2020-07-06
1