...BAB 4...
...MELODY DEWA APOLLO...
...a novel by youmaa...
...❝Keajaiban itu selalu ada pada dirimu, jadi aku akam berikan itu padamu sekarang.❞...
...Happy Reading♥...
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
GREP!
Shaula menearik ujung pakaian laki-laki itu. Sehingga membuat langkah sang empunya sontak terhenti ditempat. Setelah itu, dia langsung membalikkan badan dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada.
Shaula mendengus kesal. "Cepat minta maaf padaku!" serunyanya, ketus.
Bukannya menjawab, laki-laki itu justru berdecak pelan. Setelah itu, dia langsung pergi begitu saja tanpa membalas perkataan yang Shaula lontarkan tadi.
Melihat sang lawan bicaranya itu mengabaikannya, dia langsung mendengus kesal. Kemudian Shaula berdahem pelan untuk menetralkan sikapnya.
Shaula berdecak pelan seraya melangkahkan kaki menjauh dari sana. "Aish, aku hanya dianggap angin," desisnya.
Sepanjang jalan, Shaula mengumpati laki-laki aneh itu dengan berbagai sebutan. Dia terus menggerutui laki-laki menyebalkan itu tanpa ada jeda. Mulutnya berkomat-kamit menyumpah serapahi, bahkan sempat berpikuran untuk mengutuk laki-laki itu.
"Memangnya siapa dia? Seenak jidat sekali bersikap seperti itu," gerutu Shaula, kesal.
Ketika sampai pada tempatnya tadi, Shaula pun duduk dengan rasa kesal yang sudah berada dipuncak ubun-ubun. Hal itu membuatnya menjadi panen sprotan dari kedua temannya.
"Kamu kenapa, Shaula?" tanya Adara, binggung.
Adara dan Hena saling tatap satu sama lain ketika Shaula tidak kunjung menjawab pertanyaan itu. Karena hal tersebut, mereka merasa binggung dengan tingkah laku ajaib dari Shaula.
Hena menatap Shaula dengan tatapan penuh selidik. "Kamu baru saja keluar dari kamar kecil, kenapa menjadi menggerutu seperti itu?" tanyanya.
Shaula mengambil sumpit yang berada diatas nampan. "Tidak apa-apa," balasnya, singkat.
Hena menyempitkan pandangannya. "Ada masalah?" tanyanya, lagi.
Shaula menggeleng dengan mulut yang penuh makanan, karena hal itu membuat pipinya menggembung. Bahkan dalam keadaan kesal pun gadis ini tetap bertingkah ajaib seperti sekarang.
Adara menaikkan salah satu alinya. "Jadi?" timpalnya.
Shaula menatap Adara sekilas. "Aku hanya tidak mood hari ini," balasnya.
Shaula nampaknya tidak ingin menceritakan hal ini pada teman-temannya. Dia pun memutuskan untuk menelannya sendiri, karena dia benar-benar sangat tidak berselera untuk mengatakannya kepada siapapun.
"Bagaimana kalau kita ajak Shaula pergi ke suatu tempat?" sahut Hena, antusias.
Shaula menatap Hena yang baru saja mengatakan sesuatu hal. Dia pun meletakkan sumpitnya kembali diatas nampan dengan perasaan yang penuh tanya.
Sepertinya itu adalah ide yang bagus untuk meperbaiki mood.
Shaula menggangguk pelan. "Baiklah," katanya.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
"Tempat ini nyaman sekali."
Manik mata Shaula langsung tersuguhkan oleh pemandangan indah pohon oak besar yang rimbun. Sungguh suasana yang sangat nyaman, sehingga membuat perasaannya tenang.
Adara duduk diatas rumput, lalu punggungnya dia sandarkan pada batang pohon. "Tempat ini adalah tempat favoritku dan Hena saat mood sedang memburuk," katanya.
Shaula merasa tidak menyangka jika pemikiran teman-temannya itu sama sepertinya. Dia pun mengangkat sebuah senyuman tipis dan memutuskan untuk ikut duduk bersama mereka.
Ketika mereka tengah sibuk menikmati suasana damai ini, mendadak manik mata Shaula tidak sengaja menangkap seseorang yang tengah berkelahi. Pada awalnya dia sama sekali tidak memperdulikan hal tersebut, tapi dia menjadi teringat akan masa kelamnya.
Shaula pun beranjak dari posisinya dengan kedua tangan yang terkepal. "Sebentar. Aku akan segera kembali," katanya.
Adara dan Hena hanya menggangguki apa yang Shaula katakan dan melanjutkan kegiatan mereka.
Entahlah hal apa yang dipikirkan oleh Shaula saat ini. Namun sepertinya dia sudah gila jika harus ikut campur dalam hal ini. Ketika langkahnya sampai pada tempat itu, dia langsung menghentikan langkahnya.
"Berhenti kalian!" seru Shaula.
Kedua laki-laki yang nampaknya masih berkelahi itu, langsung terhenti karena seruan dari Shaula. Air muka mereka nampak terkejut karena kedatangan dari gadis ini.
"Jangan ikut campur urusan kami," desis laki-laki yang tidak terdapat luka.
Sedangkan sang lawan kembali memukul laki-laki yang baru saja mengatakan hal itu pada Shaula. Melihat lawannya lengah, dia langsung memukul dengan menyerangnya tanpa celah.
"HENTIKAN!" teriak Shaula.
Shaula pun menatap ke arah dua laki-laki itu dengan tatapan tajam secara bergantian. "Apa dengan cara bertarung akan menyelesaikan masalah?" sahutnya dengan nada gahar.
"Atau kalian hanya ingin pamer kekuatan?" lanjutnya.
Karena perkataan Shaula tadi, sontak membuat keduanya langsung diam dengan pemikiran masing-masing. Setalah mengatakan hal tersebut, membuat napas gadis itu tersenggal karena berteriak seperti tadi.
GREP!
Beberapa detik kemudian, laki-laki tinggi itu tanpa aba-aba menarik pergelangan tangan Shaula untuk menjauh dari sana. Karena hal tersebut, membuat laki-laki dengan surai hitam itu mengernyitkan alis karena tingkah aneh sang lawan.
Shuala mencoba untuk melepaskan cekalan yang mengait ditangnnya. "Lepaskan tanganku," katanya.
"Berisik," balas laki-laki itu, datar.
Shaula mendelik tidak percaya dengan perkataan yang baru saja dilontarkan oleh laki-laki ini. Dia nampak kesal karena seenak jidat, seseorang yang ada didepannya ini menariknya.
"Memangnya kamu siapa? Kenapa menarikku seenaknya?" sungut Shaula, ketus.
Langkah laki-laki mendadak terhenti, sehingga membuat Shaula juga melakukan hal yang sama. Setelah itu, sang lawan bicaranya langsung membalikkan badan menghadap ke arah Shaula.
"Kamu juga siapa?" tanya laki-laki itu.
Dia pun membuang mukanya seraya melepas cekalannya. "Seenaknya datang dan menghentikan pertarungan antara aku dan juga El," lanjutnya.
Merasa kalah telak dalam berbincang, Shaula pun terdiam karena perkataan dari sang lawan bicara. Karena gadis ini tidak kunjung melontarkan perkataan, laki-laki itu langsung menaikkan salah satu alisnya.
"Kenapa diam?" tanya laki-laki itu, lagi.
Shaula mendongakkan pandangannya untuk menatap wajah datar dari sang lawan bicara. Arah padangannya pun jatuh pada name tag yang menempel pada seragam Ravenclaw milik laki-laki itu.
"Lee Soobin?" gumam Shaula, pelan.
Soobin menatap Shaula dengan tatapan datar, lalu menghela napasnya. "Kenapa? Ada yang salah dengan namaku?" tanyanya.
Shaula menggeleng pelan. "Tidak. Aku akan pergi," finalnya.
GREP!
Soobin mencekal pergelangan tangan Shaula dan menyeret gadis itu tanpa mengatakan hal apapun. Sedangkan gadis itu hanya bisa pasrah tanpa melakukan perlawanan, walaupun hal itu sudah dilakukannya.
Shaula masih mencoba melepaskan cekalan Soobin dari pergelangan tangannya. "Kamu mau membawaku kemana?" tanyanya.
Soobin hanya menatap sekilas ke arah Shaula dan kembali membuang tatapannya ke arah lain. Setelah beberapa menit, dia mengentikan langkahnya pada sebuah tempat.
"Membawamu ke tempat ini," kata Soobin.
Shaula tersentak ketika dirinya dibawa ke padang rumput yang luas dengan hembusan angin lembut. Dalam hati, dirinya tersenyum lebar karena keindahan dan kedamainan tempat ini.
"Siapa sebenarnya laki-laki ini?" gumam Shaula, pelan.
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
Sang raja malam telah tiba seakarang. Ditemani dengan bintang yang bertaburan indah, langit kala itu seperti sebuah hamparan kanfas hitam yang terlukis apik.
Karena hal tersebut, membuat rasa kantuk mendadak lenyap dalam sekejap. Padahal mata Shaula saat ini sudah berat, namun dia tidak kunjung menjemput alam mimpi.
Shaula berdecak pelan. "Ah~ kenapa aku tidak dapat tidur," helanya, gusar.
Untuk dapat mengusir rasa kesalnya, Shaula memutuskan untuk keluar dari kamar asramanya. Sebaiknya dia berjalan menikmati malam ini, berharap jika rasa kantuk dapat segera membuatnya tertidur.
Shaula melangkah menyusuri koridor asrama yang nampak gelap tanpa pencahayaan lampu. Cahaya disini hanya berandalkan cahaya bulan, jadi maklum saja sedikit gelap.
Shaula mendongakkan kepalanya ketika dirinya sampai pada jendela lorong. Tatapannya terpaku dengan bulan kuning dengan sinar yang indah diantara langit gelap.
Bulan itu memancarkan sinar terang.
Shaula memang tidak terlalu tahu mengenai astronomi, tapi dia merasa jika cahaya bulan tidak akan seterang ini. Cahaya tersebut hanya akan seterang ini pada bulan purnama saja dengan bentuk yang perlahan berubah.
"Bulan yang cantik," gumam Shaula, pelan.
Karena keindahan bulan itu, Shaula mendadak melupakan jika hawa dingin ini semakin menusuk kulit. Karena hal ini, dia pun memutuskan untuk kembali ke dalam kamar asramanya dan langsung tidur.
Namun ketika dia hendak melangkahkan kaki, dia bahkan baru tersadar jika dirinya berada diarea asrama Ravenclaw.
Shaula pun menepuk dahi. "Astaga. Bagaimana bisa aku terlalu jauh berjalan," katanya.
Shaula pun membalikkan tubuh lalu melangkahkan kaki menjauh dari area asrama Ravenclaw. Sebaiknya dia segera kembali, jika tidak ingin sampai kepala asrama akan mengomelinya nanti.
Namun langkahnya mendadak terhenti, ketika telinga Shaula tidak sengaja mendengar suara lembut. Suara ini adalah suara nyanyian dari seseorang dengan alat musik yang mengiringinya.
Merasa penasaran, Shaula pun memutuskan untuk mendekat ke arah sumber suara.
Shaula tersentak ketika manik matanya menangkap seseorang yang duduk ditepi jendela dengan gitar yang ada ditangannya. Dibawah sinar bulan ini, laki-laki itu melantunkan suara merdunya hingga seakan-akan membuat malam ini terasa lengkap.
Dia mengintip dari balik tembok yang cukup jauh darinya.
Shaula menyempitkan pandangan. "Lee Soobin?" gumamnya, pelan.
Ternaya suara indah ini berasal dari laki-laki yang baru dia kenal tadi siang. Niat untuk kembali ke kamar asramanya pun terurung, sehingga dia pun memutuskan untuk diam dan mendengarkan lagu yang dibawakan oleh Soobin.
"Wah~ aku tidak menyangka jika Soobin memiliki suara seindah ini," gumam Shaula, pelan.
Mungkin niat Shaula yang tadinya ingin mengutuk Soobin, mendadak dia tarik kembali. Dia pun menyandarkan punggung dengan kedua tangan yang menyentuh dadanya.
"Astaga, kenapa hal ini begitu menangkan?" kata Shaula, pelan.
Shaula pun memejamkan mata dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya. Pikirannya mendadak terhipnotis akan suara merdu yang Soobin miliki.
"Soobin, kenapa jantungku berdegup kencang saat ini hanya karena suaramu?" katanya.
Shaula tidak henti-hentinya untuk mengulas sebuah senyum. Bahkan dia tidak menyadari jika dirinya dibuat tidak berdaya hanya karena suara indah yang Soobin miliki.
"Sedang apa kamu disini?"
Shaula terpelonjak karena bias suara yang tiba-tiba terlontar melalui telinganya. Air mukanya saat ini sudah seperti maling yang kepergok tengah mencuri saja.
Ah, kenapa hal ini justru terjadi disaat dirinya tengah sibuk menikmati lagu?
Ah, kenapa aku kepergok seperti ini? batin Shaula.
Mendadak Shaula menjadi tergagap karena bias suara Soobin. "Ah, anu. Itu aku hanya—"
Soobin menatap Shaula dengan sorot mata datar dengan salah satu tangan yang membawa alat musiknya. Setelah itu, dia menaikkan salah satu alisnya hanya karena jawaban ambigu dari gadis itu.
Shaula binggung harus mengatakan apa. "Aku—aku hanya sedang mencari angin," dustanya.
"Eum, ya! Aku sedang mencari angin," lanjutnya.
Soobin kembali menaikkan alisnya lagi seraya mengedarkan padangan ke setiap sudut tempat yang dipijaknya saat ini. Lalu arah tatapannya mengarah pada Shaula yang saat ini tengah binggung setengah mati.
"Kamu mencari angin dihawa yang sedingin ini?" tanya Soobin.
Tidak ada pilihan lain selain menggangguk. Shaula terlanjur memakai alasan klasik yang konyol itu dengan terpaksa. Setelah mengatakan hal tersebut, Soobin tiba-tiba mengulurkan tangan.
Dalam hitungan detik, ada sebuah pusaran angin yang muncul diatas telapak tangannya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Shaula, binggung.
Shaula membulatkan mata, ketika Soobin menarik tangannya. Kemudian pusaran angin itu diberikannya kepada gadis itu dengan air muka yang masih nampak datar.
"Untukmu," kata Soobin.
Setelah mengatakan hal tersebut, sang empunya langsung melengos begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi. Sedangkan Shaula hanya bisa mengaga tidak mengerti akan sikap yang Soobin lakukan.
"Kenapa dia justru menuruti permintaanku?" gumam Shaula seraya menatap telapak tangannya yang kosong.
Karena tidak dapat menguasai angin itu, Shaula pun menerjun bebaskan tangannya. Entah hal apa yang saat ini dipikirkannya, dia justru tersenyum tipis tanpa sebab.
Sepertinya dia sudah gila saat ini.
Bukan perasaan kesal yang menyelimutinya, dia justru terlihat senang akan sikap manis yang baru saja Soobin lakukan padanya. Setelah cukup puas, dia pun memutuskan untuk kembali ke asramanya.
"Tidak aku sangka jika Soobin akan semanis ini," gumam Shaula.
Ketika sampai pada depan pintu asrama, Shaula mengernyitkan alis. Pikirannya saat ini terpikirkan oleh sesuatu hal yang mengganjal.
"Tapi tunggu dulu, dari mana dia mendapatkan gitar itu?"
...𓆝 𓆟 𓆜 𓆞...
...See you next part~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Reyhan Alkantara
thoor2..napa juga buat cerita yg ceweknya seperti org bodoh.....aisss
2020-06-09
3
incens
kocak🤣
2020-04-23
1