Kesadaran Morita mulai kembali, dia berusaha membuka matanya. Namun betapa terkejutnya dia, bahwa dirinya sudah terbaring di sebuah ruangan yang serba putih.
"Kau sudah bangun? " Seorang wanita dengan pakaian dokter datang menghampirinya. Morita bangkit dari tidurnya. "Anda siapa? "
wanita itu tersenyum manis. "Namaku Mile Isane, selamat datang di UKS ku. "
"UKS?"
"Apa tubuhmu baik-baik saja, kau tidak merasa sakit? " Sebenarnya dimana ini,tadikan..
"Soalnya aku khawatir kalau yang menjemputmu itu Nona Kyile. " Morita tak fokus dengan obrolan Mile. Dia terus memikirkan orang itu. "Moritachan, Morita Kuzukichan? "
Mile membangunkan lamunannya. "Ah iya?"
"Hmm, kau melamuni apa sih? "
"Tidak ada." Mile mengangguk .
"Aku akan memeriksamu lagi. " Mile memeriksa keadaan Morita. "Hm, sepertinya kau baik-baik saja, jika kau memang tidak merasakan yang lainnya. "
"Terimakasih. " Morita menundukkan kepalanya. Wanita itu pun tersenyum ramah. "Tidak masalah. "
Morita terdiam beberapa detik. "Anuu, sebenarnya ini dimana? "
"Kalau itu... " Belum selesai Mile menjawab seseorang datang menyelanya.
"Isane, kau di dalam? " Suara pria yang sedikit berat .
"Sudah datang rupanya. " Eh? Morita mengangkat sebelah halisnya.
"Ya, masuklah! Dia orang yang kumaksud. " Morita mengerutkan dahi. apa maksudnya?
seorang pria tinggi berambut pirang datang menghampiri mereka. "Morita kuzuki, bagaimana keadaannya Mile? "
"Bagus. "
"Hmmm, begitu ya. " Kaoh mengelus janggut tipisnya.
"Anda siapa? "
"Wah, dia tenang rupanya. Kukira akan meronta-ronta. " Kaoh terkekeh. Morita menjadi sedikit kesal.
"Tuan, jangan begitu!" Cantiknya! Mata Morita berbinar melihat wanita anggun itu. "Ah, Lichita kau rupanya. "
Lichita memegang sebelah pipi Morita. Tangannya halus sekali! Morita menelan ludah. "Kau baik-baik saja kan, Kuzuki-chan? "
"I-iya. "
"Syukurlah."
"Anu, sebenarnya kalian siapa dan ini dimana? barusan saya bertanya pada dokter, tapi... "
"Kalau begitu aku ucapkan, selamat datang di tempatku!" Kaoh membungkuk dua detik dengan gaya khas pelayan. "Ini adalah sekolah milikku. " sambungnya.
"Sekolah?"
"Ya. Meski itu hanyalah sebuah topeng. " Morita memiringkan kepalanya. "Ini adalah tempat teraman untuk orang-orang sepertimu, tidak bukan tapi seperti kita. "
"Kita? Ah, jangan bilang?! " Mereka semua mengangguk kepada Morita. "Kami adalah Esper. "
"Esper? "
"Kecuali aku. " Sela Lichita. "Eh? "
"Ya, Lichita istriku adalah orang biasa namun dia berasal dari keluarga bangsawan yang selalu menemani keluarga kami dari turun temurun, dan orang yang mengetahui rahasia kami. "
"Rahasia?"
"Intinya mulai sekarang kau akan dibawah perlindungan dan pengawasan kami, dan menjadi murid sekolah ini. Semua dokumennya sudah dibereskan, ini kau boleh melihatnya. " Kaoh menyodorkan secarik surat berukuran besar. Berkas itu dibuka oleh Morita ,dia terkwjut saat melihat semua dokumen bisa ditanda tangani orang tuanya, bahkan jauh sebelum mereka tiada. "Ini? "
"Benar. Orang tuamulah yang mengirimnya, meski ya itu harus memakan waktu karena mereka tidak menyantumkan nama dan hanya mengirim selembar proposal bertanda tangan mereka dengan foto dirimu. Itu membuat kami harus lebih menggali informasi. "
Morita meremas kertas-kertas itu, dia mulai mengeluarkan air mata. "Kenapa?" Lichita mengusap pipi Morita yang basah. "Maaf kalau kami terlambat. " Morita terenyuh dengan kehadiran Lichita yang baginya bagai malaikat. Morita menggeleng dan tersenyum begitu.
"Ya, intinya begitu. Jadi apa kau siap dengan hari pertamamu besok, Kuzuki-chan? " Kaoh memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"Besok? " Kaoh mengangguk-angguk. "Ehh? "
"Tenanglah Morita-chan, jika kau kesepian datanglah kesini. " Sela Mile. Bukan itu maksudku, haah! Morita menghela nafas. "Baiklah, tunggu tapiii aku harus tinggal dimana?"
"Masalah itu... "
Morita berdiri di muka pintu. Ehhh? Dia terkejut dengan keadaan ruangan yang begitu berantakan hingga Lichita bersin dan tersedak. "Lichi, kau tidak apa-apa? Hei Tuart, kau tidak mengerjakan yang aku suruh ya, bodoh! " Kaoh menginjak-nginjak mesin itu. "Tuan, hentikan kasihan dia. "
"Tidak, ini supaya dia tidak cepet rusak! " Ehh, bukannya jadi cepet rusak ya? Apa-apaan pasangan ini?
"Tuan Kaoh!" Kaoh menghentikan perbuatannya. "Hah! " Lichita menghela nafas, memasang wajah kesal. Dia membongkar robot itu dan mengganti baterainya.
"Tuart siap. " Ucap robot itu. "Tuart, tolong ya. " Wajahnya memerah. "Baik, Lichita -sama." Robot itu bergegas membersihkan kamar yang akan menjadi milik Morita.
Dasar robot penghianat, dia hanya mau disuruh oleh istriku saja. Oh, Lichita aku tidak akan membiarkannya merebut, wahai bungaku.. Kaoh menggurutu didalam hati.
Ditempat lain, seseorang yang tidak sengaja mengetahuinya merasa mual.
Morita berdiri mematung melihat tingkah pasangan itu. Dia juga terus memikirkan isi berkas tadi, dan satu lagi dia masih berfikir kalau itu bukan mimpi. Tapi tentang pengejaran itu merupakan mimpi buruk baginya. Morita menoleh ke arah langit. Siapa dia sebenarnya, apa dia juga disini?
"Kuzuki-chan, beristirahatlah semua sudah beres. " Lichita memegang pundaknya.
"Terimakasih. "
"Baiklah, kami pergi. " Kaoh dan Lichita keluar meni ggalkan tempat itu.
Morita menjatuhkan dirinya ke kasur. Empuknya! Dia menutup matanya dengan lengan kanannya. Tiba-tiba dia teringat dengan barang-barang ditempat tinggalnya yang dulu, dan dia terbangun panik.
Tiba-tiba, Tuart datang. "Tenang shaja, semua yang kau perlukan sudah ada di dalam lemari itu." Morita dengan cepat membukanya, matanya terbelalak betapa terkejutnya dia karena semua barangnya ada disana bahkan ketika dia memeriksa kamar mandi dan dapur di kamar barunya, semua barang miliknya berada disana.
Kenapa mereka bi... Ah, difikirkan pun tidak ada gunanya! Mereka kan.. ." Morita kembali menidurkan tubuhnya.
Keesokan harinya Tuart telah membangunkan Morita dan menyiapkan seragam barunya.
Morita berjalan memasuki gerbang itu, dia melihat ke sekelilingnya dan mendarat di kelas 2-1.
Jam pelajaran dimulai. "Selamat pagi. " Kurosoba memasuki kelas. "Selamat pagi!" Semua murid membungkuk memberi salam.
"Hari ini aku akan memperkenalkan teman baru kalian di kelas ini, Morita kuzuki perkenalkan dirimu!"
Morita berdiri di mejanya. "Aku Morita Kuzuki, mohon bantuannya!" Dia membungkukkan badannya sambil memutar memberi salam lada seluruh siswa di kelas.
"Selamat datang, duduklah! " Morita pun duduk kembali. Pelajaran sejarah dimulai, semua orang sangat serius dan fokus. Tetapi ada satu meja yang kosong di tengah-tengah mereka. Morita melirik meja itu dan Kuchisawa yang duduk di belakangnya menyadarinya. "Dia tidak datang." bisik Kuchisawa
"Eh? " Morita menoleh kebelakang. "Aku Kuchisawa Maeta."
"Ah, halo. "
"Kenapa kau penasaran dengannya?"
"Ah, tidak, hanya saja karena itu kosong. "
"Nanti kalian pun akan bertemu. "
Kata-kata itu terus terngiang didalam otak Morita. Apa yang dikatakan Kuchisawa itu. Apa itu dia orang yang misterius itu? "Akhh, kenapa aku tidak ingat wajahnya?" Morita menghela nafas. Lagi pula dia menutup wajahnya.
"Morita-san. " Seseorang membangunkan lamunannya. Seorang gadis yang memakai kacamata. "Kau? "
Hana membetulkan kacamatanya. "Kepala sekolah memanggilmu. "
"Kepala sekolah? " Benar juga, aku kan harus belajar mengontrol kekuatanku.
"Ikut aku! "Morita mengikuti Hana. Morita mengingat pesan Kaoh sebelumnya.
"Disini karena kau baru jadi kau harus belajar mengontrol kemampuanmu, aku akan mencarikan tutor yang cocok denganmu. " Siapa ya yang akan melatihku?
Hana mengetuk pintu itu. "Masuk! " Suruh Kaoh dari dalam. Mereka pun masuk. Mata Morita membesar setelah melihat apa yang di depannya.
"Dia!" Kyile tersenyum kecil. "Jangan-jangan? " Kaoh mengangguk. Tubuh Morita gemetaran. "Karena kalian sudah saling kenal, jadi dia yang akan melatihmu. "
"Ayo kita berjuang, Kuzuki-chan. " Ehhhh?? Tidak mungkin!!
***
"Ini informasi yang kau inginkan. " Pria itu memberikan secarik kertas padanya. Bocah itu menyakuinya dan pergi. Dia berhenti di langkah ketiga dan menoleh. "Terus lakukan. "
"Sesuai perintahmu."
Di ruang OSIS, Nana dan Kiyoshi sibuk merapikan ruangan mereka itu. Karena Sana dan Hana yang pergi keluar.
"Ku dengar anak baru itu berada di kelasmu, senpai? " Nana mengangguk. "Ya. "
"Apa dia kuat? "
"Entahlah, kenapa tidak kau lihat sendiri? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments