Malam ini keempat penerus dragon mendapatkan tugas baru dari Tuan Gerald, mereka berempat mendatangi sebuah bar malam milik Christian. Hart's menarik pisau yang ia sembuyikan dibalik celananya dan melempar pisau tersebut kearah anak buah Alex, semua orang yang ada di sana langsung berteriak histris dan belari menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Hart's, Danil's dan Fernando terlihat santai menjatuhkan anak buah Alex berbeda dengan Alan. Ini hari pertamanya di dragon tapi dia sudah harus bekerja. Alan menghajar anak buah Alex, Alan hanya melumpuhkan mereka. Alan tidak berniat menghajar anak buah Alex membabi buta seperti Fernando ataupun membunuh tanpa ragu seperti Hart's.
Alex menyodorkan pistolnya tepat dikepala Hart's. "Bersiaplah keneraka, Hart's.”
Dorrr...
Suara tembakan kembali terdengar, Hart's tersenyum sinis menatap tubuh Alex yang terbujur kaku. Hart's menyeringgai menatap dahi Alex yang berlubang hasil karya Fernando. Sebelum Alex sempat menarik pelatuknya, Fernando lebih dulu menarik pelatuknya membiarkan peluru miliknya menyapa kepala Alex.
"Kau yang seharusnya bersiap keneraka, bajingan." Fernando meniup ujung pistolnya, lalu berjalan menghampiri Hart's dan membantunya berdiri.
Alan memperhatikan orang-orang yang tergeletak disekitarnya dalam keadaan tidak bernyawa. Tanganya kembali gemetaran sama seperti sepuluh tahun yang lalu saat dimana dia menembak mati seekor merpati. Hart's, orang pertama yang menyadari ketakutan pada diri Alan.
Salah satu anak buah Alex yang terluka hendak meraih pistol yang ada didekatnya, Hart's yang menyadari gerakan pria itu langsung merampas pistol milik Fernando dan melepaskan tembakan kearah anak buah Alex tersebut.
"Tidak! Hart's jangan?" teriak Alan saat melihat Hart's mengarahkan pistolnya pada pria tersebut. Terlambat peluru lebih dulu menacap didada kiri pria tersebut. Keempat penerus dragon segera kembali ke club dragon.
🍁🍁🍁🍁🍁
Para penerus dragon kembali ke club malam milik mereka sendiri yang berada di daerah Centra, salah-satu daerah kekuasaan mereka.
"Hart's, kau tidak perlu membunuh pria itu?" Hart's meletakan gelas winenya sedikit kasar ketika mendengar perkataan Alan.
"Yak! Alan, kita ini mafia bukan panti sosial. Jangan gunakan perasaanmu saat berada disituasi berbahaya seperti tadi. Tsk! Kau masih sama seperti dulu. Kau tahu perasaan sialanmu itu akan membahayakan nyawa kita.”
Danil's yang melihat perdebatan kedua sahabatnya bergegas mendekat kearah mereka, Alan yang tidak puas dengan penjelasan Hart's mencoba untuk bicara pada Hart's. Namun, Hart's mengabaikan perkataan Alan.
Saat Alan ingin membuka mulutnya kembali, seseorang lebih dulu menyentuh bahunya menghentikan niatnya untuk bicara pada Hart's. Danil's meminta Alan untuk tidak bicara lagi melalui tatapannya. Sementara Hart's nampak acuh dengan keberadaan Danil's dan Alan didekatnya. Hart's mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Hart's menatap rindu pada selembar foto ditangannya.
"Kau merindukan mereka?" Danil's menarik kursi yang ada disamping kanan Hart's.
"Ya. Sudah dua tahun aku tidak bertemu dengan mereka. Kau tahu mereka sudah dewasa sekarang, rasanya aku ingin sekali terbang menemui mereka. Ini sudah saatnya mereka kembali." Hart's menatap lekat foto kedua saudara prempuannya itu, jemari tangannya nampak sibuk membelai wajah kedua foto adiknya.
"Terkadang kau melupakan sesuatu Hart's. Mereka sudah dewasa mau sampai kapan kau mengantungkan hidupmu untuk mereka? Biarkan mereka memilih kehidupan sesuai keinginan mereka sendiri. Kau tidak bisa selamanya menyerahkan hidupmu seperti ini, cari kebahagianmu sendiri. Aku bicara seperti ini sebagai saudara yang tumbuh besar bersamamu."
"Setua apapun usia mereka, sebesar apapun tubuh mereka bagiku mereka tetaplah putri kecilku, Danil's. Adik yang harus aku jaga dan aku lindungi dengan nyawaku. Aku tidak bisa melepaskan mereka begitu saja. Setidaknya sebelum aku menemukan orang yang tepat untuk mengantikanku menjaga mereka."
Tiba-tiba saja sebuah tangan merampas foto dari tangan Hart's secara paksa, siapa lagi kalau bukan Fernando sih pembuat honar, "Wow teman, kau memiliki selera yang bagus. Kau sangat hebat dalam memilih wanita. Hei bisakah kau membiarkan aku tidur dengan mereka?"
"Kembalikan!" Hart's merampas kembali foto adiknya dari tangan Fernando lalu dia memukul keras kepala Fernando. Inilah alasan kenapa Hart's begitu menjaga kedua adiknya, Hart's tidak ingin adik-adiknya jatuh ketangan pria seperti Fernando. "Dengar otak ************ jauhi mereka dan jangan pernah berpikir untuk mendekati mereka. Atau aku akan membunuhmu."
"Dasar mata keranjang bodoh. Mereka tidak sama seperti wanita yang sering kau tiduri. Hart's akan langsung membunuhmu jika kau sampai berani mendekati kedua adiknya. "Danil's menendang tulang kering Fernando sebelum pergi meninggalkan Fernando yang meringgis kesakitan bersama Alan.
"Yak kurcaci sialan!”
...🍂...
...🍂...
...🍂...
Entah sudah berapa kali Alan menghela nafas panjang. "Aku tidak bisa melakukan ini. Aku seorang polisi, tugasku melindungi bukan membunuh. Kedatanganku kemari untuk menyelidiki pekerjaan gelap dragon, menemukan petunjuk keberadaan kedua saudara-ku bukan untuk menjadi penerus dragon."
Alan memperhatikan kendaraan yang berlalu-lelang dijalan raya lewat jendela ruang kerjanya yang berada dilantau tujuh. Alan benar-benar dilema dengan posisi dan situasinya di dragon, dia sama sekali tidak berniat untuk kembali menjadi penerus dragon. Seseorang membuka pintu ruang kerja penerus dragon, Alan yang termenung tidak menyadari kedatangan Danil's sama sekali.
"Alan, kau baik-baik saja?" Alan tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Danil's sementara Danil's merasa aneh dengan sikap Alan akhir-akhir ini. Alan terlihat tidak seperti biasanya, pria berambut sedikit panjang itu lebih banyak melamun.
"Danil's? Ah Sory, aku tidak menyadari keberadaanmu," Alan menarik ujung bibirnya. "Ah dimana Hart's dan Fernando? Mereka tidak bersamamu?”
"'Hart's sedang menyelesaikan sesuatu. Mengenai Fernando? Aku sama sekali tidak tahu, mungkin saja dia masih berada diatas tubuh ****** barunya.”
"Danil's apa kalian punya masalah pada Paman Imanuel? Setiap kali bertemu sorot matanya seperti menaruh kebencian pada kita." Danil's menjatuhkan tubuhnya disofa mendengar pertanyaan Alan.
Alan baru tiga bulan bergabung bersama dragon wajar saja jika dia bertanya seperti itu karena dia belum mengetahui banyak hal di dragon.
"Alan, aku mengerti kalau kau belum terbiasa dengan kehidupan barumu disini, tapi inilah dunia kita sebenarnya. Siapapun bisa menjadi musuh kita termasuk orang terdekat kita. Musuh bisa membunuh kita kapanpun setiap kali ada kesempatan, ditempat ini banyak orang picik yang mengunakan berbagai cara untuk menyingkirkan orang lain."
"Tapi tidak dengan mereka yang mengunakan perasaan mereka. Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan nyawa," Alan menghela nafas kecil, kepalanya mendongak keatas menatap langit-langit ruangan. "Pertikaian akan melahirkan dendam baru."
Danil's tertawa kecil mendengar perkataan Alan. Danil's berjalan menuju lemari es mengeluarkan dua kaleng bir dan memberikan salah-satunya pada Alan, "Aku tahu kau tidak ingin mengotori tanganmu dengan darah, tapi inilah takdir hidupmu dan kau harus bisa menerimanya. Kau tidak bisa mengubah apa yang sudah ditakdirkan Alan Orlando."
"Kita terpisah cukup lama, aku tidak bisa mengerti alasan kalian mengotori tangan kalian. Aku juga tidak bisa memahami ambisi Hart's membunuh semua musuhnya. Apa ada alasan dibalik semua ambisinya itu?”
Danil's menatap lekat kearah Alan. Danil's menghela nafas kasar mengingat kejadian yang membuat Hart's berubah, "Kau pergi begitu saja sampai kau tidak tahu apa saja yang dilalui sahabatmu. Kau masih ingat saat kita membunuh merpati dulu? Sejak saat itu Elektra mengalami hemophobia parah. Dia selalu ketakutan, tubuhnya mendadak lemas bahkan dia sering pingsan setiap melihat darah dalam jumlah banyak. Sementara Seville?" Danil's mengantungkan kalimatnya, pikirannya melayang jauh kemasa lalu.
"Apa yang terjadi padanya?" Alan menunggu Danil's kembali bercerita, Alan harus tahu alasan Hart's yang begitu ingin membunuh musuhnya.
"Uh. Seville hampir mati ditangan musuh ketua. Demi keselamatan mereka, ketua terpaksa menyembuyikan keberadaan mereka dari semua orang termasuk dari Bibi Hanna juga kami. Tidak ada yang tahu dimana mereka, seperti apa rupa mereka selain ketua dan Hart's.”
"Lalu bagaimana kabar mereka sekarang?”
"Aku tidak tahu. Sejak kepergian mereka kami tidak pernah bertemu lagi, ketua memutuskan semua komunikasi kami dengan mereka. Ketua menghilangkan semua jejak mengenai mereka, aku sendiri tidak tahu wajah mereka sekarang."
"Kau tidak memiliki foto mereka?" Alan menaikan salah-satu alisnya menatap heran pada Danil's.
"Yak! Kau tidak mendengarkan perkataanku dengan baik hah? Aku bilang ketua menghilangkan semua jejak mengenai mereka, wajah mereka saja aku tidak tahu lalu bagaimana caraku mendapatkan foto mereka eoh? Kau ingin kau mencuri foto mereka dari kediaman Scharllet? Begitu," Danil's berdecak kesal. Alan hanya tertawa kecil melihat kekesalan sahabatnya itu. "Harts akan membunuhku jika aku sampai memiliki foto kedua adik kesayangannya itu. Lagi pula aku ingin bertemu mereka secara langsung.”
🍁🍁🍁🍁🍁
Seorang pria bertubuh jangkung melangkah memasuki salah-satu kafe yang ada daerah Centra. Kedua netranya nampak sibuk mencari keberadaan orang yang ingin dia temui disana, begitu menemukan sosok pria yang dia cari. Pria tersebut begegas menghampirinya, naas pria jangkung itu langsung mendapatkan tamparan lebih dulu dari orang yang ingin dia temui.
"Ayah? Kenapa Ayah menamparku?” Charles menyentuh pipinya yang merah akibat tangan hangat sang ayah.
"Karena kau pantas mendapatkannya anak bodoh!" Tuan Imanuel menghela nafas kasar, setiap kali berhadapan dengan putranya tensi darahnya meningkat secara dratis.
"Ayah, kau memanggilku kemari hanya untuk ditampar? Wah keterlaluan sekali.” Charles menarik kursi dan menjatuhkan bokongnya dikuris tersebut.
"Diam! Berhentilah main-main dan gunakan otakmu anak bodoh. Posisi kita saat ini sedang terancam dan kau mala sibuk bersenang-senang. Kau bahkan tidak tahu dragon mendapatkan anggota baru."
"Apa kita harus secemas itu? Kita tidak akan kehilangan segalanya hanya kerena satu anggota baru." Charles kembali meringgis saat Tuan Imanuel kembali menampar wajah tampannya.
"Anggota baru ini bukan orang bodoh sepertimu. Dia salah-satu penerus dragon sama seperti Hart's dan dua bocah tengik itu. Jika kau tidak berhati-hati, kau tidak hanya kehilangan posisimu tapi juga nyawamu."
"Apa?" Mendengar ucapan Tuan Imanuel, Charles tanpa sadar menyemburkan minuman kewajah ayahnya sendiri. Tuan Imanuel mengumpat kesal mendapat semburan kasih sayang dari mulut putranya.
"Kita harus bergerak cepat. Beritahu Celvin untuk berhati-hati, saat ini Hart's dan teman-temannya sedang menyelidiki sesuatu."
"Baiklah, baiklah. Mau sampai kapan kita menjadi budak mereka? Aku juga ingin menikmati semua yang dimiliki oleh Hart's?"
"Bersabarlah, setelah semua ini selesai kau bisa memiliki semuanya. Kemewahan, kekuasaan. Semua itu akan berada dalam genggamanmu. Tapi sebelum itu kita harus menyingkirkan mereka secepatnya."
"Untuk itu serahkan saja padaku, aku akan mengurus semuanya. Ayah cukup percayakan saja semuanya padaku."
"Jangan meremehkan mereka, anak bodoh. Posisimu manjadi taruhannya. Ayah tidak ingin kau sampai salah langkah dan merusak semua rencana."
🍁🍁🍁🍁🍁
"Ayah ingin pergi lagi?" Elektra memperhatikan penampilan Tuan Gerald yang sudah rapi. Tuan Gerald dan Nyonya Hanna saling bertukar pandang satu sama lain mendengar pertanyaan Elektra.
Hart's menurunkan Seville dari gendongannya ketika melihat Elektra dan kedua orang tua mereka bersitegang.
"Ada hal penting yang harus Ayah selesaikan." Tuan Gerald mengelus surai hitam putrinya, pria berdarah dingin ini terlihat berbeda saat bersama keluarganya.
"Cih. Kau baru saja pulang dan sekarang Ayah sudah mau pergi lagi? Apa pekerjaan lebih penting dari pada putrimu? Aku dan Seville kembali untuk berkumpul bersama keluarga kami, jika seperti ini apa bedanya dengan kehidupan kami dulu tanpa kalian."
"Elektra? Ayah minta maaf tidak bisa menemani kalian tapi Ayah janji setelah semua pekerjaan Ayah selesai, Ayah akan meluangkan waktu untuk kalian berdua hmm." Tuan Gerald mencoba memberikan pengertian kepada Elektra, sebagai seorang Ayah tentu dia tidak ingin membuat putrinya kecewa namun sebagai seorang pimpinan, dia memiliki tanggung jawab yang tidak bisa dia abaikan begitu saja.
"Ibu?" Elektra menatap sendu kearah Nyonya Hanna berharap sang ibu akan mendukungnya dan membujuk sang Ayah untuk tetap tinggal.
"Biarkan Ayahmu pergi. Jangan menghalangi Ayahmu pergi, usiamu bukan anak kecil lagi. Ayah-mu masih memiliki tanggung jawab, ada ribuan karyawan mengantungkan hidup mereka dibahu Ayahmu." Elektra sangat kecewa mendengar perkataan Nyonya Hanna.
Tuan Gerald mencium istrinya, ketika hendak mencium Elektra, Elektra yang terlanjur kesal pergi begitu saja meninggalkan orang tuanya.
"Jangan menatapku seperti itu. Tidak ada yang ingin aku katakan padamu Ayah. Semua yang ingin aku katakan sudah disampaikan oleh Elektra. Pergi saja, aku tidak mempermasalahkannya sama sekali."Sarkas Seville sedikit kasar.
"Jangan terlalu dipikirkan, ini akibatnya jika kamu terlalu memanjakan mereka. Biar aku yang akan bicara pada Elektra. Kalian pergi saja ini sudah waktunya kalian berangkat." Nyonya Hanna memeluk dan mencium Hart's.
"Baiklah. Jangan terlalu keras pada putriku." ujar Tuan Gerald.
To Be Continued .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Nurhuda
astaga fernando bnr2 ya🤣🤣 bikin ngakak trs
2022-02-25
1