Danil's dan Hart's nampak begitu gelisah menunggu kedatangan Fernando, Hart's sibuk memainkan pulpennya, kedua bola matanya terus memperhatikan arloji yang ada ditangannya. Mereka berdua sangat mencemaskan keadaan Fernando.
Fernando sering membuat honar dengan kelompok mafia lain sehingga membuat mereka berdua selalu kewalahan membersihkan kekacauan yang ditimbulkan oleh Fernando. Mereka berdua sangat mencemaskan Fernando terlebih lagi disaat seperti ini, saat Fernando tidak bisa dihubungi.
"Sudah jam sepuluh, tapi Fernando masih belum juga datang? Ponselnya juga tidak aktif sampai sekarang." Hart's terus berusaha menghubungi Fernando, raut wajahnya mulai kesal kerena Fernando tidak kunjung menjawab panggilannya.
"Hart's tenanglah, Fernando pasti baik-baik saja diluar sana. Mungkin saja saat ini Fernando sedang terjebak macet atau mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya ditempat tidur.” Danil's mencoba menenangkan Hart's tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun dari dokumen yang dibacanya.
Fernando belari disepanjang koridor dragon manabrak siapapun yang menghalangi jalannya. Seperti biasanya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Fernando menerobos masuk keadalam ruangan membuat kedua sahabatnya terkejut sekaligus berdecak kesal melihat kelakuannya yang tidak pernah berubah sama sekali.
"Sory, aku terlambat?" Fernando mengatur nafasnya yang naik turun tidak beraturan.
"Shitt! Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk keruangan?" gerutuh Danil's yang sangat membenci kebiasaan buruk Fernando ini.
"Oii mana sempat aku malakukannya disaat darurat seperti ini," gerutuh Fernando yang tidak kalah kesalnya. "Hey. Apa Kalian tahu kalau dragon akan kedatangan anggota baru hari ini?"
"Bukankah ketua sudah memberitahu kita soal itu?" Hart's berhenti sejenak memperhatikan kedua sahabatnya satu persatu. "A-pa Hari ini? Bukankah seharusnya tiga hari lagi?"
"Huh. Itu yang membuatku heran sampai sekarang," Fernando memainkan bibirnya dengan jemari tanganya sambil memperhatikan ekspresi heran dari raut wajah kedua sahabat baiknya itu. "Ketua mempercepat kedatangannya dari waktu yang telah ditentukan.”
Telfon dimeja kerja Danil's berdering, Danil's segera menerima telfon itu dan tidak lama kemudian menutupnya.
"Dari siapa?" tanya Hart's sedikit was-was.
"Ketua! Kita harus segera keruang pertemuan sekarang juga." jawab Danil's
"Sebenarnya ada apa ini? Kenapa semuanya serba mendadak seperti ini?” Oceh Fernando yang kesal tidak diperhatikan oleh kedua sahabatnya.
"Seseorang yang berarti untuk kita juga dragon? Danil's, Fernando apa yang paling berarti bagi Kalian juga dragon?” Tiba-tiba saja Hart's melemparkan pertanyaan pada kedua sahabatnya.
"Seseorang yang berarti untukku? Hmm apa ya?" Alis Fernando saling beraut menandakan kalau pria itu sedang berpikir keras. Hart's dengan sabar menunggu jawaban Fernando. "Hah? Tentu saja Wanita cantik dan seksi. Argh! Sakit sialan!" Fernando meringgis saat Danil's memukul kepalanya dengan brutal.
Danil's berkacak pinggang sambil menekan dahi Fernando dengan jari tangannya, "Apa diotakmu ini hanya ada wanita murahan itu hah?”
Mereka segera menuju keruang pertemuan, mereka saling menatap heran ketika melihat semua orang yang berpengaruh didragon berkumpul disana. Mereka segera menuju kursi mereka masing-masing.
"Ada apa ini? Kenapa semua orang penting didragon berkumpul disini? Hei Hart's? Bukankah Kau putranya, apa kau tidak mengetahui sesuatu dari ini semua?" Fernando berbisik pelan pada Hart's yang berada tepat disampingnya. Hart's memutar matanya malas.
"Aku memang putranya, tapi itu bukan berarti aku harus mengetahui semua yang dia rencanakan. Kalau kau begitu penasaran kau bisa tanyakan langsung padanya." Hart's menendang tulang kering Fernando, membuat Fernando berteriak histris. Semua orang menatap tajam kearah Fernando.
"Kalian berdua sebaiknya diam dan dengarkan saja apa yang ketua sampaikan!" Danil's memijat dahi nya yang tidak terasa sakit. Danil's selalu berpikir mengenai dosa yang dilakukan oleh orang tuanya dimasa lalu sampai dia harus memiliki saudara tidak sedarah seperti kedua pria itu.
"Yak! Jika kau ingin marah maka marahlah padanya?" Fernando menunjuk Hart's dengan jari telunjuknya. Dia tidak bisa terima Danil's memarahinya. "Aku hanya bertanya dan dia? Shiit kakiku, argh!!" Protes Fernando menahan sakit di hadapan semua orang, sebagai salah satu penerus dragon dia tidak ingin terlihat lemah.
Mereka semua langsung berdiri memberi hormat saat Tuan Gerald masuk kedalam ruang pertemuan. Tuan Gerald memberi isyarat melalui tangannya meminta para pengikutnya untuk kembali duduk kekursi mereka masing-masing.
"Hari ini? Hari ini dragon sudah memilih seseorang untuk bergabung bersama dragon seperti kalian. Setelah melalui berbagai tahapan, dragon berhasil menemukan satu orang yang pantas bergubung bersama dragon. Dulu dia adalah bagaian dari dragon sama seperti kalian, sepuluh tahun yang lalu dia memutuskan pergi melepaskan tugas dan kewajibannya pada dragon. Sekarang dia telah kembali." Tuan Gerald menatap semua para pengikutnya tanpa terkecuali.
Tuan Gerald tersenyum tipis menatap kearah Hart's, Danil's dan Fernando. "Alan Orlando masuklah!”
Mendengar nama Alan disebut, ketiga penerus drgaon terkejut dan spontan berdiri dari kursi mereka masing-masing. Seseorang membuka pintu ruangan dan berjalan menuju kearah Tuan Gerald.
"Melihat ekpresi kalian sepertinya masih banyak yang belum mengenalnya. Pria ini adalah Alan Orlando, Putra Edward Orlando dan salah satu pewaris dragon. Mulai hari ini Alan akan bergabung bersama kalian. Semua yang menyangkut dragon akan diserahkan padanya terutama daerah distrik Centra dan Golden Sky.”
"Apa? Tsk. Bagaimana bisa ketua memberikan tanggung jawab sebesar itu pada bocah itu!" Tuan Imanuel berdiri memukul meja membuat semua orang mengalihkan perhatian kearahnya. "Tidak bisa seperti ini ketua. Dia bahkan tidak tahu apa-apa mengenai dragon lalu bagaimana bisa ketua memberikan tanggung jawab sebesar itu padanya? Centra dan Golden Sky adalah dua distrik terbesar penghasilan dragon. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mengambil tanggung jawab tempat itu.”
"Sepertinya tua bangkah itu tidak menyukai Alan?" Fernando berbisik pada kedua sahabatnya. Hart's memilih abai, dia terlalu malas menanggapi ocehan Fernando. Sedangkan Danil's? Pria itu lebih memilih memantau keadaan.
"Kalau begitu sama saja paman meragukan pilihan ketua Lagi pula Alan adalah bagaian dari dragon bahkan sebelum paman bergabung. Kami dibesarkan dan melewati pelatihan yang sama ketika kecil. Apa menurut Paman kami juga tidak layak eoh?" Fernando dan Hart's menyeringgai mendengar perkataan Danil's. Danil's selalu bisa diandalkan dalam situasi seperti ini tidak heran dia menjadi brain dragon sekaligus kesayangan Tuan Gerald.
"Itu dulu. Bagaimana jika dia adalah seorang mata-mata? Dia sudah menghilang selama sepuluh tahun, tidak ada jaminan bahwa dia akan setiap pada dragon." Semua orang mulai saling berbisik membenarkan perkataan Tuan Imanuel, membuat geram ketiga penerus dragon.
"Jaga lidahmu paman?" Hart's memberikan penekanan pada setiap kata-katanya. Suaranya tidak meninggi namun terdengar dalam dan tegas.
"Bravo! Paman, kau bicara seperti itu karena paman takut Alan akan mengeserkan posisi putra mu yang tidak berguna itu bukan eoh?" Fernando menyindir Tuan Imanuel, siapapun yang melihat raut wajah Fernando akan langsung naik darah karena emosi. Bisa-bisanya Fernando mengeluarkan kata-kata kasar dengan wajah polos tanpa dosa seperti itu.
"BOCAH TENGIK JAGA BICARAMU!?” Fernando mengaruk telinga dengan jari tangannya. Dia sama sekali tidak merasa takut dengan amarah Tuan imanuel. Fernando tertawa kecil, bentakan Tuan Imanuel seperti mengelitik telinganya.
"Aeish. Paman tidak perlu berteriak sekencang itu. Cih. Asal Paman tahu saja ya, telingaku masih berfungsi dengan baik." Fernando memanyunkan bibirnya, menujukkan wajah innocent-nya. Semua orang yang berada diruangan itu menutup mulut mereka menahan tawa. "Kita semua tahu betapa tidak bergunanya putramu, Paman. Lagipula ketua memilihnya bukan karena Alan adalah penerus dragon tapi karena Alan berhasil melalui semua ujian yang ketua berikan."
"Apa yang dikatakan Fernando benar. Kau meragukan Alan karena dia lebih muda darimu? Bukankah ketua juga sama? usia ketua jauh dibawahmu tapi posisi ketua lebih tinggi dari mu, Paman. Kau harus mengubah pola pikirmu itu. Cih bukan usia yang menentukan tingkat keberhasilan seseorang malaikan kecerdasan dan kemampuannya." Meski tidak terlihat oleh mata, percayalah Tuan Gerald menarik ujung bibirnya tersenyum kecil mendengar perkataan Hart's.
"Usia kami sama seperti Alan dan berada jauh dibawah paman, tapi lihat pencapaian yang berhasil kami raih selama ini? Diusia kami sekarang, kami berhasil mencapai keberhasilan diatasmu paman." Tuan Imanuel mengepal tangannya mendengar Hart's. Perkataan Hart's benar-benar melukai harga dirinya.
"Diam! Kalian semua dengarkan baik-baik," Semua orang yang berada diruangan tersebut kembali ketempat mereka ketika mendengar suara berat Tuan Gerald. "Alan memang baru saja bergabung bersama dragon, tapi perlu kalian semua ketahui kemampuan Alan diatas kemampuan kalian terlebih lagi kau, Imanuel. Danil's, aku serahkan semuanya padamu.”
"Baik ketua! Aku akan membantu Alan menangani semua urusan dragon." Tuan Gerald dan yang lainnya meninggalkan ruangan itu.
"Paman dengar apa yang ketua katakan eoh? Mulai saat ini Paman harus bisa menghormati Alan. Mengerti paman? Ah satu lagi, sebaiknya paman kurangi marah-marah, aku khawatir darah tinggi paman akan naik. Tentunya Paman tidak ingin mati cepat bukan?"
Para penerus dragon menahan tawa mereka melihat Fernando mengoda tuan Imanuel terlebih lagi saat Fernando menjulurkan lidahnya pada Tuan Imanuel, sejak dulu hubungan antara penerus dragon dan tuan Imanuel tidak terjalin dengan baik. Jika bukan karena berada dibawa naungan dragon, sudah lama mereka akan saling membunuh.
🍁🍁🍁🍁🍁
Alan memperhatikan sekeliling ruangannya, ruangan para penerus dragon yang dibuat oleh Tuan Gerald dan ayahnya dulu untuk mereka. Ruangan ini dibuat dua lantai, lantai atas tempat dimana mereka bekerja dan lantai bawah mereka gunakan untuk beritirahat. Alan tersenyum memperhatikan foto dirinya sewaktu kecil bersama Aldric juga sahabatnya tertata rapi di rak.
"Kalian masih menyimpan foto ini?" Alan mengambil salah satu figura foto yang berada diatas meja kerja Hart's.
"Ya. Persaudaraan kita tidak akan berhenti hanya karena kau dan Aldric pergi begitu saja. Dulu kita adalah saudara sampai sekarangpun kita akan tetap menjadi saudara, tidak perduli berapa lama kalian menghilang tidak akan ada yang bisa mengubahnya." Ada desiran hangat dihati Alan saat mendengar ucapan Hart's.
Danil's memukul pelan pundak Alan. "Alan? Apa yang terjadi padamu dan Aldric dulu? Kenapa kalian pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada kami?”
Raut wajah Alan seketika berubah mendengar pertanyaan Danil's, kejadian berapa tahun yang lalu kembali muncul dibenaknya, "Sekelompok mafia menerobos masuk kedalam rumah kami, mereka membunuh kedua orang tuaku dan membawa Aldric dan Livia pergi. Saat itu aku terlalu takut, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan bahkan aku tidak bisa memberitahu kalian ataupun meminta pertolongan pada ketua.”
Danil's sedikit tersentak mendengar penjelasan Alan. Jujur saja dia merasa bersalah membuat Alan kembali teringat pada peristiwa naas itu.
"Meskipun kau kehilangan keluargamu, kau tidak akan kehilangan keluargamu yang lain. Kami adalah keluargamu jika kau lupa," Hart's memperhatikan foto Aldric kecil yang tersenyum hangat. "Di manapun Aldric dan Livia berada saat ini, aku yakin mereka baik-baik saja. Mereka pasti kembali menemui kita sama sepertimu.”
"Aku berharap seperti itu." Nada suara Alan terdengar menyedihkan. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun dia berusaha mencari keberadaan kedua saudaranya namun hingga kini Alan tidak menemukan pertunjuk apapun mengenai keberadaan kakak dan adiknya.
"Alan ini benar-benar kau?" Manik Coklet Danil's berbinar menatap Alan. Alan menghenyitkan dahi merasa aneh dengan tatapan intim yang diberikan Danil's padanya.
Fernando memukul bahu Danil's dengan keras. "Kau buta hah? Kau lihat ini Alan bukan? Kenapa kau masih bertanya ini Alan atau bukan?”
"Aku tahu. Aku hanya tidak percaya saja dengan apa yang aku lihat. Setelah sekian lama kita bisa bertemu kembali, ya walaupun tanpa Aldric." lirih Danil's diakhir kalimatnya.
"Maksudmu?" Fernando merapikan pakaiannya, bergaya sekeren mungkin membuat Danils mual melihat kelakuan abstrak sahabatnya ini. "Kau masih tidak percaya kalau aku ini tampan? Wanita di luar sana sangat menyukai pria tampan, bertubuh tinggi sepertiku bukan pria pendek sepertimu, Danil's.”
"A-pa? Katakan sekali lagi akan ku robek mulut kurang ajarmu itu. "Danil's membulatkan matanya mendengar perkataan Fernando. Ya meskipun yang Fernando katakan adalah fakta tetap saja menyakitkan saat mendengarnya.
Hei asal kalian tahu saja Danil's paling sensitif jika ada yang membahas tinggi badan. Danil's tidak pendek meski teman-temannya lebih tinggi darinya. Sebenarnya Danil's itu tinggi hanya saja dia salah negara. Hart's nampak acuh melihat pertengkaran mereka berdua.
"Tenang teman, kau tidak perlu iri padaku. Meskipun wajah mu tidak setampan wajahku, aku akan mengenalkanmu dengan wanita seksi." Fernando merangkul Danil's. Danil's menepis tangan Fernando membuat Fernando mengeram kesal.
"Sinting! Kau ini bicara apa eah? Aku sama sekali tidak tertarik dengan para pelacurmu itu. Yak aku sedang membicarakan Alan, kenapa kau membahas wajah menjijikanmu itu?”
Dibalik sikap narsisannya, Fernando mengulas senyum melihat Alan tertawa. Ya terkadang kita perlu bersikap gila demi bisa mendengar suara tawa orang yang kita sayangi.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sementara itu didalam ruangannya, Tuan Imanuel melempar semua barangnya kelantai dan mengamuk seperti orang gila.
"Sial! sial! sial! Aku belum bisa menyingkirkan bocah tengik itu dari sini dan sekarang sudah muncul lagi satu bocah penghalang. Aku harus segera menyingkirkan mereka sebelum mereka mengacaukan rencanaku.”
🍁🍁🍁🍁🍁
Sementara itu ditempat lain, lebih tepatnya dibandara. Elektra nampak gelisah, sejak tadi yang dia lakukan hanyalah berlalu-lelang seperti strikaan mengelilingi Seville. Kedua saudara itu nampak cemas, mereka sudah menunggu lebih dari dua jam namun sampai saat ini tidak ada yang datang menjemput mereka.
Mereka sudah berusaha menghubungi keluarga mereka namun tidak ada satupun yang menjawab panggilan mereka, mereka bisa saja laangsung pulang kerumah mereka tapi masalahnya tidak ada satupun diantara mereka yang tahu jalan pulang. Terdengar konyol memang tapi itulah faktanya. Ini pertama kalinya mereka menginjakkan kaki ketanah kelahiran mereka setelah sepuluh tahun diasingkan diluar negeri.
"Bagaimana?" Elektra menatap suadaraanya penuh harap.
"Masih tidak ada jawaban sama sekali.”Seville terus menghubungi semua orang rumah namun tidak membuahkan hasil.
"Wow bagus sekali. Kita terdampar disini dan semua ini karena ide gilamu Elektra." Seville menghentakkan kakinya, rasanya ingin sekali Seville memukul, mengumpat kasar suadaranya itu namun setiap kali dia hendak membuka mulutnya Elektra selalu masang wajah innocentnya membuat Seville tidak tega untuk memarahinya. Owh Sial! Elektra selalu tahu kelemahannya.
"Nona Seville Scharllet yang terhormat, tidak bisakah kau menyalahkan dirimu sendiri eoh? Dan berhentilah menatapku seperti itu. Mata besarmu itu seakan-akan ingin menelanjangiku asal kau tahu.”
"Kemana perginya semua orang? Kenapa tidak ada satupun yang mau menerima telfon dariku?" Seville berteriak frustasi membayangkan nasib mereka yang akan bermalam di tempat seperti ini. Seville mengeleng keras menyingkirkan segala pikiran buruk. Tidak! Apapun yang terjadi dia harus berada dirumahnya, dia rindu kamarnya.
"Mungkin saja mereka semua sibuk?” Elektra menjawab seadanya, dia terlalu fokus memperhatilan gadis kecil penjual bunga. Gadis kecil itu begitu semangat menawarkan bungannya kepada orang-orang yang berlalu lelang di dekatnya.
"Hello penghuni di rumah itu terlalu banyak dan tidak mungkin mereka semua sibuk pada waktu yang bersamaan?”
"Uh. Kau ini cerewet sekali," Elektra beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju gadis kecil itu. Elektra terlalu bersemangat sampai dia tidak memperhatikan langkahnya. "Aow.!!”
"Elektra?" Seville membantu Elektra bediri. "Kau baik-baik saja? Tsk. Kau tidak malu jatuh diusiamu yang sekarang? Berhati-hatilah dan tolong perhatikan langkahmu.”
"Sialan, berhenti mengodaku. Aku ingin membeli bunga mawar itu. Ibu sangat menyukai bunga mawar.”
"Tetap disini. Biar aku saja yang membelinya. Kau tunggu saja disini.”
"Tapi?”
"Sebaiknya kau dengarkan ucapanku Nona Elektra Scharllet yang terhormat. Aku tidak mau kau sampai kenapa-napa dan malah meyusahkanku nantinya. Tunggu disini, aku akan membeli bunga itu untuk mu. Merepotkan sekali.”
Kembalinya Alan kedragon dan kembalinya kedua saudara ini adalah awal perjalanan hidup mereka yang dipenuhi konflik dan masalah dimulai. Nyonya Hanna dan Nyonya Andin yang baru tiba dirumah terkejut mendengar suara musik dari kamar Elektra, mereka berdua begegas menuju kamar Elektra untuk melihat apa yang terjadi disana. Baru saja Nyonya Hanna membuka pintu kamar sebuah bantal menyapa wajahnya.
"Apa-apaan ini?" Nyonya Hanna meninggikan suaranya.
"Ibu? Tante?" Elektra belari kearah mereka dan langsung memeluk kedua wanita itu dengan erat melepaskan semua kerinduannya pada kedua wanita itu, Seville keluar dari kamarnya dan masuk kedalam kamar Elektra.
"Bisakah kau diam?Aku lelah dan ingin istirahat, sialan!" Seville yang baru menyadari kebaradaan Ibu dan bibinya buru-buru menutup mulutnya. Dia tidak percaya kalau dia baru saja mengumpat dihadapan ibunya."Astaga Ibu? Tante?”
"Seville?" Nyonya Hanna menatap Seville dengan raut wajah yang sulit diartikan. Nyonya Hanna tidak percaya putri kecilnya yang lembut bisa bicara kasar. Nyonya Andin hanya tertawa kecil melihat wajah blank kakak iparnya.
"Kalian sudah pulang? Kenapa kalian tidak mengabari Ibu mh? Apa Ayah kalian tahu soal ini?" Nyonyya Hanna bersedekap dada menelisik kedua putrinya. Seville dan Elektra menelan saliva mereka, tubuh mereka seketika membeku mendengar pertanyaan Nyonya Hanna.
"Aku sudah seribu kali menghubungi ponsel kalian dan rumah, tapi tidak ada jawaban. Sory, kami tidak memberitahu Ayah soal ini. kami takut Ayah akan menghalangi kepulangan kami lagi. "Elektra memberanikan diri menjelaskan situasinya pada Nyonya Hanna. Melihat kakak iparnya kembali membuka mulut buru-buru Nyonya Andin menyela.
"Kakak ipar kita bicarakan ini nanti saja, anak-anak baru saja pulang biarkan mereka istirahat dulu. Aku yang akan bicara dengan kakak mengenai ini.” Nyonya Andin membawa Nyonya Hanna keluar, membiarkan kedua keponakannya beristirahat.
To Be Continued ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments