Airin merapihkan hijab yang melingkar di kepalanya. Wajah yang tadinya kusut sudah berubah cantik dengan pakaian santai khas hijabers masa kini.
Iya, memang itulah penampilan yang cocok untuk wanita seperti Airin yang masih terbilang cukup muda. Hijab dicampur dengan kerdigan panjang warna pink.
Wajahnya pun tak terlalu dipoles Make up, karena dia memang sudah putih dan semasa lajang dulu ia selalu merawat diri.
Jujur, Airin sebenarnya bukan seorang muslimah, karena dulu sebelum menikah dengan Julian. Dia seperti wanita modern oada umumnya. Malahan dia mulai pakai hijab karena ibunya meminta.
Bisa saja dia tidak menggunakan hijab lagi jika ingin pergi-pergi, tapi entah kenapa itu justru membuat dia merasa aneh dan akhirnya memasang hijab lagi.
"Selesai," wanita itu berucap dengan menyunggingkan senyum dan setelah itu dia berjalan ke arah ranjang.
Airin meraih sling bag miliknya, lalu dia berjalan keluar dari ruang kamar tamu. Sesampainya di luar, Airin kembali melanjutkan langkah. Dia pura-pura acuh dengan suara renguhan yang keluar dari dalam kamar suaminya.
Malahan, dia mencoba menyibukkan diri mencari kunci mobil di tasnya dan setelah menemukannya, Airin tersenyum, "Lebih baik pergi dari pada memanaskan hati di sini."
***
Airin memutar kunci mobilnya, kemudian menghidupkan kendaraan roda empat itu dengan sedikit gugup. Maklum ini kali pertamanya memegang mobil lagi, setelah menikah dengan Julian.
Airin tersenyum girang, saat mobil semasa mudanya ternyata masih bisa hidup pun suara mesinnya masih terdengar bagus, "Syukurlah, aku padahal tadi takut ini udah rusak."
Airin meletakkan sling bag miliknya di kursi penumpang yang berada tepat di sebelahnya. Wanita itu terlihat menghidupkan ponsel, "Pulang jam sepuluh sepertinya tidak masalah kan? Lagian Julian tidak peduli juga aku ada atau tidak di rumah. Jadi, kenapa aku haruz peduli dengan jam pulang."
Airin bicara layaknya orang yang tidak mau tahu. Dia bahkan langsung melempar ponselnya ke tempat yang sama di mana, sling bag miliknya berada.
Wanita itu melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah tanpa dia menyadari kalau ternyata kepergiannya dilihat oleh Julian dari lantai atas.
***
Tidak membutuhkan waktu lama. Sekarang Airin sudah berada di warung nasi goreng pinggir jalan. Setelah memacu kendaraannya beberapa menit, wanita itu Sada kalau dia belum sarapan, walau tadi sudah makan hati beberapa jam yang lalu.
Airin meraih Sling bag serta ponselnya dan setelah itu, dia langsung bergerak keluar dari dalam mobil. Pandangan mata Airin langsung disambut oleh ramainya pembeli.
Wanita itu tersenyum saat dia melihat ada kursi panjang yang berada di luar warung. Dia mengayunkan kakinya untuk mendekat ke sana, tapi sebelum itu. Dia terlebih dulu pergi ke pedagang nasi goreng.
"Mang, nasi gorengnya satu yah. Aku tunggu di sana, oke." Dengan suara yang selalu riang seperti biasa, Airin memesan dan bapak-bapak tua penjual nasi goreng itu menganggukkan kepalanya.
"Siap, Non," jawab si Mamang dengan ikutan bernada riang. Airin yang mendengar itu terkekeh dan menganggukkan kepalanya.
Setelah mendapati jawaban itu, dia langsung berlalu pergi ke tempat tujuan utamanya, yaitu kursi kayu panjang yang sudah tersedia meja dengan taplak meja spanduk iklan rokok.
Airin meletakkan tasnya di atas meja dan wanita itu mendudukkan pantatnya di kursi kayu panjang. Sembari menunggu pesanan nasi gorengnya, wanita itu mulai memainkan ponselnya.
Iya, setelah melupakan semua sosial medianya, sepertinya, Airin sekarang ingin kembali aktif lagi di dunia maya. Buktinya, tiga hari lalu dia sudah mengunduh semua aplikasi yang dulu dia uninstall.
Padahal dia sudah bertekad setelah menikah tidak akan bermain-main di Duni mata lagi, tapi ternyata pernikahannya bukan seperti apa yang dia bayang-bayangkan.
Airin melepas ponselnya saat benda itu bergetar dengan tidak masuk akalnya. Padahal dia baru saja menghidupkan paket data, tapi puluhan notifikasi langsung menyerbu benda pintar wanita itu.
"Wah, sepertinya Anda seorang aktris hingga memiliki banyak sekali notifikasi, Nyonya."
Airin terkejut saat dia mendengar tiba-tiba suara laki-laki menyalami gendang telinganya dari arah belakang. Wanita itu tidak bermain menoleh dan justru melihat ke depan.
"Sepertinya aku akan duduk dengan seorang selebriti hari ini." Suara laki-laki itu kembali menyalami gendang telinganya dan itu semakin membuat Airin takut sekaligus penasaran dengan sosok laki-laki di belakangnya ini.
Airin dengan gerakan patah-patah menoleh kebelakang dan kedua bola matanya membulat saat tidak menemukan siapapun di sana.
"Nyonya, saya sudah berada di depan. Jadi, Anda tidak perlu menoleh ke belakang lagi." Airin langsung menghadap ke depan dan mimik tidak percaya langsung tercetak jelas di wajahnya.
Airin menaikkan satu alis matanya, "Sejak kapan kau-"
"Sejak kau ingin menoleh ke belakang aku berjalan dari samping dan langsung duduk di sini." Laki-laki yang perawakan seperti Julian itu menyela perkataan Airin dengan nada bicara yang terdengar ramah.
Airin masih menaikkan satu alis matanya. Dia hanya mengangguk kepala untuk menjawab.
"Wah ternyata penggemar Anda banyak, Nyonya." Airin langsung mengambil ponselnya dan meletakkan di atas pangkuan.
Tatapan tajam langsung dia layangkan ke arah laki-laki yang tiba-tiba duduk di depannya, "Tidak sopan melihat privasi orang seperti itu." Dengan sedikit garang, Airin memberitahu, tapi itu justru membuat si laki-laki terkekeh geli.
Airin semakin marah, "Aku tidak lagi bercanda yah. Jadi, berhenti tertawa. Satu lagi, kau juga tidak punya sopan santun dan asal duduk di tempat."
Airin menghentikan perkataannya, wanita itu menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan di manakah saat ini dia berada.
Si laki-laki yang melihat itu semakin terkekeh, "Tempat apa? Ini kan umum. Jadi, terserah dong mau duduk di mana pun dan kapan pun." Si laki-laki menyeletuk dan itu berhasil membuat Airin bungkam.
Dia meringis dan sedikit merasa malu sendiri, "Satu lagi. Jika benar itu sebuah privasi, kenapa diletakkan di meja?" tanya laki-laki itu dan itu semakin membuat Airin mati kutu.
Si laki-laki yang melihat bungkamnya wanita yang ada di depannya saat ini, kembali tersenyum. Dia menaikkan satu alis matanya saat perempuan itu melayangkan tatapan tak bersahabat.
"Iya, ini tempat umum. Jadi, terserah aku dong mau meletakkan ponselku di mana?" Seolah tidak mau disalahkan dan merasa bodoh, Airin membalikkan pertanyaan dan itu membuat laki-laki bergaris wajah dewasa yang ada di depannya, menggelengkan kepala tak habis pikir.
"Kau lucu sekali." Entah itu sebuah pujian atau apa, Airin yang mendengar itu tidak terima. Dia bukan badut, tapi laki-laki di depannya ini justru mengatakan kalau dia lucu.
"Kau-"
"Raka Satriawan," sela Laki-laki yang ternyata bernama Raka Satriawan itu sembari mengulurkan tangan seolah ingin berjabatan.
Airin diam layaknya orang bingung dan itu berhasil membuat Raka menaikkan kedua alis matanya, "Namaku, Raka Satriawan, kalau aku?" imbuhnya lagi dan itu berhasil membuat Airin tersadar.
"Airin Pranata, istri dari Julian Pranata,"ujar Airin sembari memebalas jabatan tangan dari Raka.
...T.B.C...
...Doakan nanti aku update tiga part lagi yah....
...Karena kerangkanya sudah lolos, aku akan usahakan update setiap hari, okeh. jadi, mohon dukungannya untuk bantu share, kasih gift, dan vote jangan lupa....
...Sampai jumpa nanti malam....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Aqella Lindi
jijik liat julian,jgn mau kembali sm suami durjana kyak gitu
2025-02-12
0
yunna
semoga aja Airin GK balikan sama Julian apalagi jelas' bawa perempuan k rumah dn tidur d kamar nya sendiri LG apapun alasannya
2023-06-01
1
Ny Pasaribu Boru Silalahi
teman Julian itu yg naksir sama airin
2023-02-22
0